Saat ini saya berusia 43 tahun, ya, ya, angka yang ajaib dilewati. Saya melewati proses panjang menata percaya diri karena tidak merasa cantik.  Tapi saya sendiri tidak nyaman menggunakan make up agar terlihat cantik, lalu lebih memilih perawatan sewajarnya agar wajah segar, berusaha cuek dalam kondisi wajah berjerawat. Alih-alih tidak mau memakai make up, saya memilih skincare dan rutin menggunakan serum wajah.  Merawat kulit muka sensitif yang saya miliki tidak mudah, ini dia petualangan saya menggunakan Green Glow Maresha Skincare agar kulit muka tetap segar tanpa make up. Selamat membaca. 

Sejak dulu, saya tidak pernah merasa cantik atau keren secara penampilan luar. Sehingga yang saya lakukan adalah merawat diri dan banyak kegiatan. Cara ini dilakukan pengaruh dari majalah remaja yang memberi tips cantik, katanya kalau bersih pasti akan terlihat cantik.  Lalu, katanya lagi, kalau kamu tidak cantik setidaknya harus pintar.  Masalahnya, kulit muka saya sangat sensitif sehingga berbagai skin care dicoba jerawat tetap hidup damai di atas kulit wajah saya.

Saya remaja punya masalah kulit muka yang panjang, yaitu berjerawat dan kusam. Kalau menggunakan sabun cuci muka, kulit pipi lama-lama menjadi kering sementara kulit hidung semakin mengkilat. Kalau pakai pelembab bedak padat, jerawat semakin makmur. Untuk jenis kulit berminyak dan sensitif seperti saya, harus hati-hati memilih skincare dan make up. 

Karena kulit muka saya tidak kunjung membaik, saat remaja/remaja-dewasa saya merasa jelek dan tidak ada yang bisa dibanggakan.  Tidak diam begitu saja, saya lebih milih aktif berkegiatan dengan ikut unit kegiatan siswa/mahasiswa. Setidaknya meskipun tidak cantik, hidup saya akan terasa lebih berarti karena melakukan sesuatu. 

Waktu SMP saya ikut paskibra, saat SMA ikut ekskul pecinta alam namun hanya setengah jalan karena Amih melarang saya ikut kegiatan ini. Meskipun sebentar semua materi sangat menyerap, mungkin karena saat itu saya sangat bahagia dan merasa berharga. Saat masuk pecinta alam, rasa percaya diri saya mulai naik. Tapi begitu berhenti, rasa itu turun lagi bahkan merasa bersalah.

Tidak berhenti disitu, saat kuliah saya memilih kegiatan teater kampus. Karena merasa lebih bisa bertanggung jawab, saya mempertahankan pilihan untuk tetap berkegiatan. Meskipun kendalanya masih sama yaitu tidak dapat izin dari Amih dan muncul berbagai stigma negatif karena sering pulang malam. Namun saat itu saya berfikir, dalam usia seperti ini saya harus memanfaatkan waktu untuk untuk hidup saya. Karena waktu tidak bisa diulang dan tidak bisa dibeli, jadi saya mempertahankan pilihan untuk tetap berkegiatan.

Sejak masuk teater kampus, saya lebih percaya diri, nyaman dan mengalami beberapa perubahan sikap.  Mungkin karena pikiran dan hati lebih tertuju pada proses berkarya, saya tidak terlalu risau dengan kondisi wajah. Ketika berhasil menyelesaikan satu pertunjukan, tumbuh percaya diri.  Pikiran saya hanya bagaimana cara mewujudkan pertunjukan, berhadapan dengan berbagai masalah yang harus diputuskan dalam program kegiatan.

Akhirnya saya lebih cuek sama penampilan dan lebih memikirkan kegiatan. Meski saya belajar make up untuk kebutuhan make up aktor panggung, dalam keseharian saya memilih polos tanpa lipstik sedikit pun. Ketika hampir semua teman perempuan saya merawat diri di salon dan mempercantik dengan make up, saya kemana-mana pakai sandal swallow, paduan celana jeans-kemeja kotak-kotak dan memakai bedak tabur secukupnya saja. Karena lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, kemana-mana saya bawa alat mandi buat cuci tangan dan sesekali nebeng mandi. Buat saya penting merasa bersih, nyaman dengan sesuatu yang saya pakai, merasa menyatu dengan diri dan hati.

