|
Foto: Ima |
Kamu dan Air
“Earth doesn’t belong to Man, Man belong to the Earth.” Quote yang terpampang di sebuah poster dengan
gambar beberapa orang Indian menunggang kuda dengan latar gunung karang. Ini salah satu poster kesukaan saya yang
terpajang di kamar waktu remaja. Kamu
membutuhkan keramahan alam, jika kita ramah pada alam, alampun akan memberi
banyak untuk kesejahteraan manusianya.
Semua unsur alam ini, diantaranya, air, tanah, udara bersih, api,
pepohonan dan banyak lagi, keseluruhan menopang kehidupan manusia di bumi. Salah satunya air, merupakan unsur yang
paling penting. Coba deh rinci satu
persatu, segala gerak kita tidak lepas dari satu unsur ini, dari bangun tidur
hingga kita tidur lagi, kita tidak lepas dari air. Dari kebutuhan bersuci, mandi, mencuci bahan
makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah, minum, menyiram tanaman, dan
banyak lagi. Dengan ada air, kita
bersih, tanaman tumbuh dan berbuah,
ikan-ikan berkembang banyak, petani, nelayan, semua, membutuhkan air
untuk menunjang kelangsungan hidup.
Di ulang tahun ke-10, Kementrian Pekerjaan Umum-Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air Republik Indonesia, mengadakan sebuah kampanye di acara
ulang tahunnya yang ke-10. Informasi ini
diperoleh dari website SDAPU (Sejahtera dengan Air-Pekerjaan Umum) dengan mengusung tema “Sejahtera Dengan Air”(SDA). Klik sana sini menu yang ada di web SDAPU,
rupanya air dilindungi oleh “UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air”. Isi lengkap undang-undang itu ada disini: http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_7_04.htm. Banyak lho poin-poin penting, kewajiban dan
program tertulis dalam undang-undang ini dalam upaya melindungi air. Menarik untuk ikut terlibat dengan menelurkan
tulisan di blog, karena manusia perlu selalu diingatkan dengan berbagai
cara. Apalagi kondisi alam saat ini
semakin kritis karena banyaknya kepentingan industri yang kurang
memperhitungkan feedback-nya pada alam
dan banyak pula masyarakat kurang bijak menggunakan dan memelihara air. Ini pelajaran berarti juga buat saya yang
sering kali kurang mensyukuri adanya air.
Romantisme Tradisi
pada Air
Saya mau sedikit cerita, katanya, dulu di kampung kami,
Ledeng-Bandung, setiap bulan sering ada Bring Brung, sebuah upacara yang
menggunakan 7 mata air. Saya tidak
mengalaminya, tapi kakak pernah cerita kalau setiap bulan purnama, semua
anak-anak digiring ke setiap 7 mata air untuk disiram, sambil diiringi musik
bring brung. Bring brung sebuah seni
buhun (leluhur) dilaksanakan untuk merayakan panen atau perayaan kelahiran dan
lain-lain agar mendapat berkah dari pencipta alam. Dipikir-pikir, betapa orang tua kita dulu memberi
nilai sakral pada mata air sehingga menciptakan upacara khusus menghormati air. Begitupun dibeberapa budaya dan kepercayaan daerah
lain, air selalu menjadi unsur yang dihormati. Di agama Islam kita dapat
menemukan 40 ayat pengetahuan tentang air begitupun di agama hindu yang
mempunyai kepercayaan adanya dewi air.
Disini kita bisa melihat, betapa air merupakan unsur penting dalam
kehidupan.
Saya melihat ada kesamaan “kampanye” air, kalau dulu dalam
bentuk budaya musik dan spiritual, sekarang budaya menulis dan bentuk seni
tulis, video, potografi dan SEO. Semua
bentuk seni ini dekat dengan budaya kekinian yang bisa mempengaruhi masyarakat
untuk diajak berefleksi, berfikir dan bersikap, bahwa: “Air merupakan unsur penting
dalam setiap kehidupan dan kita wajib menjaganya.”
Di Bandung, terdapat banyak mata air, hal ini ditandai
dengan nama jalan di Bandung diawali dengan “Ci” nama lengkapnya “Cai” yang
artinya air. Seperti Cikapundung,
Ciater, Cihampelas, Cileunyi, Cicaheum, Cibadak, Ciparay, Ciumbuleuit, Cicadas
dan banyak lagi. Seolah mau memberi
tanda, bahwa Kota Bandung melimpah dan kaya oleh air. Bandung seperti surga, air mengalir dari
mana-mana membuat masyarakatnya sejahtera, sehingga kita akan bertani, bercocok tanam, apapun
tidak merasa khawatir kekurangan air.
Dulu memang, di Ledeng terdapat beberapa mata air yang
sering kami gunakan untuk mandi dan bermain.
Tempat pemandian ini sangat kaya manfaat, tentu saja untuk menjaga
kesehatan seperti, mandi, membersihkan makanan, membersihkan pakaian,
kebutuhan-kebutuhan konsumsi yang membuat tubuh dan mental masyarakat sehat
karena kebutuhan intinya terpenuhi: air.
