Sabtu pagi, melukis udara pada wangi kopi.  Sekantung bekal, buku catatan, gadget, kopi hangat yang dimasukan ke dalam botol, air mineral, beberapa lembar foto kopi surat pengantar dan kartu jaminan kesehatan.  Totte bag mengangkut semua itu menuju tempat yang menjadi akrab bebeberapa bulan ini.  




Sementara dua bocah di rumah, tengah bermain di tenda mainannya.  Tawa dan manja ingin ini itu.  

Sabtu pagi, jalan cukup lancar tapi tidak jalur menuju pegunungan, padat dan penuh wangi asap mesin.  Setiap akhir minggu seperti tak ada lelah, atau mungkin meredakan lelah.  

Mobil kuning muda dengan supir yang tak menutupi luka dibalik wajah kusamnya.  Kami duduk di muka, bukan delman.  Tapi angkot dengan knalpot dan suara mesin berdengung kencang.  Aku mengantuk.  Mungkin belum minum kopi. 

Bandung, udara yang sama, pepohonan lebat disepanjang jalanan memainkan matahari.  Para pekerja jalanan memainkan asap rokok, lalu menghantam tanah dengan sekop dan cangkul.  Kulit-kulit terbakar, mata-mata tajam, wangi selokan membius waktu pada masa kecil bersama Abah, kakek kami pecinta cucu juga pedagang bako menuju kebun binatang.  

Beberapa kilo perjalanan, beberapa belokan, tak ada satupun penumpang yang naik.  Wajah supir mulai terlihat gelisah, sementara kami sedikit menahan kantuk.  Suara mesin kereta api di bawah jembatan mengibaskan kantuk, bayangan terbawa ke sebuah perjalanan kereta beberapa tahun lalu.  Ramai pedagang, perempuan-perempuan dan para lelaki mengejar harap, menumpahkan cinta untuk orang-orang yang menunggu di rumah.  Tempat pulang.

Sabtu pagi hari ini, tidak sama dengan Sabtu pagi di hari lalu. Bergelas kopi, berpiring nasi, ribuan pintu, membawa ingatan datang dan pergi, pada masa, pada ruang, pada musim gugur. 

Disini, kami tiba.  Pedagang yang sama, tukang beca yang sama, tukang baso tahu yang sama.  Menu apa siang ini yang akan kita santap, lelaki?  Sepiring kentang atau semangkuk soto?  

Tidak pagi ini, kita tunggu setengah hari untuk bersantap saat matahari bermain dengan waktu panggilan shalat.  

Ruang pasien di ujung gedung bertingkat seperti ruang tunggu di stasiun kereta.  Sabar menunggu panggilan dari suster berwajah indah.  Kursi-kursi dibungkus kulit imitasi abu-abu, tak ada yang tersisa.  

Di depan resepsionis,
"Dapat nomor 25, ya.  Harap tunggu."

Bandung, 30 September 2017
@imatakubesar

Pagi ini redup. Perempuan-perempuan muda juga paruh baya, melebur diri di trotoar sekolah negeri. Menanti bumi, menanti rindu, menanti harapan. Parempuan-perempuan dengan sejuta harap dan sabar, melahap malam menggerus pagi, menata siang.




Perempuan, menanti sambil menyebarkan tawa, bercerita tentang rumah, anak, suami, harga bahan baku yang kian mengeringkan isi kepala. Segumpal doa perlahan merayap, menyebar pada tiap serpih, hangatkan mentari yang tengah istirahat di balik awan, tebal. Pagi ini sendu, meski sepanjang jalan, bunga bermekaran.

Anak-anak berseragam putih merah, satu persatu keluar kelas. Sebagian berlari menuju pedagang jalanan, memainkan bola, saling berteriak, sebagian lain memainkan dedaunan.

Para perempuan menyambut anak-anaknya. Ada yang menggenggam, memarahi, ada yang tertawa-tawa, ada yang memeluk erat tubuh si anak. Sementara, seorang anak berperawakan kecil, bermain-main di pagar halaman sekolah, perempuan yang ditunggunya tak juga datang menjemput.

Anak-anak dan para perempuan, pulang. Kembali menyusun hari yang berulang-ulang.

Musim berganti.

Pagi tetaplah pagi meski tanpa matahari.

Dengan nama pemilik hidup. Dengan nama pagi. Dengan gerimis. Ssaling bersahutan. Disini, angin bergerak lambat, begitupun matahari. Atap basah, wangi tanah basah, anak-anak sibuk dengan mainannya, satu anak lainnya duduk-duduk dipangkuan Ibu.

Ada musik sendu mengalun di balik tirai. Disana, lelaki seperepat abad memainkan arang di atas kertas coklat. Meleburkan hitam dan putih. Ribuan cerita dibalik garis dan arsiran raut mukanya. Tentang doa dan pergerakannya di hari ini.

