Terinsipirasi dari tulisannya Ma’ Lia Djabir di Blog Komunitas Emak-Emak Blogger. Saya jadi ingin berbagi pengalaman jalan-jalan bareng anak juga. Tapi, mau sedikit berbagi tempat jalan yang seru di kota sendiri, Bandung. 









Ya, saya beruntung tinggal di Bandung karena banyak alternatif tempat wisata yang bisa mengolah aktifitas anak-anak. Jadi ongkos transportasi jalan-jalan saya bareng anak ini suka cenderung hemat. Kalau santai bisa naik angkot, tapi kalau mau cepet bisa pesan alat transport online.

Anak-anak selalu senang dibawa ke tempat main, apalagi banyak permainannya. Selain menikmati suasana luar rumah dan melahap makanan lezat, di tempat wisata biasanya ada tempat bermain seperti jungkat jungkit, ayunan, perosotan, main loncat-loncat, dll. Sambil main badannya pun ikut bergerak, otaknya ikut berfikir dan hatinya senang, jadi permainan itu mengolah tubuh anak menjadi aktif, seimbang, berani dan sehat.

Sebenarnya buat anak-anak, lingkungan sekitarnya (rumah dan halaman) ada saja dijadikan media permainan. Kursi di dorong jadi tempat loncat-loncat, kasur di tarik jadi serodotan, kain dijadikan tenda-tendaan di tengah rumah. Mereka masih belum sepenuhnya tahu aman dan bahaya sampai kita beri tahu atau dia mempelajari sendiri benda yang ada di depannya. Bagi kita orang dewasa, ketika anak-anak yang tengah ngoprek barang-barang di rumah dianggap mengganggu dan salah. Padahal mereka tengah mempelajari sesuatu. 


Setiap orang tua pernah dibuat kesal karena anak-anak membongkar semua elemen mainan hingga berkeping-keping. Padahal itu mainan yang baru dibeli. Kalau lihat dari sisi orang dewasa, kelakuan anak itu dianggap tidak menghargai, tapi sebenarnya dia sedang mencari tahu mainan mobil itu kok bisa bergerak, ko bisa bentuknya begitu dan pertanyaan lain di benak mereka.

Tak hanya mainan, alat-alat terdekat di lingkungan rumah pun bisa jadi media bermain. Bermain suara, warna, mengenal bentuk, cara-cara sederhana namun bisa mengolah kebutuhan rasa ingin tahunya. Dengan bermain dia akan mempelajari banyak hal tentang kehidupan. Ada baiknya kita ajak anak-anak bermain ke tempat yang bisa menampung adrenalin dan menstimulus pengetahuannya yang sesuai dengan usianya.

Rasa ingin tahu masa anak-anak sangat tinggi, sebagai orang tua harus peka mengarahkan maupun menstimulasi otak, tubuh dan hatinya dengan berbagai cara. Kita bisa mengenalkan orang-orang sekitar, mengenalkan waktu, beragam alat musik, alat gambar, play dough, lego, puzzle, mengenalkan bermacam sayuran, buah-buahan, binatang sehingga referensi hidup mereka bertambah dengan cara yang menyenangkan, seperti bermain ke musium, kebun binatang yang tak jauh dari rumah.

Anak-anak cepat belajar, tak terasa dia akan tumbuh dan berkembang. Selain kita memberi gambaran dan mengenalkan berbagai mahluk hidup dan benda mati melalui buku, ada baiknya sesekali kita ajak mereka keluar rumah mengenalkan alam sekitar secara langsung. Itu akan memberi pengalaman tersendiri yang mengolah panca indranya. 




Tempat Jalan Seru

Di kota saya, ada beberapa tempat main keluarga yang edukatif dan menyenangkan buat keluarga. Mungkin karena kota wisata, jadi di disini banyak alternatif tempat jalan yang seru bareng anak.  Seperti tempat wisata keluarga ini:

1. Taman Hutan Raya (Tahura)

Biasanya, di kota besar seperti Bandung, Serpong dan Jakarta tingkat polusinya cukup tinggi. Sehingga pemerintah kota menciptakan dan memelihara daerah tertentu untuk dijadikan Taman Hutan.

 Taman Hutan ini wilayah yang ditanam pepohonan rindang dengan jumlah yang banyak untuk mengimbangi polusi kota.  Tak hanya itu, di lengkapi dengan rerumputan, tempat duduk-duduk, kolam ikan, jalan setapak untuk lari maupun jalan kaki. Bisa menjadi ruang publik dan aktifitas sosial yang membangun keseimbangan ekosistem, udara segar, air bersih, dan kesuburan tanahnya.


Tempat ini bagus kita kenalkan pada anak-anak agar mereka akrab dengan alam sekitar. Saat dewasa kelak ada kesadaran dan kepekaan terhadap alam pun jadi tinggi. Misalnya, 2 minggu sekali, kita menelusuri trek sambil jalan kaki, boseh sepeda, mengenalkan satu persatu pepohonan, berlari diantaranya, memegang dedaunan, mengenalkan binatang-binatang kecil yang ada di sekelilingnya. Selain tubuh bertambah kuat, anak-anak akan merasa senang. Sesekali ketika mulai cape, kita bisa duduk-duduk di kursi taman, melahap makanan dan minuman bersama sambil melihat pemandangan alami.



Lokasi Taman Hutan Raya ini di daerah Dago (Ir. H. Juanda), tadinya terkenal dengan nama Pakar, karena di sana ada Gua Belanda dan Gua Jepang yang terkenal dengan nama gua pakar. Tahura ini luas sekali, dari Dago tembus ke arah Maribaya Lembang. Kalau kita treking di Tahura dengan anak-anak bakal seru, karena tempat ini sudah digarap menjadi tempat wisata, ada fasilitas toilet umum, tempat ngopi, warung jagung bakar. Jadi walaupun hutan tapi ramai pegunjung dengan kondisi alam yang masih terjaga.



2. Kebun Binatang Bandung

Kebun binatang salah satu tempat yang disukai oleh anak-anak saya. Mereka antusias sekali kalau dibawa kesana. Sambil jalan kaki menelusuri satu kandang ke kandang yang lain. Melihat beragam burung, kelelawar, ular, buaya, harimau, monyet, orang hutan, gajah, kijang, dll. Pepohonan rindang, udaranya segar dan suasana kebun binatang memberi kesan tersendiri.


