1
Senang rasanya dapat ajakan workshop craft. Craft itu adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis.* Hufffttt... begitu kata wikipedia tentang definisi craft ini.  Maksudnya membuat benda-benda buatan tangan sendiri yang unik-unik, seperti membuat pernak pernik, sarung bantal, dompet, sendal, boneka, dll. 

Saya dan teman-teman dapat kesempatan workshop menjahit dan doodle bareng Brother dan Stabilo. Brother itu bukan dulur (bahasa sunda yang artinya saudara), tapi nama merek mesin jahit namanya Brother. Mirip merek printer, ya? Iya, sama juga. Perusahaan Brother ini, selain mengeluarkan printer juga mengeluarkan berbagai type mesin jahit. Makanya taglinennya hangat sekali: “at your side”. Itu artinya dia selalu ada disebelahmu.  Terasa sekali, seolah kamu siap mengerjakan apapun jika Brother ada disisimu.  Wah, bener juga, taglinenya keren. Printer dan mesin jahit selalu ada di sisi dan bisa diandalkan.  Saya membutuhkan ini. 
 


Sementara Stabilo ini kalau yang saya tahu itu semacam pelengkap alat tulis untuk memberi tanda tulisan yang penting pada buku maupun buku catatan. Rupanya, Stabilo ini punya berbagai alat gambar, spidol yang bisa tahan lama digunakan di atas kain.  Hasil karya yang menggunakan Stabilo tidak akan hilang bahkan luntur meski sudah dicuci.  Nah, ini unik sekali. Buat orang-orang yang suka menggambar di atas kertas, di atas kain maupun kaos, Stabilo bisa jadi salah satu pilihan sebagai media membuat karya.








Rupanya pas workshop jahit dan doddle ini, pihak Brother menyediakan 6 mesin jahit yang sudah tertata apik di meja makan. Iya, soalnya kita workshop jahit da nge-doddle di Marlo Kitchen, Jl. Tamblong 48-50.  Bukan, kita bukan workshop di dapurnya Marlo si pesulap itu.  Suasana rumah makan yang sangat homey ini buat saya menarik dan asik buat berkarya.  Tiap dinding, lantai, pencahayaan ruang di Marlo Kitchen bisa jadi salah satu pilihan untuk merebahkan lelah dan menciptakan suasana hati, sambil menikmati makanan dan minuman ala Chef Norman.   

2
Kembali ke workshop, masing-masing peserta sekitar 20 orang dapat kain cukup besar, pola dari kertas koran yang sudah mereka sediakan, serta pouch yang berisi benang. Satu yang paling saya suka adalah pouch dan benang warna warninya. Entah nanti di rumah bakal terpakai atau tidak, tapi warna-warni benangnya menstimulus otak menjadi senang.



Nah, setelah dibagi, kami dapat pengarahan dari Teh Astri Damayanti.  Kain warna abu-abu yang sekitar 2 meter akan di bikin outer, atau rompi gombrang/luaran baju biar tampak keren dan nyeni. Lalu pola koran itu kami tempelkan di tengah bahan, disematkan  dengan jarum pentul kemudian kami mulai menggunting  mengikuti pola. Wew, ramai dan heboh karena masing-masing peserta kebanyakan penjahit pemula (banget), seperti saya.  


Masuk akal juga sih kami menjahit outer, karena jahitnya pun tinggal lurus-lurus aja. Buat pemula, jahit lurus ini sangat membantu untuk membiasakan diri menjahit lurus yang rapi. Hehee… benar-benar buat pemula, saya banget lah, yang entah berpuluh tahun kapan tahu terakhir menjahit. Jadi teringat, dulu biasanya pakai mesin jahit punya Amih untuk juhat jahit apapun, kini mesin jahit ngajugrug* di sudut rumah. 

Pada dasarnya, saya dan teman-teman jadi punya pengalaman unik dalam mengoperasikan mesin jahit Brother dan bagaimana rasanya.  Tadinya saya mau jahit dulu, tapi karena harus gantian saya memilih men-doodle dulu bareng Teh Tanti Amelia.  Asik!  Menggambar kita!
 

3
Jadi, saya masuk ke ruang sebelah.  Disana saya dan teman-teman mulai memperhatikan arahan Teh Tanti Amelia.  Apa itu doddle dan bagaimana kita memulainya.  Stabilo ternyata asik sekali, ada berbagai macam jenis Stabilo, dan keistimewaan stabilo ini tidak ada racun, tidak mengeluarkan wangi tertentu jadi aman jika digunakan oleh anak-anak dan dewasa.  Istimewa yang lain lagi, Stabilo type Rite 4 All ini tidak luntur dan hilang jika dicuci bahkan di rendam semalaman.  