Tak ada lagi tuntutan, hanya berusaha, tidak berhenti dan ikuti nurani.

Segala, bergerak tanpa paksaan lagi. Tangan, hati, tubuh bergerak mengikuti irama hidup. Dengan, tanpa tawa. Dengan, tanpa tangis. Dengan, tanpa ringkihan. Hidup tetaplah hidup. Bergerak bersama irama yang ada.

28 September 2017
@imatakubesar
Secangkir Bandung

Pemandangan dari Grandia Hotel.
Foto: Ima

Gerbang pintu Tol Pasteur membawa kamu menuju Kota Bandung dengan beragam romantismenya. Kota yang hidup dengan berbagai cita rasa, mulai dari ragam makanan, pakaian, masyarakat urban, percampuran budaya, ruang-ruang wisata, pertumbuhan musik, teater, drawing, cita rasa seni dibalut kolaborasi alam hijau nan estetis.

Banyak hal yang bisa dilihat, didengar, dirasa sehingga menstimulus orang-orang yang hidup di Bandung selalu berkarya dan berinovasi. Ada ruang-ruang kreatif dan menarik untuk diolah dari berbagai aspek mengingat masyarakatnya yang bergerak cepat dan apresiatif.

Kondisi ini tak hanya melahirkan orang-orang yang menciptakan ragam makanan, tapi membentuk pencinta komunitas jalan dan jajan. Tak hanya di daerah Dago Bandung yang menjadi daerah favorit, mulai dari Skywalk Cihampelas hingga Jalan Layang Pasupati dihiasi oleh berbagai tawaran tempat menginap, ragam makanan, jalan, jajan dan sisa-sisa bangunan kolonial yang kental. Di atas jalan layang Pasupati ini tampak hamparan bauran penduduk, pertokoan, kebun binatang, pepohonan, kampus-kampus, hotel-hotel serta apartemen yang bertumbuhan.




Go Foodies Meet Up di Grandia Hotel

Pertumbuhan manusia melahirkan berbagai teknologi yang memfaslitasi manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satunya aplikasi GO FOOD yang merupakan bagian dari aplikasi GO-JEK.


Beberapa hari lalu, GO FOOD menginisisasi acara Blogger and Foodie Meet Up di Hotel Grandia Bandung lantai 3. Acara seru ini melibatkan sekitar 30 orang undangan dengan passion yang sama: pecinta makanan dan memanfaatkan media sosial untuk menginformasikan berbagai aktifitas sosial di lingkungannya.



Orang-orang yang mempunyai apresiasi tinggi terhadap makanan, hadir dengan membawa seperangkat alat foto dan smartphone yang canggih. Biasanya di acara tersebut, selalu dikenalkan menu andalan serta diberi gambaran cara penyajian yang menarik. Karya seni para chef ini tentu saja momen yang terlalu sayang jika tidak diabadikan.

Dari pihak GO FOOD menjelaskan panjang lebar mengenai unak anik fasilitas dan kebijakan yang diperoleh untuk pengguna aplikasi dan foodies yang juga mengelola rumah makan. Rupanya mudah sekali cara daftar agar restoran/rumah makan kamu ada di layanan antar GO FOOD. Kita cukup datang ke kantornya langsung di Kiaracondong Bandung. Bawa KTP, foto dan harga lengkap menu rumah makan kamu untuk dimasukan ke dalam aplikasi.

Selain itu, sekarang ini kalau ada foodies yang ingin pesan makanan, kita harus punya Go Pay terlebih dahulu. Cara ini untuk mengurangi kesempatan orang-orang yang menipu mitra Go Jek (driver) yang seenaknya cancel maupun pemesan fiktif. Yuk, isi Go Pay nya.

Acara kemudian berlanjut ke makan siang sajian makanan-makanan hasil karya Chef di Grandia Hotel. Mulai cake, buah-buahan hingga makanan berat. Makanan yang enak ini dilengkapi dengan suasana ruang yang nyaman. Saya membayangkan jika makan malam di tempat ini tentu terasa asik, sambil menikmati pemandangan kota di malam hari.

Karena Hotel Grandia tepat sebelah Jalan Layang Pasupati, sambil menikmati makanan yang disajikan Grandia Hotel kami bisa melihat jembatan di ketinggian. Pemandangan seputar jalan layang Pasupati, rumah-rumah penduduk kota menyusun alami, saling bertumpuk dengan jalan, hotel, pepohonan, jalan-jalan kecil, kampus-kampus dan pegunungan yang menjulang di Bandung Utara. 



Jendela yang besar, seolah membuka mata yang tersembunyi di balik jendela-jendela kecil kami. Tampak hamparan gunung dari kiri ke kanan, seperti Gunung Tangkuban Perahu dan Gunung Burangrang. Sambil mengikuti acara, pemandangan hamparan kota ini mencuri mata. Hati.