Seru deh lihat reaksi anak-anak pas melihat binatang itu makan, bersuara, loncat sana sini, bergerak, tidur, dll. Kadang saya melihat anak-anak itu takut, senang, antusias. Hanya saja, mata kita harus awas, ya. Karena anak-anak suka ingin pegang binatangnya dan belum tahu beberapa binatang bisa menyerang.

Nah, Kebun Binatang Bandung ini lokasinya strategis, berseberangan dengan kampus ITB (Institut Teknologi Bandung), tak jauh dari jalur Pasupati, simpang dago, dan jalur utama Jl. Ir. Juanda (Dago). Kalau sudah keliling Kebun Binatang Bandung bisa mencari kuliner di seputaran Dago.



3. Museum Geologi

Nah, di Bandung ada museum Geologi, tepatnya di Jl. Diponegoro No. 57. Kebetulan lokasinya tidak jauh dari pusat pemerintahan Jawa Barat (Gedung Sate) dan Masjid Pusdai. 




Bangunan dengan hasil karya kolonial Belanda mempunyai daya pikat yang khas. Selain bisa menikmati bangunan bersejarah, di dalam museum terdapat benda-benda peninggalan pra-sejarah, sejarah, dan batu-batu alam.

Anak-anak suka diajak ke Museum Geologi, karena ada kerangka binatang pra sejarah dan pemutaran film dinosaurus dan kejadian alam. Anak saya yang baru saja bisa baca, membaca satu persatu keterangan di setiap benda. Mereka senang dan antusias karena biasa lihat gambar ragam dinosaurus di buku bacaan.

Di museum ada beberapa ruang, salah satunya ruang pertunjukan kejadian alam. Pengunjung bisa menekan tombol sendiri lalu menikmati sajian pemutaran filmnya.

Tiket masuknya murah sekali untuk sajian benda-benda sejarah yang sangat apik. Untuk dewasa Rp 3000 dan anak-anak Rp 2000. Murah, mendidik dan menyenangkan.


4. Tempat Bermain

Nah, kalau mau mau ke tempat bermain saya biasanya pergi ke wahana bermain anak-anak di seputaran mall. Anak-anak senang, ibunya yang nganter juga ikut seneng karena bisa beli roti kesukaan dan window shooping.


Wahana bermain itu biasanya di hitung per 2 jam bisa main segala rupa dengan harga relatif murah. Ada kolam bola balon, mobil-mobilan, tempat loncat-loncat, panjat dinding, main pasir. Kalau mama lelah menjaga mereka yang sedang asik main, kita bisa duduk-duduk di pinggir sambil makan roti kesukaan.

Waktu 2 jam main itu cukup melelahkan, membuat mereka puas dan pulang dengan senang. 


5. Kolam Renang

Nah, ini tempat favorit bermain yang paling seru buat anak-anak. Di Bandung banyak tempat berenang dengan masing-masing kenyamanan yang berbeda. Mereka bisa main air dan prosotan sepuasnya. Setelah main air, selera makannya pun jadi banyak.


Kalau anak-anak sudah mulai bosan, biasanya saya ajak mereka berenang. Tempatnya dekat dari rumah, bisa jalan kaki atau naik angkot. Bawaan mereka kalau sudah berenang terihat lebih segar dan asik.

Nah, itu beberapa tempat seru-seruan bareng anak-anak yang bisa mengolah motorik kasarnya dan menjadi pengalaman menyenangkan. Kalian pasti punya dong tempat seru yang jadi tempat pavorit bareng anak-anak. Be Happy!

Tulisan ini diikutsertakan dalam event Collaborative Blogging #KEBBloggingCollab Kumpulan Emak Blogger kelompok Susi Pudjiastuti.


Bandung, 24 Agustus 2017
@imatakubesar
sumber:wisatapriangan.co.id

Meskipun namanya masih kalah tenar dengan pulau Komodo dan juga Raja Ampat, namun keindahan Pulau Alor dapat disandingkan dengan kedua
destinasi wisata tersebut. Pulau yang terletak di Nusa Tenggara Timur ini terkenal akan keindahan wisata baharinya. Bahkan para wisatawan tak segan lagi menyebut Pulau Alor adalah surga yang tersembunyi.
Lalu bagaimana cara untuk mencapai ke sana? Dan kejutan apa yang menanti? Pertama-tama yang harus disiapkan adalah pilihan alat transportasi untuk mengantar kalian ke sana. Salah satu yang paling mudah adalah dengan menggunakan pesawat terbang, seperti Nam Air.

Dengan menggunakan jasa penerbangan Nam Air, kalian akan diantar dari Bandara Udara El Tari di Kota Kupang, menuju ke Bandara Udara Mali yang terletak di Kabupaten Alor. Namun perlu dicatat, karena penerbangan menuju Alor hanya ada waktu siang hari, kalian wajib tiba di Kupang pada pagi harinya.

Sumber: ksmtour.com
Setibanya di Pulau Alor, kalian akan melihat bagaimana tempat wisata yang berpotensi tapi tidak diimbangi dengan fasilitas yang cukup memadai. Namun tenang saja, keramahan penduduk setempat akan membuat kalian nyaman ketika liburan disini. Sebagai contoh, meskipun tidak ada papan penunjuk jalan, jangan kuatir, karena penduduk setempat akan dengan senang hati memberi tahu tempat tujuan kalian.
Yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah tempat untuk bermalam. Tenang saja, kalian bisa menemuka hotel di pusat kota Kalabahi dan juga home stay yang berada di dermaga Kalabahi. Bagi kalian yang ingin merasakan pengalaman yang berbeda, boleh dicoba untuk menginap di homestay. Karena kalian akan memiliki kesempatan menyantap hidangan istimewa langsung dari dapur orang Alor.
Tidak berhenti di situ saja, kejutan sebenarnya baru akan dimulai. Salah satu kejutan tersebut bisa kalian temukan di Coconut Groove. Taman laut yang satu ini merupakan spot snorkeling yang terkenal dengan gradasi warna lautnya, yaitu biru muda, tosca, dan biru tua. Jika kalian beruntung, kalian bisa melihat rombongan paus yang sedang migrasi.

