Akhirnya bikin pertunjukan lagi, sebuah longser.  Longser? Iyah longser untuk anak-anak santri di pesantren Darul Iman, pesantrennya mertua di Kadupandak Pandeglang.  Mereka tampaknya tahu Ima dan ayah pernah bergelut di teater lalu mereka tiba-tiba ingin dibuatkan sebuah pertunjukan untuk isi acara di Haflah.  Yah, yang belum tau apa itu Haflah, ini sebuah istilah untuk acara perpisahan, wisuda, bagi rapot di pesantren.  Tepatnya hari Minggu ini tanggal 22 Juni 2014 ini tampaknya bakal menjadi hari yang menyenangkan. 

Kesannya jadi mendadak banget, Henri santri Darul Iman pengen dibuatkan pertunjukan yang lucu. Saya langsung berfikir longser.  Hari sebelumnya sebetulnya kepikiran pengen bikin pertunjukan longser atau teater tubuh, tapi yang paling kuat yaitu bikin longser.  Bahkan tiba-tiba kemaren-kemaren kepikiran bikin jalan ceritanya tentang “Kabayan Nyantri”, eh taunya ada kesempatan.  Ide ceritanya malah terbersit dari ceramah Kiai di acara “Pesan dan Nasehat Perpisahan Pengasuh untuk santri dan apresiasi seni”.  Isi pesannya sangat bagus tentang pentingnya menimba ilmu dan menerapkannya, lalu ada cerita yang menarik, dulu orang-orang tertarik untuk nyantri karena santri banyak dicari untuk dijadikan menantu.  Ini cerita yang menggelitik dan juga menarik.

Pas tadi sore anak-anak mau dibuatkan pertunjukan, saya langsung ingat cerita itu dan disambung-sambung jadi cerita yang menggelitik.  Seorang kabayan yang tadinya tidak mau menikah karena lebih mencintai ayam jagonya.  Tapi melihat temannya akan menikah dengan perempuan yang menarik dia akhirnya mau nyantri dengan alasan agar bisa diangkat menjadi mantu.

Akhirnya sore tadi, saya coba otak atik garis besar ceritanya, malah baru menemukan ending setelah magrib.  Sambil bolak balik makan dan sebentar ngapa-ngapain unak anik itu ini.  Teknisnya, ada narator dan para pemain mengikuti petunjuk narator.  Beberapa anak-anak yang main juga pada pengen ikutan, jadinya mereka dimanfaatkan untuk mengisi musik.  Musiknya pake bambu, botol kaca, kaleng, biar seru dan hidup.  Dan mereka ternyata cukup bisa diajak kerjasama, enjoy dan asik. 

Gak menyangka, anak-anak santri seperti Henri, Rizki, Gokil, Egi, Adib dan yang lain-lain ternyata tertarik dan senang mendengar ceritanya.  Akhirnya kami mulai latihan setelah waktu shalat Isya.  Ternyata? Mereka lucu-lucu dan asik banget.  Latihannya belum tuntas sih, jadi tadi baru latihan beberapa adegan soalnya udah pada keburu ngantuk. 


Hey kalian, terima kasih yah, mata-mata bening dan semangat kalian menyembuhkan lukaku.