Warnanya asik-asik.  Tapi kali ini, yang disediakan sama panitia ada warna hitam, ungu, merah, hijau, biru.  Saya pilih hitam dan merah. Sengaja tidak memilih banyak warna. Saya belum berani eksplore dulu.

Pengalaman pertama saya adalah, biasanya gambar-gambar doddle gambar di atas kertas, tapi begitu masuk ke media kain, rasanya ada yang berbeda. Melewati batas rasa takut. Saya jadi lebih berani eksplore dan ada kenikmatan tersendiri. Tahu kan bisanya kalau menghias kain itu kalau tidak pakai mute, obras dan cat buat nge-batik. Tidak biasa menggunakan spidol di atas kain jadi rasanya terasa beda.  Uwoooo… menyenangkan sekaliiiii.



Cara bikin doodle itu gampang dan menyenangkan. Teh Tanti memberi petunjuk begini:
Pertama: buat kotak-kotak dulu

Kedua: dalam kotak itu buatlah doodle nya. Mau sama atau engga bebas.
 

Doodle itu semacam gambar bulatan-bulatan dengan mata yang centil, mata yang jernih. Jadi bulatan-bulatan itu bertimpuk-tumpuk.
 

Sambil memperagakan cara gambar Doodle, Teh Tanti berserita tentang sejarah Doodle. Ternyata Doodle itu dipakai oleh orang-oreng jaman perang sebagai kode untuk menyampaikan pesan ke teman-temannya. Seperti morse yang kita pelajari waktu jaman SD. 
 
Tadinya mau bikin doodle seperti arahan Teh Tanti, tapi saya coba nego pengen gambar yang lain. Dan, diizinkan. Horeee… Saya mau gambar daun pakis yang berjajar di pinggiran outer. Saya pilih spidol Stabilo warna merah.  Hasilnya cukup memuaskan.  Ini sangat berarti karena pengalaman pertama saya.


Asik kan?  Asik sekali!  Kamu bakal lupa waktu kalau sudah mulai menggambar di atas kain dengan spidol Stabilo ini. Sampai tak terasa, waktu sudah masuk jam shalat dzuhur dan waktu makan.  Tapi saya maunya beresin dulu gambarnya dan lanjut jahit.
 

4
Tapi selesai menggambar saya maunya langsung jahit. Tapi semua mesin masih dipakai. Jadi? Saya makan dulu sama Bubun Intan dan Kang Ade Truna. Kami semua pesan soto Jakarta ala Marlo Kitchen. Begitu nasi soto masuk ke dalam mulut. Saya jadi ingat suami, karena dia suka sekali soto jenis ini. Soto dengan kuah santan dan lekat rasa rempah.  



Yummm… pilihan menunya menambah semangat dan kembali ke tempat jahit. 


5
Selesai makan, akhirnya saya bisa memegang mesin jahit sendiri.  Mesin jahit Brother yang sejak tadi dipajang dan digunakan teman-teman benar-benar membuat saya penasaran.  Karena saya biasa pakai mesin jahit lawas.  Tahu kan mesin jahit jaman dulu yang belum ada listriknya.  Kamu harus mengendalikan gerakan putaran yang sebelah kanan dengan pedal bawah ditekan berulang-ulang oleh kaki.  Ini cukup melelahkan karena kaki, tangan, mata harus benar-benar konsentarasi.  

Beda dengan mesin jahit Brother sekarang. Eh, sebelumnya, mesin jahit ini ada berbagai type.  Semua sudah menggunakan listrik dan bahkan komputerisasi.  Kamu tinggal memasukan bentuk bordir yang kita inginkan ke dalam cd, lalu di program dan kita tinggal mendorong dan meluruskan kain.  Tapi disesi ini saya tidak mencoba fasilitas obrasnya.  



Saya sudah ketinggalan beberapa masa untuk tekhnologi mesin jahit.  Buat saya, Brother ini keren banget.  Saya mau mesi jahit ini at my side, hee...  Begitu mulai menjahit outer sangat menyenangkan, menjahit jadi sangat menyenangkan.  Saya suka.  Tinggal di klim (melipat bagian ujung kain), lalu mulai deh dijahit pinggiran kain agar terlihat lebih rapi.  Justru lamanya begitu harus klim dan agak hati-hati agar hasilnya tetap rapi.  