Namun sayang sekali, tidak semua orang sadar kepentingan publik
ini. Beberapa masyarakat menggunakan
lahan ini untuk dijadikan rumah sehingga tempat pemandian inipun tutup dan
hilang fungsinya. Sekarang tinggal 2 pemandian
mata air, kebanyakan yang lain dibangun rumah, jadi pemandian umum mata air itu
menjadi surut dan menghilang. Padahal,
manfaatnya sangat banyak untuk kebutuhan orang banyak, rumah tangga dan
usaha-usaha kecil.
|
Foto: Cholis |
Realitas
|
Foto: Cholis |
Herannya, semakin lama kondisi air sekarang, seperti air
sungai, danau, selokan, laut di beberapa daerah di Indonesia kondisinya sangat tercemar
dan memprihatinkan. Coba ketik kata
kunci di mesin pencarian google: “kondisi sungai di Indonesia”, maka sebagian
besar bakal muncul foto-foto sungai dengan kondisi yang sangat
mengenaskan. Mestinya air mengalir itu bisa dipakai buat minum,
membersihkan makanan, bersuci dan kepentingan-kepentingan kebersihan
lainnya. Lama kelamaan nyaris sulit
ditemukan sungai, selokan, danau dengan kondisi sehat, tidak di kota maupun di
pedesaan karena banyak air yang tercemar dan tidak layak pakai. Banyak air sungai keruh bahkan berwarna
karena banyaknya pembuangan rumah tangga, pabrik, kotoran hewan-hewan bahkan
sampah dibuang ke sungai. Kesadaran
memperlakukan lingkungan kondisi air mengalir agar tetap bersih sepertinya
kurang diterapkan, bisa jadi ini sebuah kebiasaan yang turun menurun dan sulit
diubah.
Tidak hanya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan, daerah
resapan air seringkali digunakan untuk membuat perumahan. Sehingga tidak jarang daerah yang mestinya
melimpah dengan air bersih, nyaris kekeringan ketika datangnya musim
kemarau. Ah, ya, saya ingat, seorang
teman pernah cerita, bahwa tata ruang Bandung itu mempunyai sistem kota yang
paling apik. Karena dulu waktu jaman
penjajahan Belanda, pemerintah Belanda mempunyai perencanaan kota hingga
membuat sistem penampungan dan penyaluran air untuk warganya. Hingga ada gorong-gorong pembuangan air kotor
agar sungai tetap bersih. Ada kesadaran
penataan jangka panjang dan tentu membuat manusia merasa aman dan nyaman hidup
di kota/desanya.
Yuk, Membangun Kebiasaan
Baik
Kondisi alam seolah sudah terlanjur banyak tercemar, tapi
bukan berarti tidak ada solusi. Banyak
kelompok orang yang mempunyai perhatian lebih terhadap air. Seperti Kementrian PU Dirjen SDA yang terus mengedukasi
masyarakat tentang menjaga air, melakukan perubahan, perbaikan sistem dan pelayanan
publik.
Perbaikan dan perubahan sudut pandang kita dalam
memperlakukan air, tidak hanya pemerintah tapi semua unsur masyarakat mesti
menyadari dan tahu bagaimana bersikap bijaksana pada alam, khususnya air. Seringkali sikap-sikap lahir dari oleh orang-orang yang hidup di
daerah yang melimpah sumber mata airnya.
Sementara, di daerah yang sulit air, mereka sangat hati-hati dalam
menggunakan air. Buat kita, yang hidup
di daerah yang mudah air, ada baiknya kita memperlakukan air dengan bijaksana. Banyak kebiasaan sederhana yang sebetulnya
memberi efek luas dan jangka panjang. Misalnya:
1. Perbaiki
segera jika keran air maupun penampungan air bocor. Kalau belum diperbaiki, tampunglah airnya, karena
air bocor itu kalau ditampung, lama-lama bisa cukup buat mandi dan minum
beberapa kepala. Bayangkan kalau air
terbuang percuma dan tercampur dengan air kotor.
2. Ketika cuci tangan dan alat masak, matikan keran
saat memberi sabun.
3. Tanam beberapa pohon, karena pohon bisa
menghasilkan air di dalam tanah.
4. Membuang air kotor industri rumah tidak ke
sungai, tapi ke gorong-gorong/saluran yang khusus untuk membuang air
kotor. Sehingga sungai, ataupun selokan
tetap bersih dan bisa membuat ikan-ikan tetap bisa berkembang biak.
5. Tidak membuang sampah ke saluran air.
6. Membuat sistem air untuk satu desa.
7. Membuat sistem pembuangan air kotor untuk satu
desa dan bergabung dengan desa yang lain, sehingga kebersihan air tetap
terjaga.
8. Dan banyak lagi upaya untuk merawat air.
Kamu dan Air adalah
Satu
|
Foto: Ima |
Manusia dan air adalah satu kesatuan, tanpa air manusia
tidak akan bisa bertahan hidup. Hal sederhana, manusia tidak bisa bertahan
hidup 4-5 hari tanpa mengkonsumsi air.
Jadi bukan hal yang perlu dikompromikan lagi bahwa kita bisa sejahtera
dan aman dengan adanya air. Disetiap orang
perlu ditanamkan sistem berlaku bijaksana dalam memperlakukan dan melindungi
air. Sumber-sumber air yang harus
dilindungi itu bermacam-macam, dari
laut, air sungai, danau, mata air bahkan selokan. Sistem air ini perlu adanya kesadaran untuk
menjaga keutuhan alam yang lain, seperti menjaga kelestarian tetumbuhan, hewan dan
menjaga kebersihan. Karena semua ekosistem ini saling memberi pengaruh satu
dengan yang lain. Dengan menjaga air, sama dengan menjaga diri sendiri dan kelangsungan hidup selanjutnya.
Ima. Serpong. 1/11/2014
Sumber:
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_7_04.html
http://bagusramdan.blogspot.com/2013/01/bring-brung.html
https://www.facebook.com/SalakanagaraFansPage/posts/559114840800661
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_tempat_berawalan_Ci-