Saya dan suami senang mengeksplore tempat-tempat baru sambil jalan kaki, naik angkot atau bermotor. Kami bisa menikmati pepohonan, matahati terbit, berkunjung ke beberapa tempat bersejarah. Tak hanya jalan-jalan saja, tapi kesukaan kami membuka berbagai macam informasi tempat makan yang khas dan menarik dicoba. Entah itu atas rekomendasi teman, tak sengaja kami temukan di perjalanan, dan beberapa informasi di media online.
Beberapa tahun lalu, sambil suami ngajar di beberapa universitas, kami bersama-sama kelola rumah desain dan printing di sudut rumah. Pekerjaan ini seringkali memaksa kami terjaga sampai larut malam. Kadang saat malam hari, badan kami jadi cepat lelah dan butuh menyegarkan semangat. Kami berdua pun pergi keluar lalu makan di warung mie rebus, restoran fast food atau sekedar makan bubur kacang dan teh hangat.
Ambil waktu rehat sejenak sambil makan di luar, seperti memberi jarak dan menyarik oksigen yang kami hirup. Di tengah seperti itu, seringkali mengalir perbicangan yang asik, seolah ‘mengisi baterai’ yang mulai menipis. Obrolan seperti setengah brainstorming tentang berbagai situasi yang melahirkan ide dan langkah-langkah yang paling mungkin bisa dilakukan. Bisa jadi kondisi ini membuat hormon serotonin meningkat, gairah kembali tinggi dan muncul rasa bahagia sehingga memancing ide-ide segar.
Tak hanya itu, cukup sering kami intuitif melakukan pergi keluar rumah selepas shalat subuh. Berkeliling Bandung dari mulai jalan Setiabudhi, Siliwangi, Dago, Merdeka, Wastukencana, Cihampelas, Cipaganti lalu kembali ke Setiabudhi. Menikmati beberapa jalan sepi yang sepi, masih berkabut, lampu-lampu kota yang redup, udara segar, lalu singgah sebentar untuk melahap pisang goreng hangat dan segelas teh tarik di seputaran Dipati Ukur, lalu pulang, kembali ke rumah dan menjalani segala rutinitas.
Buat kami, keliling-keliling dan menikmati alam dan makan membuat tubuh, otak, hati terasa lebih tenang, ringan dan siap menghadapi hari.
Keadaan berganti ketika suami sakit. Aktifitas ini berganti jadi proses rutin pulang pergi rawat inap maupun rawat jalan ke Rumah Sakit. Situasi ini “memaksa” kami lepas dari kebiasaan kami yang suka jalan-jalan, mengekplore tempat dan melakukan kuliner. Kondisi sakitnya ini istimewa, sehingga saya selalu merasa “dituntut” kreatif mencari kegiatan buat suami agar hatinya tetap optimis dan semangat berkarya meski geraknya terbatas.
Ketika harus berhadapan dengan prosedur rumah sakit dan berbagai situasi yang membuat jantung berdegup kencang. Kadang saya selalu merasa perlu untuk meredakan situasi dengan melahap makanan maupun minuman yang agak spesial. Oleh karena itu, saya seringkali mengenali tiap sudut ruang di rumah sakit dan sekitar rumah sakit. Selain mengenali setiap ruang-ruang fasilitas kesehatan, biasanya saya suka menghibur diri dengan mencari kantin mapun food corner dengan menu makanan yang enak namun hemat di kantong. Apalagi keadaan keuangan yang tidak stabil, saya rasa kita perlu cermat berhemat memilih menu dan harganya.
Di zaman fasilitas informasi yang serba mudah di dapat, saya suka memanfaatkan media online untuk cari voucher diskon restoran. Sesekali boleh dong jalan ke tempat makan yang nyaman, menikmati makanan lezat, bersih dan mendapat pelayanan yang baik. Sayangnya, makan di restoran kadang-kadang harganya kurang bersahabat. Tapi menariknya kalau suami saya ajak keluar lalu kuliner, seringkali dia terlihat segar dan senang.
Saking seringnya saya berurusan dengan rumah sakit, saya selalu membuat variasi kegiatan agar suasana tetap beragam rasa. Kalau yang pernah mengalami situasi seperti saya, berhubungan dengan rumah sakit itu cape luar dalam. Tak hanya menguras tenaga namun mental. Pikiran bercabang-cabang dan memelihara hati agar tetap stabil.
Tapi saya selalu bertekad, saya tidak mau cape luar dalam, saya mau menikmati berbagai situasi. Kalaupun mulai bosan, otak saya selalu berusaha mencari kegiatan yang bisa membuat proses-proses itu terasa ringan.
Smartphone bisa jadi teman saya pergi kemana-mana. Jadi kalau seharian pergi ke rumah sakit, diupayakan batrei smartphone terisi penuh. Banyak manfaatnya, seperti menulis di aplikasi word, motret-motret, nonton, mencari berbagai informasi job, lomba menulis, ngobrol dengan teman-teman di aplikasi chat dan mencari informasi makanan-makanan yang sedang diminati.
Sambil antri sana sini, saya suka senang melihat-lihat foto makanan, interior rumah, foto-foto alam, mencari restoran terdekat dan voucher diskon di mesin pencari. Biasanya, voucher diskon makanan dan minum bisa sampai 30%-40% di berbagai restoran. Melalui internet, kita pun bisa melihat-lihat menu beserta harganya.
Mungkin, saya dan suami tidak lagi melakukan eksplor berbagai tempat. Tapi situasi ini membuat kami menikmati setiap momen, salah satunya kuliner seputar restoran dekat rumah sakit dengan memanfaatkan voucher diskon.
Foto-foto: Ima
Bandung, 21 Oktober 2017
@imatakubesar