Meskipun begitu, saya tetap memilih melakukan skincare wajah dan tubuh karena kulit saya sangat sensitif. Salah makan atau perubahan cuaca maka kulit akan terasa gatal dan kering. Setiap hari tidak lupa menggunakan body lotion, sabun sabun muka dan menggunakan bedak tipis-tipis karena takut berjerawat. Meskipun jerawat tetap bermunculan, saya menyadari bahwa semua itu dipengaruhi karena masalah hormon. Namun begitu menikah entah bagaimana kulit muka saya lebih baik, padahal perawatan muka semua sama. Hanya sabun muka dan sesekali pakai face moisturiser. Jerawat lebih jarang tumbuh kecuali sedang stress dan menjelang hari haid.

Setelah berusia 40 tahun, saya memberanikan diri menggunakan rangkaian skin care agar kulit lebih terawat. Agak sedih juga melihat garis-garis tipis di sekitar mata dan jidat. Salah satu upaya saya yaitu mulai rutin menggunakan Green Glow dari Maresha. Saya melakukan ini saya percaya kondisi kulit kita tergantung pada proses perawatan luar dalam. 

Pertambahan usia akan terus berjalan, lama-lama akan berpengaruh penurunan fungsi tubuh. Semakin bertambah usia, tingkat stress berulang-ulang, pola makan yang tidak terkontrol, pola hidup dan jam tidur betul-betul memengaruhi kesehatan kulit wajah. Kondisi ini yang dapat memicu flek hitam, garis-garis halus akibat penuaan dini dan kantung mata yang semakin terlihat jelas.
 

Buat saya yang tidak terlalu suka menggunakan foundation dan rangkaian lapisan make up lainnya, saya lebih memilih menggunakan Green Glow by Maresha mencerahkan wajah sekaligus mencegah penuaan dini. Serum multifungsi ini merupakan rangkaian skin care yang ringan di kulit muka saya yang sensitif. Kata anak-anak saya, “Wah, muka Mama kelihatan lebih cerah dan dewy.” Bisa jadi betul penilaian anak-anak saya, karena katanya serum multifungsi dari Green Glow ini mencerahkan kulit sampai 3 kali lebih cepat bekerja sebagai anti aging.

Terkadang, kalau lihat foto saya zaman kuliah (tahun 1996-2001) muka saya terlihat kencang meskipun ada beberapa titik jerawat. Saat ini, saya yang sudah menginjak usia 43 tahun, merasa kagum pada saya yang saat itu berusia 20 tahunan. Ternyata saya cukup lucu dan menarik juga, saya membatin, kenapa saat itu saya tidak merasa cantik, ya? Kalau saja mental saya sekarang hadir saat usia 20 tahunan, mungkin masa depan saya yang sekarang berusia 43 tahun bisa jadi beda dan lebih asik.

Oke, itu hanya pikiran selintas, kita kembali lagi pada masa sekarang. Jadi sebetulnya, menggunakan serum seperti Green Glow dari Marisha ini sebaiknya dari usia 20 tahun. Kenapa? karena tingkatan radikal bebas zaman sekarang semakin tinggi, seperti pencemaran udara, obat-obatan,trauma, penyakit, kuman, dan pemicu stress yang cukup tinggi.

Rupanya kandungan yang terdapat dalam Green Glow memiliki fungsi anti aging untuk mengurangi garis-garis halus akibat penuaan, membantu meregenerasi sel dan mengencangkan kulit. Kandungan itu bernama Acetyl Glucosamine Phospate dan Acetyl Hexapeptide-3. Namanya agak rumit, ya. Meski asing pengucapannya di lidah kita, namun kandungan itu mujarab memelihara kulit muka kita yang mudah terkontaminasi akibat radikal bebas ini.

Sementara kandungan lainnya Tranexamic Acid membantu menghilangkan flek, mencerahkan, meratakan warna melindungi kulit dari sengatan sinar matahari. Lalu Sodium Hyaluronate berfungsi untuk melembabkan wajah sehingga wajah kenyal dan lembut.