Sumber: pedomanwisata.com

Kejutan lainnya adalah museum 1000 Moko. Moko sendiri adalah sebuah alat musik tradisonal yang pada jaman dulu berfungsi sebagai alat musik perang. Warisan leluhur masyarakat Alor ini berbentuk seperti gendang yang dikelilingi oleh ukiran relief khas masyarakat adat Alor. Hingga kini masyarakat Alor percaya jika Moko pada mulanya didapat secara gaib, muncul dengan sendirinya dari kedalaman tanah. Kini, karena tidak ada lagi perang, Moko beralih fungsi menjadi mahar dalam upacara perkawinan.
Destinasi wisata berikutnya adalah desa adat Alor. Di sana kalian bisa melihat, membeli, bahkan belajar membuat kain tenun khas Alor. Yang menarik dari desa adat Alor adalah hampir semua penduduk di sana mengunyah sirih sebagai warisan nenek moyang mereka.

sumber:tinasiringoringo.blogspot.com
Lalu, selain kain tenun, oleh-oleh apa saja yang bisa kalian bawa? cobalah mengunjungi pasar tradisional Kedeleng. Di pasar tersebut kalian bisa membeli madu hutan asli dengn pembungkus kain tenun yang indah. Ada pula kue rambut, kenari, dan juga jagung titi. Oh iya, karena Alor masih belum berkembang seperti destinasi wisata lainnya, disarankan untuk membawa uang tunai, karena ATM sangat sulit ditemui di sana.
Itulah secuil kejutan yang bisa kalian dapatkan jika berkunjung ke pulau Alor. Lantas tunggu apa lagi? Segera kemasi barang bawaan kalian, dan jangan lupa cek tiket dan jadwal penerbangan Traveloka Nam Air.
Pembicara, Enda Nasution
menjelaskan tentang pertumbuhan dunia literasi (Blogging)
dari masa ke masa.
Foto: Ima



Sensistifitas Budaya


Dunia komunikasi dan informasi di media sosial sangat tinggi, informasi negatif dan positif saling berkejaran. Satu sisi masyarakat suka cepat merespons berita-berita negatif dari pada berita positif. Respons masyarakat lebih mudah tersentuh ketika melihat dan mendengar kejadian-kejadian yang negatif. Sehingga banyak sekali sisi sosial yang baik menjadi tertutup karena kejadian-kejadian yang negatif.


Dulu ada keyakinan, kalau ingin menguasai dunia, maka kuasailah daratan. Kemudian persepsi itu bergeser, bahwa kalau ingin menguasai dunia maka kuasailah lautan. Sekarang, jika ingin menguasai dunia maka kuasailah dunia maya.


Tak dipungkiri kini manusia lebih senang berselancar di dunia maya.  Berdasarkan penelitian, ketika orang berselancar di dunia maya dia akan keluar hormon oksitosin yaitu hormon yang membuat nyaman.  Hormon yang sama seperti bayi yang menyusui. Ada kenyamanan tersendiri ketika kita mencari informasi-informasi di dunia maya.

Kini, masyarakat Indonesia begitu mudah mencari dan mendapatkan beragam informasi dari dunia maya. Sayangnya bertebaran informasi di dunia maya berita bohong (hoax) dan orang-orang yang mendapatkan info itu dengan mudah membagikannya di media sosial tanpa mencari kebenarannya.

Oleh karena itu, kita sebagai pelaku media maya, harus ikut menulis dan berbagi konten dengan bahan yang akurat.



Kebhinekaan: Beragam Itu Indah

Pada dasarnya beragam itu indah. Di dunia ini ada ratusan bahasa, suku bangsa, bahasa, agama, budaya dan bagaimana masing-masing hadir dengan.  Seharusnya keberagaman ini bisa menjadi media belajar dan kaya. Justru dari keberagaman inilah muncul pola komunikasi yang menarik, bijak dan membuat cara pandang kita terhadap persoalan-persoalan sosial menjadi luas.

Katakanlah ketika ada kasus pemakaman, kita tidak bisa menyamakan persepsi orang Jakarta dalam menanggapi suku lain dalam melakukan kasus yang sama. Pertimbangan kondisi alam, kepercayaan dan budaya tiap suku berbeda-beda, jadi kita tidak bisa menerapkan persepsi sendiri dalam menyelesaikan suatu masalah suku lain.

Indonesia pada dasarnya sudah beragam, berbeda dengan negara Amerika yang tercipta karena orang-orang yang beragam datang ke negera itu untuk mendapatkan kebebasan. Demokrasi pun tercipta karena masing-masing suku bangsa yang datang ke Amerika berharap mendapat pengakuan, kebebasan dan hak yang sama. Sementara, di Indonesia tinggal dipelihara perbedaan ini menjadi ruang-ruang yang menarik untuk menciptakan bentuk komunikasi yang baik. 



Di era digital ini, Indonesia ini pada dasarnya seperti rumput kering yang mudah terbakar. Sehingga keberagaman ini harus dilihat secara radikal (berfikir yang berakar pada persoalan yang sesungguhnya). Jadi jika ada tudingan yang muncul di media sosial harus kita cari akar pesoalannya. Iklim sosial sering terjadi pergesekan, kalau ingin menghilangkan asap, maka hilangkan apinya.

Pada dasarnya, manusia merespons pola-pola budaya, dikembangkan dengan tatanan yang dihadapi. Jika menuntut kebudayaan yang seragam, itu sangat absurd karena respons tiap manusia makna berbeda-beda dalam menanggapi.

Bagaimana ruang publik tetap terbuka? Di media maya, kita bisa melahirkan berbagai gagasan. Cara ini mempengaruhi orang-orang untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif, membangun kreatifitas dan menciptakan kesempatan membangun budaya yang lebih baik. Dengan terbangunnya budaya yang lebih baik, keberagaman akan menjadi referensi yang menarik untuk memperkaya wawasan dan terciptanya ruang berkarya.



Blogging di Indonesia dari Masa Ke Mas
a

Enda Nasution

Tanggal 22 Oktober tahun ini adalah 10 tahun dicanangkan hari blogger Indonesia. Makin kesini, dunia blogger di Indonesia semakin ramai dan diminati oleh banyak orang. Sayangnya tidak punya media sosial dengan flatform produk Indonesia sendiri. Sekarang muncul flatform Sebangsa, merupakan media sosial berbasis komunitas.

Perkembangan literasi manusia bergerak bertahap, mulai dari menulis di dinding-dinding gua, lalu lanjut ke kertas kemudian dalam bentuk buku. Kemudian dimasa-masa tertentu, buku pernah hanya dimiliki dan dibaca oleh kelas masyarakat tertentu karena harga buku yang mahal. Lalu, buku mulai bisa dicetak sendiri oleh penulisnya, sehingga buku semakin banyak terbit dan mudah dimiliki oleh pembacanya. 