Setelah asik menikmati sajian makan siang, kami ikut serta mengikuti lomba menghias cake dengan coklat cair, coklat padat dan buah-buahan. Dengan menggunakan apron dan hiasan yang ada, masing-masing peserta berekspresi menghias cake lemon menjadi lebih indah. 


Acara yang menarik dan asik. Semua sesi presentasi membuka wawasan tentang kehidupan ruang kerja serius di balik suksesnya fungsi teknologi (aplikasi) yang berdampak pada pergerakan masyarakat, hotel dan dapur kuliner.

Pengembangan teknologi aplikasi GO FOOD di tengah masyarakat menjadi salah satu bagian penting dan memudahkan. Belajar pada kretifitasnya, fasilitas aplikasi ini memberi dampak baik pada pertumbuhan UKM dan kebutuhan masyarakatnya. Upaya ini sesuai dengan tujuan GO-JEK: Sosial Impact, Speed dan Innovation.

Itu pun yang membuat usaha kuliner di Bandung bertumbuhan dan mempunyai pelanggannya. Ada beberapa pelanggan kesulitan mendapatkan makanan yang diinginkan, melalui layanan di aplikasi Go-Jek maka baik konsumen maupun penjual dapat terbantu. Tak heran, ada sekitar 15 merchant bergabung dengan FO-FOOD dan sukses menjalankan kolaborasi usaha ini, seperti:

1. Makaroni Ngehe

2. Seblak Jebred

3. Sate Taichan Buah Batu

4. Bakso Aci Mas Jay

5. Martabak San Francisco

6. Ayam Madu si Bangkong

7. Batagor H. Ihsan

8. Bebeke Om Aris

9. Sambal Karmila

10. Martabak Mertua

11. Cau Nugget

12. Bubur Ayam Mang H. Oyo

13. Babakaran

14. Mie Tulang dan Mie Ceker Sukagalih

15. ayamayaman com

Beberapa kali, saya dan keluarga manfaatkan aplikasi GO-FOOD untuk pesan makanan berat maupun camilan. Semua pilihan kuliner ada. Apalagi di musim liburan, jalanan di kota Bandung cukup ramai oleh wisatawan. Di hari liburan, saya lebih senang menghabiskan waktu di rumah. Kalau ingin menikmati makanan enak, saya lebih suka memanfaatkan fasilitas GO-FOOD.




Grandia mengenalkan beberapa makanan khas timur dan barat. Mulai ayam kampung olahan bumbu Bali, Gurame bumbu Thailand, olahan daging, tuna dan camilan dengan penyajian yang cantik, menambah selera. Tak hanya cantik penyajiannya, tapi rasa makanannya membuat siapapun ingin kembali lagi. Begitu mencoba satu persatu makan siang dan camilannya sangat enak, pantas saja Bapak Walikota Bandung (Ridwan Kamil) beberapa kali makan siang dan menginap di Grandia lalu lanjut ke Balai Kota dengan menggunakan sepeda.


Makanan selalu ‘mengikat’ rindu seseorang. Melalui rasa, membuat seseorang kembali bahkan menumbuhkan budaya. Katakanlah ketika wisata ke Bandung, orang-orang jajan batagor H. Ihsan dilengkapi dengan bumbu kacang yang lezat. Rasa batagor yang lezat ini tidak bisa ditemukan di kota manapun. Sehingga, orang-orang pun datang lagi ke Bandung untuk mendapatkan rasa batagor yang sama. Tak hanya batagor, kota ini menjadi kota yang mengikat pecinta makanan untuk datang kembali dan menikmatinya.

Bandung, 22 September 2017
imatakubesar
Sepotong Cerita

Sebelum menceritakan kegiatan World Quran Hour, saya mau sedikit cerita tentang seseorang yang membaca Al Quran untuk menengahi kebingungannya.


Seorang perempuan tertimpa masalah. Suaminya sakit parah, harus masuk ICU hingga rawat jalan selama berhari-hari. Persoalan merambat pada masalah keuangan dan tentu saja anak-anak. Mau tidak mau anak-anak tinggal di rumah, sementara si perempuan merawat suaminya di rumah sakit. Kebingungan, pikiran yang bercabang dan kegelisahannya menghadapi persoalan itu menguasai diri. Hatinya kerap tidak tenang dan merasa berada di dimensi kehidupan yang lain. 




Ketika si suami harus segera dilarikan ke rumah sakit, si istri menggendong anaknya yang masih berusia 12 bulan, menggandeng anak pertama yang masih berusia 4 tahun, bawa tas berisi pakaian ganti, handuk, uang dengan jumlah minim, setumpuk hasil tes lab dan Quran.

Setiap menit saat menunggu di luar ICU, kegiatannya hanya shalat dan membaca setiap ayat quran. Lambat laun, kegelisahannya berkurang malah hatinya makin terasa lebih tenang. Muncul keyakinan dalam hatinya bahwa “badai pasti berlalu”. 