Kenapa sih harus tahu kandungan serum, padahal Maresha Skincare sudah BPOM? Tentu saja, sesuatu yang kita konsumsi harus kita tahu kandungannya, karena benda itu akan menempel dan bereaksi dengan sel tubuh kita. Semua bisa kok dipelajari semudah kita mengetahui bahwa didalam kopi mengandung caffein dan kita faham reaksi yang akan muncul setelah menyesap segelas kopi. 

 


Kalau kita lihat jajaran kosmetik di supermarket, belakangan ini kita banyak menemukan serum untuk muka dan tubuh. Hanya tidak semua produk kecantikan boleh atau aman digunakan untuk perempuan hamil dan menyusui. Perempuan hamil penting lho merawat diri, agar tetap bersemangat dan berasa berarti. Maresha skincare aman untuk ibu hamil dan menyusui, sehingga ibu hebat ini tetap bisa asik merawat diri selain merawat bayi di perut dan di pangkuannya.

Sejak dulu saya mencintai kulitku, apapun keadaannya. Oleh karenanya saya selalu hati-hati memilih skincare dan makeup. Jangankan eye shadow dan pewarna pipi, untuk memilih lipstick saja bisa satu jam karena merasa tidak pas. Akhirnya, saya punya beberapa koleksi lipstick dengan warna senada: brown. Ya, ya, sesekali saya suka memakai make up (dalam hal ini eye shadow) untuk hadir dalam acara-acara khusus. Meski jadi sangat awet karena jarang digunakan. 

Saat ini saya lebih perhatian terhadap kesehatan kulit dan tubuh. Ya, saya selalu ingin di usia senja nanti menua tapi tetap terawat dan bahagia. Serum dan skin care jadi pilihan terbaik saya untuk pertahanan, agar kulit muka tetap segar sekalipun radikal bebas berkeliaran di sekitar kita.




Air.  Foto: Ima

Hidup adalah proses berdialog menangkap Langit.  
-Ima

Harapan besar? Banyak hal baik yang terlintas, membuat saya jatuh hati, dan menetap dalam hati saya. Tentu berkaitan tentang pencapaian materi, kebermanfaatan pilihan hidup dan pengakuan. Bertahun-tahun dipertahankan, diperjuangkan, sampai hampir titik puncak harus dilepaskan. Melangkah lagi, terus begitu hingga ambruk, jatuh, berulang-ulang. Harapan itu belum juga terwujud.

Sampai pada suatu titik, saat ini saya kesulitan memahami harapan besar saya apa. Bahkan sesekali saya menduga, jangan-jangan harapan itu tidak disukai oleh Allah. Sehingga yang muncul bukannya kebahagiaan dan kesuksesan, namun patah dan runtuh berulang-ulang. Ketika tema one day one post kali ini tentang harapan-harapan besar saya apa, mendadak kosong karena sekarang ini saya pada fase merasa cukup dan mempertahankan sisa-sisa keikhlasan (pinjam judul lagunya Payung Teduh).

Pertanyaan harapan besar ini nadanya sama dengan pertanyaan saya tentang kenapa harus saya yang harus tinggal di rumah ini? Saya yang punya harapan keluar dari rumah ini, segala upaya dilakukan untuk pindah, keluar, ternyata berbagai situasi selalu menarik saya kembali tinggal di rumah ini. Lagi-lagi, jangan-jangan harapan besar itu harus digali disini, di rumah ini. Jangan-jangan banyak yang harus diperbaiki dulu, rumah ini ibarat hati yang harus sering-sering dipelihara, dirawat dan diperbaiki.

Harapan itu ada, dia hadir seperti akar yang terus menerus mengalirkan energi ke setiap unsur sel otak dan hati. Kadang begitu realis tapi begitu surealis, keduanya hadir kadang-kadang semu kalau tidak ingat kekuatan Allah. Ya, tentu saja saat muncul harapan itu, sesekali kehabisan bahan bakar, kehabisan akal sehat, kehilangan frekuensi dengan Allah. Hidup saya selalu dikondisikan oleh semesta, ibarat benda yang bergantung pada hembusan angin dan aliran air. Mengalir mengayuh mengikuti setiap denyut jantungnya, bergerak menyatu menjadi bagian dari pergerakan itu.