Pada tahun 1997, weblog mulai muncul. Tapi blog yang kita kenal saat ini bukanlah blog yang kita isi dengan beragam cerita.  Saat itu, masih belum ada Google.  Jadi, fungsi blog lebih pada membagi link dan mengarahkan pada berbagai informasi yang kita butuhkan.

Saat ini, blog menjadi media yang bisa digunakan dan olah oleh siapapun.  Kita adalah konten creator untuk blog yang kita ciptakan.  Dan berdasarkan perkembangannya, web blog dan media sosial menjadi digital marketing yang dibutuhkan oleh semua perusahaan. 


Bahkan tantangan literasi di dunia digital semakin tinggi:

1.  Kebebasan berekspresi
2. Memanage hoax dan informasi yang tidak benar.
3. Banyak program literasi
4. Membantu pertumbuhan industri.

Hal yang dibutuhkan dalam anatomi blog, yaitu:

1. Informastif
2. Spesifik
3. Berguna
4. Personal
5. Unik/Khas
6. Bergaul

Agar pembaca bisa bertahan dan kembali lagi ke blog kita, upayakan konten dalam blog memberi anatoim diatas.


Tak hanya itu, Enda Nasution memberi gambaran dan tips menarik dalam enulis blog.  Sebaiknya, tulislah dengan piramida terbalik, bahkan dijelaskan dulu dari awal.


Bandung, 22 Agustus 2017
Imatakubesar

Tulisan ini diikutsertakan dalam acara Flash Blogging 72 RI Tahun #FlashBlog72RI
Suasana ruang kelas menulis di perpustakaan lapas anak.
Foto: Ima, 2017

Siang itu, saya dan teman-teman mulai berkegiatan kelas menulis lagi di lapas anak (sekarang LPKA, Lembaga Pendidikan Khusus Anak). Setiap hari Senin, kami bergantian mengisi materi untuk berbagi cara membuat tulisan, fiksi dan non fiksi. Dari menulis spontan hingga menulis dengan kerangka, menulis puisi hingga dibikin lagu, menulis cerpen, juga tulisan reflektif anak-anak tentang kehidupannya di dalam penjara.

Beberapa orang bertanya, kenapa saya mau berbagi ke lapas anak ini. Mungkin buat beberapa orang agak mengherankan karena mereka yang ada di lapas itu anak-anak "nakal", sampah masyarakat, melakukan kesalahan, bla, bla, bla. Baik ringan maupun berat, dari kasus narkoba hingga pembunuhan. Sama, saya juga heran.  Malah saya belum pernah menjadi pemateri atau pengalaman lain dalam mengajar dunia literasi selain menulis di blog dan beberapa tulisan di beberapa kompilasi buku. 

Ga tau ya, ketika dapat tawaran itu, hati saya tergerak begitu saja. Saya percaya ada sesuatu yang bisa saya petik dari proses yang bakal saya jalani, saya tidak tahu apa. Tapi saya percaya hati saya bergerak karena ada sesuatu yang menarik dan bermanfaat.  

Foto: Ima, 2017

Rupanya, anak-anak yang ikut kelas menulis ini ada, lho.  Sangat jarang anak remaja suka menulis, mereka lebih banyak melakukan kegitan-kegiatan fisik.  Herannya lagi mereka sangat rajin mencatat manual.  Catatan mereka berbuku-buku dan ditulis diatas kertas dengan pena.  Hari gini, menulis manual menjadi kegiatan yang jarang.   Mereka cukup antusias dan tidak menunjukan kegarangan maupun ciri-ciri kelakuan yang mengkhawatirkan.  Bahkan terlihat santun.  

Pertemuan Senin pertama termin ke-2 program kelas menulis CAN (Cerita Anak Negeri) di lapas anak ini, dimulai dengan membahas Zines. Jadi projek latihan menulis ini hasil akhirnya adalah mereka akan diberi pengalaman membuat zines sendiri. Alasan sederhananya, mereka tidak boleh menggunakan komputer, jadi media/zines ini sepertinya akan cocok. Mereka mengisi konten dan membuat desain secara manual, pakai kertas A4 kemudian dilipat dua.  Covernya dibuat sendiri hingga font judul Zines.  

Mirip majalah ukuran kecil dengan menggunakan alat-alat yang ada dan kesempatan yang paling mungkin.  Sehingga mereka ada pengalaman berekspresi membuat sesuatu dari awal sampai akhir.  Karena di lapas tidak ada alat foto kopi maupun alat cetak, jadi zines akan diperbanyak oleh pementor di luar lapas.

Foto: Ima, 2017

Sayangnya, dari 10 peserta kelas di bulan-bulan lalu, hanya 5 orang yang datang ke kelas menulis siang itu. Tapi katanya itu karena mereka ikut kegiatan yang lain. Tak apa, yang jelas dari 5 orang ini tampak lebih bersemangat.

Kami menggiring mereka untuk mengenal apa itu zines dan bagaimana proses pembuatan zines. Diawali dengan memberi padangan tentang zines kemudian diteruskan dengan mencari nama Zines bersama. Anak-anak melontarkan banyak nama yang unik dan segar. Dari semua list, ada yang unik dan menggelitik sehingga membuat kami banyak tawa. Dari beberapa nama yang terkumpul, kami mengarahkan nama-nama yang cocok menjadi nama zines-nya dan rubrik-rubrik apa saja yang mengisi halaman zines tersebut. Tak hanya itu, dilanjut dengan berbagi tugas menjadi pimpinan redaksi, tim redaksi dan masing-masing tanggung jawabnya. 

Foto: Ima, 2017

Mulai hari ini, anak-anak akan terlibat langsung belajar kerja kolektif dan tanggung jawab mengelola Zines sendiri. Mau jadi seperti apa nantinya, kita lihat di awal bulan November.

Dalam proses pencarian nama daan rubrik, tidak terlalu dibawa njelimet. Karena kondisi anak-anak pun saat ini sudah merasa tertekan. Kami cari nama sambil ketawa-ketawa, sambil bermain gitar dan bernyanyi-nyanyi dari puisi yang mereka buat.

Kebetulan hari itu, dari 4 mentor, 3 orang mentor bisa datang untuk mengawali kelas, melepas rindu dan beradaptasi lagi untuk memulai kelas. Saya, Evi Sri Rezeki, Kang Adew Habtsa, Adhimas dari ASAS UPI Bandung, akan berbagi tugas di Senin-Senin berikutnya.