Meskipun si perempuan punya sahabat dan keluarga yang banyak, dia tidak banyak berharap pada kebaikan hati mereka. Dia hanya fokus pada kondisi suami, berharap, berdoa, berusaha mengendalikan rasa takutnya dan melepaskan segala bebannya pada pemilik-Nya, pemilik hidup, pemilik semesta tentang biaya rumah sakit, yang merawat anak-anak dan tentunya suami yang tengah koma.

Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu). Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah berkuasa atas segala sesuatu. (Al Baqarah, 2:284) 

Dia sadar, bahwa selama ini dia selalu menganggap bahwa dirinya hebat dan bisa mengurus banyak hal, ternyata Allah lebih berkuasa atas apapun, atas siapapun. Melalui persoalan (penyakit atas suaminya) yang dihadapinya, ada dialog-dialog yang berusaha disampaikan Allah tentang makna kehidupan, tentang waktu, tentang kesempatan. 

Allah membukakan hati pada si A, si B, si C, si D, dan banyak lagi, satu persatu datang memberi pertolongan. Ada yang datang memberi uang, datang memberi pelukan, datang memberi semangat, datang menawarkan untuk mengurus anak-anak. Luar biasa. Keindahan itu terlihat begitu jelas.

Dia membuka jalan kemudahan, membuka jalan rezeki, menyentuh kebaikan hati orang-orang sekitar mengulurkan bantuan, baik dalam bentuk materi maupun fisik: tanpa diminta, di waktu yang tepat. Sangat tepat. Ketika si istri melepaskan beban pada pemilikNya dan sadar atas ketidak berdayaannya, dan tak berhenti berusaha dengan cara-cara yang baik, maka semesta pun ikut bertasbih.  

Malaikat-malaikat, bumi, langit, matahari, awan, debu, udara, seluruh zat bekerja sama menggerakan hati setiap rindu untuk berbuat kebaikan dan selalu ada jalan-jalan terbaik untuk melakukan langkah-langkah pengobatan. 

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. 
 (Asy Syarh, 94:5-6) 

Pertanyaan dari setiap persoalan dan tahapan yang tengah dia lewati, terbuka dari setiap ayat quran yang dia baca. Melalui ayat-ayat itu, seolah Allah berdialog, memberi jawaban dari teka teki proses yang tengah dia lewati. 

Sejak itu, ketika si istri harus mengambil berbagai keputusan dan menjalankan keputusan itu, hatinya tenang. Mata dan hatinya lebih terbuka. Rasa tenang membuat pikiran dan hati menjadi lebih istiqomah/konsisten dalam menjalani setiap proses hidup. Kadang ia pun suka bertanya sendiri, bagaimana dia bisa melewati proses-proses yang begitu mengerikan, tapi dia bisa menjalaninya dengan tenang. Ternyata jawabannya ada di sini:



Jawaban Semesta

Tanggal 31 Agustus 2017 bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijah, ketika umat muslim tengah wukuf di Padang Arafah, ketika kaum muslim di sana melakukan munajat, dzikir dan bertilawah. Sementara itu, waktu yang sama di Masjid Pusdai (Pusat Dakwah dan Ibadah) Bandung, ada sekitar 8000 orang memenuhi setiap sudut masjid untuk menghadiri acara One Hour With Al Quran. Rupanya, acara ini berlangsung di seluruh belahan dunia. 




Acara One Hour With Al Quran ini, semacam bentuk kontempasi hubungan diri dengan petunjuk hidup yang ada di depan kita: Quran. Quran mengandung makna hidup dan kedirian manusia dengan Allah, dengan semua unsur kehidupan di alam semesta ini.

Beberapa tokoh hadir, diantaranya ada wakil Gubernur Jawa Barat-Deddy Mizwar, Kembar 3 Hamanis, Hafiz muda Muzammil Hasballah, Ustadz Hilman Rosyad, KH Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc Al Hafidz, Ustadz Abu Rabbani, Ustadz Ambya Abu Fathin, Ustadz Evie Effendi.

1000 pendaftar lewat sms, mendapatkan Quran Cordoba dan voucher umrah. Sementara pendaftar mencapai sekitar 8000 orang. Saya berangkat lebih pagi, karena dipastikan proses regitrasi akan bejubel. Betul saja, sampai di Pusdai Jam 07.30 wib, orang-orang sudah memenuhi meja registrasi dan pintu masuk.

Di dalam masjid, suasana sangat haru. Semua yang hadir lesehan di atas karpet masjid, nyaris tidak ada celah. Berdasarkan jadwal, acara berlangsung dari jam 08.00-11.00 wib. Rupanya jam 08.00 wib itu adalah waktunya registrasi dan merapikan peserta yang hadir. 