Saat ini saya (kembali) belajar tidak mudah tergoda untuk mengerjakan yang lain. Cukup melakukan sesuatu yang saya bisa lalu terus melangkah menggunakan kemampuan yang ada. Apalagi yang bisa dilakukan oleh manusia selain terus berusaha. Meski kondisi saya tidak berlebihan tidak juga kekurangan (lebih banyak kekurangannya sih sebetulnya) tapi yang saya suka, hati saya tetap tenang.

Saat ini kami sedang menguatkan pikiran dari kekhawatiran yang dimunculkan oleh diri sendiri dan penilaian orang lain. Mengambil keputusan bergerak di dunia seni secara utuh, awalnya membuat saya panas dingin. Tentu hal ini berkaitan memenuhi kebutuhan pendidikan, sandang, pangan dan papan keluarga. Kehidupan kami sebelum Ayah sakit, meski masih beririsan dengan dunia kesenian namun ada usaha lain yang bisa mengimbangi kekurangan biaya.

Menangkap awan.  Foto: Ima

Ketika Ayah sakit, kami seolah diajarkan untuk fokus bergerak pada bidang yang kita kuasai dan biarkan semesta mengarahkan jalur-jalur dan pintu rezekinya seperti apa. Bertahun-tahun, saya dan Ayah tidak punya banyak pilihan, situasinya selalu kembali pada saya menulis dan Ayah menggambar..  Kesempatan usaha lain betul-betul tidak ada.  Sejak saat itu, saya selalu merasa bahwa harapan itu ya saat ini, percaya kita hanya perlu sadar setiap manusia memiliki fungsi dan keahlian masing-masing. Hal ini yang membuat manusia merasa cukup, ketika rasa cukup itu hadir selalu ada jalur yang dibuka. Masalahnya, kita ambil lalu bersikap amanah atau menolak jalur tersebut.

Saya harap Ayah bisa pameran karya drawing ke berbagai kota dan beberapa Negara. Mungkin diberi kesempatan juga bisa menggali ilmu lagi dengan cara apapun melalui jalan yang dibuka seperti apa. Seperti residensi atau apapun itu. Sementara saya sendiri menuliskan setiap proses keilmuannya, konsep dan berbagai dokumentasi lainnya. Semoga dicukupkan, menularkan manfaat dan menjadi amal yang terus mengalir hingga kehidupan kami kelak. Entah bagaimana, Allah maha tepat perhitunganNya.

Sebelumnya, saya mempunyai harapan bisa mewujudkan pameran drawing tunggal Ayah. Tidak hanya pameran, ingin dilengkapi dengan catatan proses art therapi yang kurang lebih 4 tahun dilakukan oleh Ayah. 

Saya ingin mewujudkan pameran ini diperuntukan bagi orang-orang baik yang terus mengalir, menambal setiap jalur kami yang ambrol dan bolong. Sebuah rasa syukur dan bentuk terima kasih, kebaikan yang teramat banyak yang tidak bisa kami balas dalam bentuk apapun. Dengan kami bertahan hidup, Ayah yang kembali sehat dan berkarya menjadi bentuk terima kasih yang ingin bisa segera kami wujudkan. Tanpa hati yang dianugerahkan pada mereka, rasanya tidak mungkin kami bisa bertahan sejauh ini.

Untuk saya sendiri, saya punya harapan meluaskan manfaat menulis sehingga bisa menjadi mata pencaharian yang mencukupkan segala kebutuhan anak-anak dan meluaskan kehidupan. Meski masih berjalan pelan menjalani proses menulis di blog dan media sosial, harapan saya langkah ini dapat menguatkan fondasi kehidupan kami. 

Kalau difikir-fikir proses hidup kami unik dan berliku, meremas dan tarik menarik berbagai unsur hati. Namun lama kelamaan, situasi ini membawa kami percaya bahwa setiap proses yang menghasilkan sesuatu yang menggembirakan ataupun yang mengecewakan sebagai bentuk mengolah mengaitkan rasa. Rasa yang terus mengait dan menggenggam Pemilik Hidup. Harapan itu ada, setiap proses yang dijalaninya memberi nilai hidup yang mahal. Ketika sampai, menjadi cukup, bukan kita yang kuasa tapi Dia yang menjadikannya.