Mencari nama dan berbagi tugas membuat Zines sudah selesai, tapi masih cukup waktu untuk melakukan aktifitas . Untunglah Kang Adew bawa gitar, beberapa anak memperlihatkan puisinya dan ingin dibuat nada untuk dijadikan lagu. Ada yang nyanyi-nyanyi, ada yang memperhatikan dan ada juga yang tanya-tanya cara menulis naskah drama.

Seorang anak bilang,”Teh, kelas menulisnya tambah lagi dong waktunya biar saya ada kegiatan, males kalau harus di blok aja.”

@imatakubesar
Bandung, 9 Agustus 2017


Suasana ruang di Forex Imf Jl. Sunda 57 Bandung.
Foto: Ima

Blogger dan Digital


Blogger erat kaitannya dengan dunia digital/on-line. Menyebarkan informasi dan berdialog dengan orang-orang di berbagai media sosial apapun. Katakanlah, facebook, twitter, G+, linkIn, Instagram, Path. Semua media ini saling memberi interaksi dan mendekatkan kamu pada komunitas yang mempunyai apresiasi yang sama. Katakanlah kamu suka musik, photografi, traveling, menulis, ilmiah, pertanian, dll, maka orang-orang yang menyukai bidang yang sama akan menemukan orang-orang yang segaris dengannya.

Bergerak di dunia digital, membuat kamu leluasa mencari informasi sambil tak lupa menyaringnya. Karena di dunia digital ini berbagai informasi positif negatif ada, fondasinya ada di hati dan jari kamu. Tarik menarik untuk menebar kemungkinan ini itu sangat kuat: bermanfaat atau tidak bermanfaat. Uniknya lagi, bergerak di dunia ini satu-dua info maupun bidang bisa kita kerjakan sekaligus.

Nah, interaksi di dunia on-line ini tidak hanya tempat mencari informasi, bertukar informasi dan saling sapa. Tapi bisa juga digunakan sebagai media bisnis barang dan jasa. Makin kesini, orang-orang semakin melek bahkan menjadi media yang tak terlepaskan. Profesi bisa menjadi beragam, ada guru sambil jual fasihon online, ibu rumah tangga juga pemain pialang saham, penulis yang bekerjasama dengan dunia industri. Semua saling menggunakan kesempatan mengoptimalkan fungsi komunikasi digital menjadi interaksi yang menarik. Waktu, tempat, kesempatan menjadi tak terbatas.


Referal Get Money

Begitupun dengan yang ditawarkan Forex Imf, sebagai pialang saham, Forex Imf menggunakan media on-line untuk mengoptimalkan fungsi tradingnya. Ulasan lengkap Forex Imf bisa kamu lihat di sini. Ada yang bermain langsung namun kamu yang punya blog maupun senang memberdayakan media digital lainnya, kamu bisa jadi partner Forex yang berkontribusi sebagai referal. Referal Get Money, maksudnya adalah kamu cukup sebarkan link sisanya cukup mereka yang bekerja.

RGM ini polanya sederhana, kamu tinggal berbagi link referal kamu di berbagai media sosial yang kamu punya. Kalau ada orang yang mempunyai antusias yang sama maupun senang membuka diri pada berbagai kesempatan. Mereka akan mendaftar di alamat link referal kamu, kamu akan mendapatkan keuntungan sesuai ketentuan. Begitupun seterusnya.

Sesederhana itu, sih.

Untuk dapat link referal, kamu cukup klik link referal ini, nanti tampilan yang muncul seperti ini:


Selanjutnya, klik daftar akan diminta isi nama dan e-mail, jangan lupa tulis captcha. Tunggu dalam beberapa saat verifikasi yang dikirim lewat e-mail. Nanti di email akan diarahkan untuk klik link dan akan mengarah ke formulir yang harus kamu isi. Cukup siapkan nomor identitas KTP dan siapkan pula nomor rekening bank. Sebaiknya akun BCA karena akan lebih mempermudah proses saat nanti ada pembayaran. Kalau rekening kamu bukan Bank BCA juga bisa, hanya proses pembayaran akan berlangsung agak lama.

Setelah selesai isi formulir, kamu akan dapat link referal. Nah, nama link itu yang kita sebar di berbagai media. Berbagai informasi dan pergerakan yang daftar di link kita akan tampak di dashboard.





Sementara untuk menjaring nasabah, kamu bisa klik link ini dan semua prosesnya sama.

Jadi, kita cukup sebarkan link dan biarkan semua urusan pada pihak Forex Imf.

Tapi, kalau kamu sudah punya link, kamu bisa saja tidak hanya berperan sebagai referal tapi jadi nasabah dan bermain trading.

Sekalipun kamu belum mengerti dunia trading, kamu bisa belajar langsung tanpa perlu bayar di kantor Forex Imf Jl. Sunda No. 57 Kebon Pisang, Sumur Bandung, Kota Bandung. Siapapun bisa belajar dan bermain di pasar saham.

Jadi, buat kita yang sudah biasa beraktifitas di dunia digital, baik itu blogger maupun pelaku media sosial. Menyebarkan link referal ini menjadi aktifitas yang sekali jalan, dua tiga pulau terlewati. Sambil nge-blog dan melakukan pencarian informasi, kita bisa sambil menyebarkan link dan mendapatkan kesempatan mendapatkan uang dari kiri kanan.

Begitulah kondisi saat ini, ekosistem dunia digital bisa menghubungkan berbagai pihak dan saling memberi nilai lebih di masyarakat. Tidak hanya sekedar bertukar informasi tapi juga bisa menghasilkan manfaat finansial secara nyata.

Bandung, 5 Agustus 2017
@imatakubesar
Pantai Bagedur, pantai selatan Propinsi Banten.
Foto: Ima, 2017
“Mudik nanti, Ayah* pengen ngajak Ima ke pantai.” Ajak Ayah beberapa hari sebelum Idul Fitri tiba.

“Hayuuu... kemana, ya. Tanjung Lesung, Sawarna, atau Carita?” Saya membayangkan sesuatu yang indah.

“Nanti deh kita lihat-lihat. Kalo Tanjung Lesung mah ke arah rumahnya Eman, di Sumur.”

“Oh, iya, kejauhan, ya. Pantai yang deket-deket aja.”

“Oke, aaamiiiin.”

“Kok, amin?”

“Semoga jadi, hahhaaaa.... biasanya kan suka gagal.”