Sebagian besar peserta sudah memasuki masjid, ada yang mengaji, ngobrol, duduk tenang. Di bagian muka, terpampang jelas judul acara yang sedang berlangsung. Beragam komunitas, kelompok pengajian, perseorangan datang untuk mendapatkan pencerahan ilmu dari berbagai Ustadz dan Ustadzah yang akan menyampaikan materi tausiah di acara World Quran Hour.

Tak lama dari jadwal yang sudah di tentukan, acara dimulai oleh 2 orang MC. Ada Kang Deni P Project dan Nugie Al Afagani. Dilanjut pembukaan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat-Dedi Mizwar, beliau mengingatkan kita bahwa Islam mengajarkan persatuan dan kesatuan. 

Dalam 1 jam ke depan, ada untaian acara yang akan kita ikuti. Diantaranya:

1. 20 menit Tadabur dan Tazakkur

2. 10 menit Solidarity in Recitation

3. 20 menit Talaqi

4. 5 menit Call to Action

5. 5 menit Doa



20 menit tadabur dan Tazakkur diisi oleh beberapa tausiah dari Ustd. Abdur Rais Ar Rouf, dilanjut oleh Ustadzh Mimin Aminah.

Masing-masing menyampaikan tausiahnya kurang lebih 10 menit. Ada beberapa penjelasan menarik tentang makna Quran.

Ustad. Abdur Rais Ar Rouf memaparkan dalam durasi yang hanya sebentar itu tentang energi Quran. Bahwa orang-orang spesial adalah orang-orang pecinta Al Quran, yang hidup dengan Quran. Merekalah orang-orang pilihan Allah SWT.

Quran mempunyai kekuatan yang amat dahsyat, karena di dalamnya mengandung sumber kehidupan. Menjadi ahli Quran itu bertingkat-tingkat dan untuk mendapatkan energi Quran itu tidak pernah instan. Harus melalui proses yang terus menerus dan Allah akan menguji energi Quran pada setiap manusia yang akan meyakininya.

Sementara itu Ustadzah Mimin Aminah menuturkan tentang iman yang harus selalu ada. Lanjutnya bahwa Allah Maha Kuasa atas segala apapun. Cara Allah menolong adalah dengan ditenangkan hati kita. Jika hati gelisah, galau, iri, dengki, bisa jadi itu karena kita sedang jauh dari Allah. Jika ingin rumah tangga kita sakinah, tentram dan bahagia maka bukalah Al Quran dan pelajari isinya.

10 menit Solidarity in Recitation dari ACT (Aksi Cepat Tanggap) menjelaskan tentang gerakan-gerakan sosial yang kerap mereka lakukan untuk membantu masyarakat yang terkena musibah. Mereka menggalang dana dan langkah-langkah untuk melakukan aksi sosial. Sambil menjelaskan aksi, tim ACT menggalang dana pada semua yang hadir di masjid.

Selesai mendapat penuturan tentang program ACT, kami lanjut pada 20 menit Talaqi. Kami yang mendapat Quran Cordoba, di dalamnya terselip kertas dengan tulisan nama surat dan ayat yang harus kami bacakan. Kemudian para hafidz dan ustadz bergantian memimpin baca surat-surat khusus, diantaranya:

Q.S Al Fatihah 1-5

Q.S Al Hujurat 1-10

Q.S Ar Rahman 1-19

Q.S Asy Syaf 1-5

Q.S Anasr 1-3


Suasana terasa khusuk, suara orang-orang mengaji seperti memenuhi rongga dada. Ada rasa yang sulit digambarkan. Ada harap, ada rindu, ada tenang, ada kekuatan. 




Selesai itu, Ustadz Evie Efendi memberikan tausiah tentang Quran sebagai obat hati dan penyembuh. Ada beberapa poin-poin menarik yang disampaikan Ustadz Evie Efendi dengan gayanya yang ringan:

1. Quran sebagai petunjuk menuju jalan keselamatan.

2. Jadi petunjuk bagi yang taqwa.

3. Tak akan jadi petunjuk bagi yang tidak taqwa.

4. Amalkan quran, selesai.

Proses acara #QuranHour cukup rapi dan hikmat. Keluar dari masjid, seperti mengembalikan kepala dan hati pada tempatnya. Ada rasa tenang, rindu berkontemplasi di Baitullah dan siap melanjutkan proses hidup yang harus dijalani.

Bacalah Quran, maka terbuka segala pertanyaan diri pada kehidupan yang terjadi, lalu hatimu lebih tenang. Mungkin itu jawaban dari si istri, ketika dia menjalani semua proses pengobatan suami, Allah menolongnya dengan memberi hati yang tenang. Ketika tenang, maka hati lebih yakin bahwa hidup yang dijalani adalah sebuah proses pembelajaran terbaik dari-Nya menuju diri yang lebih matang. Ammiiin... InsyaAllah.
Bandung, 13 September 2017
Imatakubesar
Beberapa hari yang lalu, anak saya pulang dengan mata berkaca-kaca. Lalu mengadu, katanya jidat dan bibirnya terbentur sudut tembok waktu dia dan teman-temannya lari-lari di masjid. Bisa dipastikan sih karena mereka lincah dan senang main di masjid dengan teman-temannya sebelum mengaji. 