Di tengah menjahit, benang jahit yang di atas habis.  Jadi sebenarnya cara menyimpan benang untuk di atas dan di bawah ini sama seperti mesin lama.  Tapi desain mesin lebih bagus dan canggih.  Ada yang menarik dari mesin jahit brother ini:
1.  Ada langkah dan tombol khusus untuk memasukan benang ke dalam lubang jarum.  Jadi kita tidak perlu memicingkan mata untuk memasukan benang ke dalam jarum.  Sekali tut, masuk deh tuh benang.
2.  Lalu, di dalam mesin ada lampu yang menyorot ke arah menjahitnya.  Jadi, pertemuan antara kain, jarum dan benang lebih jelas terlihat dan lebih sempurna.
3.  Ada tombol untuk mengatur kecil-lebar ukuran hasil jahitan.  Itu sampai 7 cm.

Proses memasukan benang selesai, karena dioperasikan sangat mudah.  Lalu mulai deh menjahit lagi sampai selesai.  Tapi ya dasar penjahit pemula, hasilnya tidak begitu rapi meski kata teman-teman hasil jahitannya cukup rapi.  

Meski begitu, buat saya yang menjahit lagi juga sudah "uyuhan".  Ternyata saya masih bisa menjahit!  Horeee!

6
Waktu sudah menunjukan pukul 14.00 lebih.  Acara workshop ini sangat dan menyenangkan dan inspiratif.  Buat saya jelas ada ilmu baru, yaitu menggambar di atas kain dan pengalaman pertama menggunakan mesin jahit secanggih itu.  Lalu bertemu dengan teman-teman yang saya kenal di jejaring facebook dan begitu ketemu muka rasanya lebih menarik dan lebih asik.  Bisa jadi karena antusiasme kita sama, jadi asik buat ngobrol dan saling berbagi cerita.


Lalu,  saya jadi tertarik untuk membuat beberapa gambar di atas kaos dengan menggunakan Stabilo.  Hasilnya bisa dipakai sendiri bahkan kalau ada yang tertarik untuk beli, saya tidak akan menolak (berharap begitu, haha!).   Semoga nanti ada workshop seperti ini lagi di Bandung.  Terima kasih buat Craft Indonesia, Teh Astri Damayanti, Teh Tanti Amelia juga semua pendukung yang membuat acara itu berlangsung.  Saya suka. :*


Bandung, 24 Januari 2017

@imatakubesar

Foto hasil dokumentasi Ima
09.00 WIB

Hari pertama bulan Januari 2017 ini, saya bersemangat sekali. Kanapa? Karena hari ini sangat, sangat cerah. Aku suka hangat matahari. Suasananya seperti melihat padang ilalang dan kebun bunga yang tengah bermekaran. Kebetulan juga anak-anak liburan semester tepat di akhir dan awal tahun selama 2 minggu. Biasanya liburan identik melakukan jalan-jalan, saya pun biasanya seperti itu. Tapi sekarang saya lebih banyak memanfatkan waktu di rumah, silaturahmi ke rumah saudara dan membuat makanan yang anak-anak suka, seperti pancake dan donat. Bedanya, kali ini anak-anak yang mau trelibat proses bikinnya, sederhana sih, seperti memasukan tepung dan mengaduk. Ini sangat menyenangkan sekaliii. 


Bayan dan daun.
Foto: Ima

Pagi ini, Alif melingkari tanggal pertama di tahun baru yang jatuh di hari Minggu bulan Januari. Alif bilang katanya berarti besok (Senin) bisa berenang lagi karena sekolah baru hari Senin tanggal 9 Januari. Dia tampak bersemangat meski belum mandi sampai siang ini. Hari ini dia mau bikin pancake (lagi). Baiklah… berenang, pancake, main lego, menggambar. Sementara saya menulis dan beli buku online, sementara suami menggambar.  Ada doa dan harapan disekelilingnya menuju impian dan hidup yang lebih barokah.

Hari pertama di bulan Januari 2017

Jam 00.00 WIB saya masih bangun, lalu keluar rumah untuk melihat kembang api dan petasan dari halaman rumah. Tadinya sebelum tengah malam mau gabung sama kakak dan teman-temannya di lapang CCL ikut menikmati api unggun, makan jagung bakar, ubi bakar dan teman-teman seniman yang melantunkan lagu-lagu Iwan Fals. Ini menyenangkan. Tapi saya sedikit kembung dan masuk angin, anak-anak juga sudah tidur. Lagian saya khawatir anak-anak bangun begitu suara kembang api dan petasan muncul serempak dari berbagai tempat. Sekeliling rumah saya ini wilayah yang padat hotel (hahahaaa…). Saya sudah hapal, biasanya kalau malam tahun baru, tiap hotel akan menyalakan kembang api, bagus bagus, suaranya kencang dilanjut pesta musik saling menimpal. Jadi, saya lebih memilih di rumah untuk (rencananya) menulis, tapi badan mulai tidak enak menerima radiasi komputer. Jadi saya memutuskan mematikan komputer dan handphone, lalu nonton film Indonesia di tivi lokal.