***


Liburan



Liburan kali ini terasa sekali, mungkin karena ini kali pertama anak saya dapat libur semesteran dengan waktu yang cukup lama. Sekitar 3 minggu, hureeee... Ya liburan hari raya, ya liburan kenaikan kelas. Kami akan pergi ke kampung halaman suami di Pandeglang. Di Google Map, Pandeglang itu masih bagian dari propinsi Jawa Barat padahal sudah lepas menjadi Propinsi Banten sejak tahun 2000.

Sebenernya, pergi ke kampung halaman suami pun sudah terasa liburan. Mengingat daerah tempat tinggal mertua masih banyak pohon-pohon lebat, pesawahan, pemandangan gunung yang lezat dan permainan panorama di pagi dan sore hari. Itu sama seperti liburan tiap hari. Maunya jalan kaki, menikmati hamparan rumput, lihat-lihat sawah dan menikmati udara segar. 

Belakang rumah mertua di Pesantren Darul Iman,
Kadupandak Banten. Foto: Ima, 2017

Waktu bermalam di Pandeglang bakal lama sepertinya, mengingat liburan anak yang lama dan obat Ayah yang mencukupi sekitar 2-3 mingguan. Kalau tiap hari di rumah ya tetep aja ga enak, jadi asik juga kami rencanakan ke pantai. Sementara orang-orang mulai masuk kerja tanggal 3 Juli, kami berangkat ke Pantai. Harap maklum, karena kerja kami di rumah. Buat kami bekerja adalah liburan, liburan adalah bekerja. Kumaha ieu teh? Nya kitu weh, bebas menafsirkan. ((hahahaaa..))

Nah, jadi di hari ke-5 di Pandeglang, akhirnya kami ke Pantai. Iya, pantai. Heheheee...

Dari beberapa pilihan pantai yang disebutkan sebelumnya, tidak ada yang terpilih. Saat Ayah bilang ada pantai bagus di Pandeglang namanya Pantai Bagedur. Saya meng-iya kan saja. Nama yang asing dan baru didengar, sepertinya bakal menarik. Dari semua anggota keluarga, cuma Ayah saja yang pernah ke Pantai Bagedur, itu pun rekreasi bersama sekolah di waktu dia masih SD. SD, itu sekitar tahun 88-an, hitung sendiri berapa tahun lampau. Jadi kami browsing-browsing lewat google map, dimanakah letak Pantai Bagedur dan berapa jauh jarak dari rumah ke pantai.



Persiapan Traveling Ke Pantai Bagedur

Pertama, kami mulai mencari jalur dan referensi Pantai Bagedur lewat google map. Hasil browsing dan foto-foto yang pernah ke sana, pantainya menarik karena masih jarang jadi kunjungan wisata. Rupanya, jalurnya cukup sederhana dan jarak tempuh hanya 2,5 jam saja dari Kampung Kadupandak Kabupaten Pandeglang. Prediksi kami jalanan rusak dan macet. Sehingga jarak tempuh yang diperkirakan Google Map molor sekitar 1-2 jam.

Kedua, mempersiapkan baju ganti kami, handuk, alat mandi, dan baby cream. Mengingat anak-anak pasti akan main pasir dan panas-panasan di pinggir pantai. Beberapa mainan pun dibawa agar anak-anak bisa main dan meng-explore pasir.

Ketiga, bawa obat-obatan.

Keempat, bawa handphone yang sudah di carge penuh, power bank juga kabel agar bisa puas foto-foto.

Keempat, camilan. Camilan ini penting buat anak-anak, biar perjalanan bisa lebih asik dan tenang. Jadi di tengah perjalanan nanti kami berhenti di mini market untuk membeli beberapa camilan kesukaan anak-anak. Seperti; permen, cokelat, kripik, roti, susu, air mineral, crakers, juga kacang.

Kami tidak bawa nasi dan temannya dengan harapan bisa makan ikan di pinggir pantai. Untuk tambahan camilan, kami bawa beberapa kue idul fitri. Camilan anak-anak ini perlu agar anak-anak menikmati perjalanan.

Kelima, uang secukupnya untuk bensin, supir dan beli makan.



Rute Perjalanan Ke Pantai Bagedur
Kami berangkat dari rumah mertua jam 09.00 wib, khawatir terjadi kemacetan dan pulangnya tidak terlalu malam. Kami berangkat rame-rame. Tetangga kami yang jadi supir, Ade adiknya Ayah, Mama, Saya, Ayah, Aden, Bayan dan Kaira (sepupu Aden). Satu mobil cukup, di depan ada supir dan Ade karena dia hamil, di tengah ada Ayah dan Mama, di belakang saya dan anak-anak.

Pemandangan sepanjang jalan Malingping.
Foto: Ima, 2017

Saya siapkan kresek, telon juga pakaian ganti kalau-kalau anak-anak mabuk di tengah jalan. Baru beberapa menit perjalanan, anak-anak seperti yang mengantuk, mereka tidur sekenanya. Tapi kemudian segar lagi begitu berhenti di Alfamart. Ini kalo anak-anak udah melihat logonya aja, langsung segar dan gelisah karena mau jajan.

Kami turun, saya dan anak-anak langsung ke bagian camilan sementara Ade beli air mineral 1 dus. Wajah lesu anak-anak berubah ceria. Masing-masing beli camilan yang mereka suka, meski saya batasi masing-masing beli 1 jenis makanan dan 1 jenis minuman. Tapi gagal total, karena masing-masing mereka mau beli mainan juga. Oke! Di acara ke pantai ini saya ga mau ada yang “manyun”, jadi saya kabulkan saja permintaan mereka. Sebagian camilan saya pilihkan seperti agar-agar dengan isi yang banyak, kripik dengan isi yang banyak agar mereka makan sama-sama dan senang berbagi.

Setelah jajan di Alfamart, kami lanjut perjalanan menuju pantai. 

Jalan-jalan melewati kebun karet.
Foto: Ima, 2017

Kalau dari Kampung Kadupandak (rumah mertua), ada beberapa desa yang akan kami lewati. Diantaranya Batubantar, Saketi lalu Malingping. Kalau dari alun-alun Pandeglang, kamu bisa menelusuri jalan Raya Labuan ke arah Saketi. Di Saketi ciri-cirinya ada pasar dan kios-kios buah-buahan yang sangat menarik. Perjalanan cukup mengikuti jalan besar. Berbelok-belok dan naik turun bukit. Pemandangan masih sangat alami, kiri kanan melewati kebun sawit dan kebun karet.

Rupanya perjalanan cukup lancar, arus liburan sudah sepi. Jadi waktu perjalanan kami sesuai dengan perkiraan di google map yaitu 2,5 jam saja. Sementara arus balik ke arah Jakarta cukup padat.