Tapi ya sudah, dalam kondisi kepala sakit bukan waktu yang tepat dia diberi peringatan, nyebelin pastinya. Jadi sudah semestinya kita melakukan respons sesegera mungkin. Seperti peluk sebentar lalu diminumkan air putih hangat biar tenang. Lalu saya oleskan salep anti memar biar benjol di kepala dan bibirnya cepat reda.

Itu bukan pertama kalinya dia terbentur, pernah beberapa kali jatuh, terpeleset berakibat lebam, bengkak maupun luka luar.

Begitupun saat anak saya masih bayi, dia sering sekali kena kolik. Selalu tiba-tiba menangis semalaman, gelisah, kembung. Awalnya bingung, tapi setelah tahu cara penanganan kolik pada bayi ini dengan cara mengoleskan gel penghangat ke perut dada dan punggung, kemudian di gendong dengan menempelkan dadanya di pundak, bayi kami kembali tenang.

Tak hanya itu, bayi mulai tumbuh dengan aktifitas fisik yang serba cepat. Dia belum mengenal bahaya, sehingga seringkali dia sedang bermain dengan kucing lalu kena cakarnya, terjatuh di kursi, terpeleset di jalan.

Mengingat anak-anak masih suka gampang cedera, di rumah saya siapkan beberapa perlengkapan pertolongan pertama. Untuk obat dalam juga obat luar. Kadang-kadang kebutuhan ini seperti yang sepele, tapi dalam keadaan yang tak terduga, ada saja yang terjadi. Jatuh, tiba-tiba badan hangat, muntah-muntah dan lain-lain.

Buat orang tua, pengasuh, tempat penitipan anak dan sekolah, harus tahu tehnik-tehnik pertolongan pertama. Seringkali anak-anak kurang dapat respons segera ketika anak-anak kena luka kecil maupun besar. Kadang-kadang menolong anak yang kena cedera/sakit seringkali buat kita stress (apalagi kalau anak orang lain), membuat khawatir berlebih dan bahkan malah bisa lebih membahayakan.

Ada beberapa catatan penting nih buat orang tua, guru, kakek-nenek, pengasuh ketika menghadapi situasi yang darurat: tenang dan bersikap logis. Penting banget mengendalikan diri ketika ada sesuatu yang “hebat” terjadi, karena dengan begitu kita bisa berfikir apa yang harus dilakukan:

1. Ketika terjadi sesuatu, maka kuatkan diri sendiri. Munculkan pertanyaan dalam piiran kita, apa yang terjadi, lihat situasi, apa yang harus dilakukan, apakah ada lebih dari satu anak yang cedera, apakah ada bahaya lanjutan, apakah ada seseorag yang membantu dan apakah kamu butuh bantuan, seperti ambulance, polisi atau segera dibawa ke UGD Rumah Sakit.

2. Pikirkan keamanan

· Jangan mengambil risiko yang mencelakakan diri sendiri, kalau kita celaka tidak dapat menolong bila kita jadi korban.

· Singkirkan sumber bahaya terlebih dahulu.

· Pindahkan anak anak tersebut, lakukan dengan hati-hati.

3. Rawat cedera serius terlebih dahulu.

4. Cari bantuan.

Di lingkungan rumah, sekolah, tempat penitipan anak, sebaiknya siapkan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Awalnya tampak sepele, tapi yang namanya kejadian yang tak terduga tentu tidak harus langsung pergi ke mini market atau apotek. Setidaknya, obat-obat penanganan pertama ada untuk mengatasi rasa sakit yang lebih hebat.

Biasanya, saya sendiri menyediakan beberapa obat dalam dan obat luar serta perlengkapan P3K sederhana disiapkan:

1. Obat pereda panas dan sakit untuk anak

2. Paracetamol

3. Obat maagh

4. Vitamin anak dan dewasa untuk menjaga daya tahan tubuh

5. Betadine antiseptic

6. Penutup luka: perban besar dan kecil

7. Plester hipoalergenic

8. Gel anti memar (thrombopop)

9. Gel penghangat otot dan badan (transfulmin)

10. Bedak dan gel anti nyamuk

11. Peniti

12. Gunting kecil


Foto: Ima

Obat-obatan dan alat perlengkapan ini selalu saya siapkan. Karena masa anak-anak senang sekali bermain dan kadang daya tahan tubuhnya naik turun. Begitupun jika terjadi luka-luka kecil/besar karena jatuh, lalu kulitnya berdarah, tidak hanya terjadi pada anak-anak tapi orangtua pun bisa terjadi kapan saja. Dengan adanya alat-akat sederhana ini, kita bisa cepat menangani luka-luka tersebut jika terjadi sesuatu.