Rupanya Teh Ida keluar rumah, juga keponakan saya-Unis. Alhasil, kami bertiga menikmati kembang api di halaman rumah, memotretnya sambil sesekali tutup telinga. Suara kembang api sangat kencang dan percikannya seperti ada di depan mata. Indah sekali, meski tidak seantusias dulu-dulu, tapi saya cukup menikmatinya. Tak lama menikmati pertunjukan kembang api, saya memilih istirahat saja.

Rencananya, subuh ini saya mau beli surabi dan kue awug di pasar sambil menikmati teh pahit pagi-pagi. Nyatanya? Saya bangun jam 03.00 WIB lalu melakukan tahajud, tapi cuma bertahan 2 x 2 rakaat karena super nguantuuuk lalu kembali ke kasur. Begitu adzan subuh, saya dan suami bangun lagi dan shalat subuh. Di luar sepi, tidak seramai semalam. Tak ada api unggun, suara gitar, jimbe dan nyanyian. Hening, meski sesekali suara kendaraan terdengar kesepian dikejauhan. Bumi seperti menunggu pergerakan baru para manusia-manusianya. Apa yang akan dilakukan di tahun ini, iya, setahun ke depan.




Setelah shalat subuh, saya kembali tidur dan lelap sekali mungkin karena malam tidur terlalu larut. Sampai suami saya membangunkan kalau hari sudah jam 07.00 WIB. Saya berusaha menyadarkan diri sendiri dengan bertanya dalam hari, ini hari apa, sekolah atau apa, anak-anak sudah bangun belum. Wuaaaah… saya belum menyiapkan sarapan pagi. Saya segera pergi ke wc dan membersihkan diri, ternyata Ceu Emi sudah menghangatkan nasi tapi belum ada teman nasi. Jadi saya memutuskan beli soto ayam di terminal. Soto ayamnya enak sekali.

Dengan sedikit tergesa, saya segera beli soto ayam. Banyak sampah di terminal, mungkin sisa “pesta” semalam. Orang-orang hilir mudik, datang dan pergi, menikmati makanan dan minuman dan melempar kemasannya dimana saja. Rupanya, ada orang-orang yang mencari kebahagiaan semalam tapi menyisakan banyak sampah dimana-mana. Sedih sih, meskipun saya juga masih belum bener kelola sampah rumah. Tentang sampah rumah tangga, ini pekerjaan rumah yang harus bener-bener saya perhatikan.

Di terminal ada warung kopi, ternyata ada yang manggil dan itu adalah teman SD saya, namanya Roba. Kami ngobrol-ngobrol sebentar. Waktu, benar-benar kaya baru kemaren. Kami benar-benar tumbuh menua dengan seribu misteri cerita dibaliknya. Saya dengan masalahnya begitupun teman saya ini. Seketika saya seperti tidak pernah melewati masalah-masalah yang pernah dilewati, atau mungkin masing-masing berfikir betapa enaknya hidup teman saya ini. Hahaa… tapi saya percaya, setiap orang bisa sampai sekarang karena pernah melewati hidup yang “berarti”. Kami bukan lagi anak-anak pecicilan yang lari-lari di halaman sekolah dan main bola, saling ledek dan jail. Tapi, kami sama-sama sedang menikmati liburan (meskipun tidak benar-benar liburan), dan berfikir apa yang harus dilakukan untuk makan besok.

Ah, saya harus segera pulang. Anak-anak menunggu, ayahnya pun menunggu untuk segera sarapan. Tidak biasanya makan lewat dari jam 07.00 wib pagi, semoga badannya tidak “protes” meski telat sarapan. Biasanya, kalau suami saya telat makan, tubuhnya bakal nge-drop: lemas dan lain sebagainya.

Di malam pergantian tahun, kembang api, menonton di rumah, beribadah di masing-masing rumah ibadah, pesta, buat sebagian orang semacam momen yang tepat dalam merayakan diri sendiri. Waktu menjadi sebuah titik apa yang sudah kita lewati dan apa yang harus dilakukan ke depan. Karena bergeraknya waktu, beriringan pula dengan perubahan tubuh, keadaan sosial yang terus bergerak dinamis, budaya yang saling bercampur baur. Kita sendiri akan terus beradaptasi dengan dengan diri dan lingkungan, ikut bergerak dengan keadaan jaman atau menjauhkan diri dari keadaan yang seperti berlari.

Minggu, 1 Januari 2017

@imatakubesar