Pantai Bagedur, Pantai Selatan Banten

Jalan menuju pantai dari pintu utama.
Foto: Ita, 2017

Sekitar jam 12.00 wib kami sampai di Malingping, di sana terdapat gapura bertuliskan “Bagedur Beach”. Dari jalan besar ke arah pantai sekitar 1 km. Di tengah ada pos tiket, harga masuk tiap orang Rp. 5000 saja. Tapi menariknya, yang dihitung hanya orang-orang besarnya saja, jadi kami membayar tiket masuk Rp. 25.000, biaya parkir mobil tidak dihitung.

Ayah dan Aden.
Foto: Ima, 2017

Begitu sampai di pinggir pantai, rupanya mobil bisa masuk ke bibir pantai. Di sebelah kiri terdapat kios-kios yang memanjang. Dari pedagang makanan, baju, sendal dan sepatu. Meskipun sudah banyak pedagang, pantai cukup sepi, hanya segelintir orang yang ada menikmati keindahan Pantai Bagedur. Kios-kios makanan berjajar sangat panjang, tapi sayangnya tak ada satu kios pun yang menjual nasi dan ikan bakar. Padahal salah satu tujuan kami ke pantai yaitu ingin menikmati ikan segar di pinggir pantai sambil menikmati deburan ombak. Rata-rata kios-kios itu menjual mie baso. 



Dengan banyaknya kios dan pengunjung yang sepi, kami sangat leluasa memilih tempat untuk berteduh, mengingat begitu sampai matahari sedang terik-teriknya.

Kami pilih parkir di depan kios yang cukup nyaman di atas pasir yang cukup tahan untuk parkir mobil. Tempat mobil parkir dan kios tempat kami menarik, jarak dari kios ke pantai seperti halaman rumah, dekat sekali. Di masing-masing kios pun menyediakan kamar mandi untuk membasuh badan dan ganti pakaian, berikut ada sepetak tempat untuk shalat. Di sebelah kios tempat kami berteduh, ada kios es kelapa muda. Ini es kelapa muda yang paling enak yang pernah saya lahap. Bisa jadi karena faktor gula merah yang melengkapi rasa manisnya.

Menikmati laut yang sangat luas, langit yang tak berbatas dan permainan beburung juga awan putih yang indah, segelas kelapa muda. Kenikmatan yang meredakan kepala dan hati yang kusut.

Waktu di pantai cukup lama, sambil menunggu matahari turun, anak-anak bermain di pinggir kios agar tidak kena terik matahari. Sementara Ade menghubungi salah satu santri yang tinggal dekat di daerah pantai. Dia pun datang menggunakan motor, aih senangnya! Namanya Ita. Karena kami belum makan nasi, jadi saya minta antar Ita untuk mencari tempat makan. Saya dan Ita pergi keluar ke arah jalan besar Malingping menuju pasar. Di sana ada warung nasi padang, akhirnya saya beli nasi, ikan bakar juga perkedel kentang. Oke, meski tidak beli ikan di pinggir pantai tapi terobati dapat ikan bakar segar di Warung Nasi Padang. Horeee!

Cahaya matahari mulai turun, anak-anak mulai mendekati ombak. Bermain pasir basah dan menangkap air laut yang asin. Mereka senang sekali, sama, saya juga. Dari yang cuma berdiri sampai tidur-tiduran di pantai sambil di sapu ombak. Teriak dan tawa pun tak henti keluar dari mulut kami. Mama menikmati permaian kami di dalam kios sambil makan nasi ikan padang. Bermain dari yang tadinya air lautnya agak jauh hingga air mulai pasang. Petugas pantai mulai meniup pluitnya jika ada pengunjung yang berenang ke batas yang dilarang. 

Sampah berserakan, pemandangan
di tiap tempat wisata.
Foto: Ima, 2017

Pantai ini termasuk pantai yang cukup besar ombaknya. Berdasarkan kabar di berita-berita on-line, waktu itu kondisi ombak termasuk sedang tinggi dan besar.

Sore semakin merambat, cukup alot saya membujuk anak-anak berhenti bermain dan segera membasuh badannya. Anak-anak senang, begitupun kami. Liburan yang menyenangkan.



Bandung, 3 Agustus 2017

@imatakubesar

*Ayah=Panggilan suami.
Suasana di Lapas Anak Arcamanik.
Foto: Ima

Masa kecil, wangi masakan Ibu, becanda dan bertikai dengan saudara, suara dedaunan di halaman, semburat cahaya pagi, teriakan teman-teman mengajak bermain. Ya, masa kecil dengan cipratan air sawah, pemandian umum, selokan yang bersih, pegunungan yang terlihat teramat besar dan pepohonan rimbun. Suara mengaji dari masjid di antara penduduk menggiring anak-anak bersegera ke masjid, mengaji, shalat juga bermain-main. Ada tawa, ada tangis, ada semangat yang tak terbendung.

Musik anak-anak menggema di dalam ruang keluarga. Ada harapan, ada doa, ada keceriaan, ada ruang-ruang gembira tanpa beban. Tapi tidak di Lapas Anak Arcamanik Bandung, sepi, rasa sesal, pesimis pada masa depan. Ya, kasus mereka beragam, dari pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan tak sengaja, hingga pembunuhan berencana. Ngeri? ya.

Tapi, ya, mereka anak-anak remaja dari usia 14- 19 tahun. Meringkuk di lapas dengan seribu alasan dan masa lalu dengan ribuan cerita yang kita tidak tahu seperti apa sehingga membentuk mereka. Menjadi atau tidak menjadi. Bersikap dan mengambil keputusan, atas apapun. 






Ketika Teh Wulan dari Shoutcap mengajak untuk menjadi mentor menulis, buat saya ini waktunya menularkan sedikit yang saya tahu. Tentang kehidupan, tentang proses kehidupan yang membuat bahagia. Setidaknya, bisa mencoba mengulik sedikit celah kebahagiaan diantara sepi dan ketidakpastian. Setiap orang, saya juga mereka pernah mengalami hidup yang serba ajaib. Hanya saja setiap orang punya cerita, dengan segala keteguhannya, di dalam penjara maupun di luar penjara. Ketika Teh Wulan bilang, bahwa program ini diharapkan bisa menjadi referensi kehidupan lain dari kehidupan yang biasa mereka kerjakan: menulis, menggambar, membuat komik, bermusik, berkebun. Saya percaya, apapun bisa berdaya dan menghidupkan.