Bla... Bla... Serunya Nge Blog

Apa sih yang bikin kamu ngerasa bahwa dunia nge-blog itu asik, seru. Begitu paparan Mak Dian di Blog KEB.   Awalnya, buat saya posting tulisan di blog menjadi kesenangan sendiri. Tulisan saya akhirnya ada yang baca, meski 1-2 orang dan itupun teman-teman dekat, hahahaa... Makin kesini, banyak hal yang menarik dari dunia nge-blog.


Gambar karya Pidi Baiq, mix media: cat dan canvas.
Foto: Ima


Ya, saya percaya bahwa apapun yang kamu kerjakan terus-menerus akan membuka banyak pintu dan jendela rezeki. Rezeki di sini tidak melulu masalah materi, tapi kesempatan yang membuka wawsasan, jaringan pertemanan, pengalaman spiritual berkomunikasi, jalan-jalan dan menganlisa lingkungan. Serunya nge-blog, kamu bisa posting dan membangun wacana apa saja. Dari hal yang kecil bagi kelompok lain dan berarti untuk hidup kamu. 

Saya tahu blog itu sekitar tahun 2002-an, jaman membangun pergerakan literasi di kalangan sendiri lalu saling menularkan energi dan menjamur. Berkomunitas menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat perkotaan dan lingkungan kampus.

Blog yang saya baca seputar media kebebasan berfikir dan membangun jejaring komunitas-komunitas. Dari komunitas teater, film indie, musik indie, dan kegiatan literasi yang membangun gerakan literasi di lingkungan komunitasnya. Mereka menuangkan cerita-cerita kegiatan seputar komunitas, pertemanan, gerakan sosial, membangun gerakan-gerakan kecil sehingga memberi energi yang banyak buat lingkungan yang lebih luas.

Beberapa yang saya ingat, gerakan yang dilakukan oleh komunitas seniman musik Punk yang kerap melakukan gerakan Food Not Bomb. Mereka kerap mengumpulkan makanan-makanan sisa tapi masih layak makan dari supermarket maupun hotel, lalu masak bersama untuk dibagikan kembali atau dimakan bersama. Intinya, dari pada membuat pertempuran lebih baik membuat makanan.

Lalu muncul komunitas literasi yang kerap berdiskusi tentang penulis Pramoedya Ananta Toer. Jaman pemerintahan Orde Baru, hasil karyanya tidak boleh diterbitkan. Tapi tahun 2002-an, penulis Pram kembali muncul dan karya-karyanya mulai banyak dikenal dan dibahas oleh berbagai kalangan. Dengan munculnya toko buku berbasis komunitas, menjadi energi-energi kontemplatif bagi komunitas kecil untuk terus bergerak.

Saat itu, komunitas dengan berbasis hobi kerap dinomorduakan di llingkungan masyarakat. Dengan ‘perangkat’ literasi di media sosial inilah yang menjadi magnet satu dengan yang lain saling terhubung, saling terkoneksi, saling bekerjasama, membanggun ruang-ruang hidup.

Dengan munculnya teknologi yang berkembang saat itu (2002-2005), seperti blogdrive, multiply dan grup-grup komunitas di satu badan email. Sekarang blogdrive dan multiply sudah tidak ada, juga jangan tanyakan friendster, hehe... Media sosial memberi dampak yang menarik, sebuah ide kecil dari tulisan individu dapat menjadi gerakan besar sebuah komunitas. Kekuatan komunitas ini, saling memberi pengaruh untuk melakukan langkah-langkah. Ide yang hadir dilam rangkaian tulisan dan tindakan yang di posting di media blog, mempercepat informasi membangun pergerakan satu, dua, tiga orang yang memiliki visi dan minat yang sama. Memberi keyakinan bahwa tindakannya memberi dampak gerakan tertentu.

Blog merupakan ruang personal, tapi begitu semua orang bisa mengakses tulisan tersebut, maka ide dari tulisan di blog-nya menjadi milik siapapun untuk bertindak, berlaku. Maksud milik siapapun disini adalah ketika dia membaca, setiap kalimatnya bisa menjadi bagian yang menghidupi pola pikir dan sikap hidupnya. Tulisannya memberi pengaruh, tapi ada juga yang menganggapnya biasa saja.

Mungkin, paparan bla bla di atas, bisa jadi awalnya niat menulis hanya menumpahkan pikiran. Tak disadari tulisannya ternyata memancing dan menyetuskan banyak pergerakan, termasuk salah satunya muncul komunitas yang di garap oleh para ibu, yaitu KEB (Komunitas Emak-Emak Blogger).