Rapat pementor di Balai Kota Bandung.

Termin 1: Desember 2016-Juni 2017

Saat pertama bertemu dan memulai kelas, dengan segala referensi yang sudah diberikan petugas juga teman-teman CAN, saya sempat ragu. Tapi dengan menumbuhkan rasa percaya, bahwa kepercayaan dan keyakinan itu menular. Diluar dugaan, mereka cukup apresiatif. Mau menulis meski sesekali ragu dan tak yakin bahwa tulisannya bagus dan semenarik tulisan orang-orang.


Saya coba tanamkan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa setiap kehidupan tiap orang itu istimewa. Mereka dan orang-orang sekitar kita di luar sana. Mungkin hari ini kita merasa terpuruk, tapi manfaatkan waktu hari ini untuk menggali dan mengasah yang bisa kita lakukan. Yang membatasi kita hanya pikiran, jadi dobrak itu, pikiran dan hati tidaklah terbatas. Masih muncul wajah ragu, tapi sebagian tidak. Ada yang mulai berani, tapi sebagian malu-malu. Sudah berani masuk ke kelas menulis pun sudah menjadi keberanian tersendiri.

Ada 8 orang yang ikut kelas menulis. Anak-anak sekitar usia 15-19 tahun, ada yang dari Kota Bandung, Jakarta, juga Cianjur. Lalu saya seperti dibawa kembali ke masa remaja saat itu, yang masih bermain layangan di halaman kuburan, bermain ke rumah teman untuk corat coret dinding kamarnya, mendengarkan cerita cinta teman, berbondong makan baso dan cendol alpukat dekat sekolah. Kehidupan yang sangat jauh dari kehidupan mereka kini. Keputusan melakukan suatu keberanian yang sudah melampaui batas ketakutan. 


Termin ini, hasil karya dikumpulkan dalam bentuk kompilasi buku berjudul #CAN. Isinya ada tulisan anak-anak lapas, gambar juga komik. Sekarang masih diolah, semoga lancar dan dimudahkan proses pembuatan bukunya.



CAN Termin 2: Agustus-Desember 2017

Manusia dilahirkan menjadi pemberani, dan mereka salah satu bagian orang-orang pemberani. Hanya saja, keberaniannya berada di batas aturan keselamatan manusia yang lain. Bisa jadi kesalahan yang mereka lakukan karena referensi hidup mereka hanya sebatas itu. Dan bisa jadi orang-orang yang melakukan kesalahan yang sama pun masih berkeliaran di lingkungan kita dengan peruntungan yang berbeda.



Pertemuan dan koordinasi pementor.

Untuk anak-anak seusia itu, saya percaya, masih ada kesempatan untuk berani berubah. Sekalipun anak-anak seusianya sudah melakukan berbagai langkah untuk kehidupan yang berarti. Bukan berarti, anak-anak yang masuk ke lapas memiliki masa depan suram. Mereka, ya, tanggung jawab kita. Tinggal mengolah dan memperkenalkan bidang lain lalu diterapkan pada sisa keberanian mereka. Tak ada lagi kata menyesal, karena hidup apapun bentuknya bagian dari pelajaran.

(Aduh, urang ngomong naon, sih, ngacapruk teu pararuguh).

Nah, CAN atau Cerita Anak Negeri ini semacam program yang dilakukan oleh segelintir orang yang bergiat di dunia tulis menulis, menggambar dan komik, juga berkebun. Dunia yang riang gembira juga dunia yang membuka referensi kehidupan yang (maha) luas. Kegiatan ini semacam ekskul, karena di lapas anak ini ada sekolah pagi seperti biasa. Lalu ekskulnya ada kelas menulis, gambar dan berkebun.




Oh, ya, berkebun. Termin ke-2 ini, kontributor CAN bertambah, selain penulis blog, wewo dan comiccruwyuk. Ada yang dari komunitas 1000 kebun, kemarin waktu acara koordinasi mentor ada Galih yang nanti akan dibantu oleh relawan.

Kemudian ada Kegiatan Praktis, program yang dipersiapkan untuk mereka yang mau keluar lapas, yaitu:

1. Pelatihan memijat

2. Pangkas rambut

3. Keterampilan memasak.

4. Kelas Calistung

Kenapa ada kelas Calistung? Ya, karena ternyata kami baru tahu bahwa dari 210 penghuni lapas itu ada 9 orang yang tidak bisa baca tulis hitung di usia anak remaja mereka. Dan benar-benar tidak bisa membaca juga berhitung. Jadi, komunitas GSSI akan bergerak di sini untuk melatih baca tulis mereka dan masuk ke waktu kelas sekolah seperti biasa.

Untuk kegiatan yang akan ditularkan berupa keterampilan praktis ini dilatihkan buat mereka yang akan keluar Lapas dalam waktu dekat. Diharapkan, dengan adanya pelatihan ini itu, mereka bisa mendiri dan mengasah kemampuannya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat lagi. Berdaya dan bermanfaat. Keterampilan memasak kontributornya Bu Marlina dari 1000 kebun. Menariknya, Bu Marlina ini punya komunitas binaan pedagang pinggir jalan seperti pedagang nasi goreng, capcay, seblak, dll. Nanti pedagang inilah yang akan mengajarkan memasak pada penguni lapas yang akan keluar.

Setiap kelas mempunyai projek hasil akhir sebuah pelatihan. Hasil akhir ini agar mereka punya pengalaman berkarya dan rasa berdaya karena menghasilkan sebuah karya. Nah, untuk kelas menggambar, karya-karya mereka akan diposting di instagram. Jadi semacam pameran untuk publik.

Untuk kelas menulis, peserta kelas akan digiring membuat Zines. Setidaknya dalam rentang 5 bulan, ada 2 zines yang akan dikeluarkan dan dibagikan untuk penghuni lapas anak. Mereka tidak hanya menulis, tapi dilatih menjadi tim redaksinya. Berkontribusi juga memilih hasil karya anak-anak juga, mentor hanya bagian mengedit dan mengarahkan.

Gerakan yang sangat menarik. Lepas apakah suatu hari nanti mereka akan memanfaatkan ilmunya atau tidak, setidaknya kita bisa memberi informasi bahwa ada kehidupan lain selain dunia yang membuat mereka masuk ke Lapas. Karena hidup terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja. 


Suasana Lapas Anak, yang tampak adalah sekolah anak-anak
di dalam lapas anak Arcamanik.  Foto: Ima

Bandung, 1 Agustus 2017

@imatakubesar