Beberapa tahun terakhir ini, ruang menulis di media blog banyak dipegang oleh para Ibu. Ada Ibu yang bergerak di rumah, ada yang bergerak di kantor dan rumah, ada pengusaha, dll. Menulis menjadi ruang hati, pikirannya, langkah menjadi luas, terasah untuk menganalisa berbagai situasi sosial yang muncul di media informasi. Ibu bisa menjadi media penyaring informasi yang masif terjadi, kini.



Lalu, gimana acaranya biar kita konsen nge-Blog?

Saya sendiri masih naik turun nulis di blog. Buat emak-emak dengan anak 2 yang masih kecil-kecil, konsentrasi dan mendapatkan suasana menulis yang enak itu “mahal” sekali. Butuh perjuangan dan latihan. Tugas Ibu di rumah itu banyak sekali, mendidik anak-anak, menjaga kebersihan, menyiapkan makanan sehat, membangun suasana rumah tetap nyaman dan ceria. Lalu ngapain cape-cape meluangkan waktu untuk menulis di blog?

Nah, ini misterinya. Saya juga tidak tahu, yang jelas begitu menyelesaikan satu tulisan, rasanya bahagia dan muncul rasa berharga. Isi kepala dan hati terasa lebih luas, ketika saya menulis tentang anak, artinya, mau tidak mau saya kembali membaca, berdiskusi. Menulis menjadi kepala lebih terisi dan lebih ringan dalam menjalani tanggung tawab sebagai Ibu. Menjadi emak blogger menjadi salah satu jalan mendapatkan solusi persoalan anak-anak dan rumah tangga.

Foto: Ima


Nah, diatas semua prioritas keluarga (halah, glek!), kita harus berdamai dengan beberapa hal di bawah ini agar (katanya bisa tetap) konsen dan fokus dalam mengelola postingan di blog:

1. Waktu

Betul, menulis itu butuh ruang dan waktu khusus. Dalam menentukan waktu menulis untuk para Ibu ini beragam. Ada beberapa Ibu memangkas waktu tidurnya, bangun malam sekalian tahajud lalu menggunakan sepertiga malamnya untuk menulis hingga waktu subuh. Selesai subuh dilanjut mengurus kebutuhan keluarga: makanan, kebersihan rumah dan antar jemput sekolah.

Tapi ada beberapa Ibu yang memanfaatkan waktunya di pagi hari ketika anak-anaknya sudah mulai sekolah. Tapi ada juga yang menulis kapan saja ketika ada waktu kosong dan mood nya sedang bagus, dia bisa menulis dalam keadaan apapun. Bahkan sambil menunggu masakan matang pun, bisa menulis.

Masalah waktu ini berkaitan erat dengan konsentrasi masing-masing Ibu. Ini bisa dilatih dengan komitmen untuk menulis di waktu yang sudah ditentukan sendiri.

Situasi seperti ini tentu engga aneh lagi: anak-anak sedang bermain lari-larian, teriak sana sini dan menaburkan banyak mainan di tengah ruangan. Godaan untuk membereskan mainan dan energi “bertanduk” untuk ngomel ke anak-anak itu cukup sering. Anak-anak tetaplah anak-anak, dunianya adalah bermain. Kadang saya biarkan saja mereka bermain dan saya sendiri fokus pada tema dan proses menulis yang sedang dikerjakan.

Kalau perlu dicatat poin-poin apa saja yang melintas di kela kita, kalau-kalau si anak butuh bantuan dadakan seperti cebok atau dia menumpahkan air di lantai. Begitu selesai urusan dengan anak-anak, kita bisa kembali melihat catatan lalu membangun konsentrasi yang tertunda. Percis seperti kita jadi aktor panggung, kita harus tetap konsentrasi ketika duduk di sayap panggung dan siap begitu masuk panggung untuk memainkan emosi di adegan yang dibutuhkan.

2. Tentukan Tema Tulisan

Tangkap ide tulisan dari kegiatan dan lingkungan terdekat kita. Itu bisa membantu otak kita tetap bemain-maian dengan logika berfikir dan hati kita. Secara tak sadar, kita akan mulai menganalisa, memetakan masalah dan bermain-main dalam memikirkan sebuah “kasus”.

Otak yang berfikir, akan mendekatkan kita pada berbagai solusi dan penemuan-penemuan dalam menyelesaikan masalah. Misalnya ketika kita menemukan masalah di diri kamu dan anak-anak, katakanlah anak-anak ingin bermain pasir. Tapi karena di Bandung tidak ada pantai dan butuh dana besar untuk ke pantai akhirnya pergi ke tempat bermain di sebuah mall dekat rumah. Tak hanya itu, anak-anak membutuhakan ruang bermain yang berbeda agar kebutuhan fisik dan mentalnya terolah dan terpenuhi. Pengalaman kita bisa menjadi salah satu cerminan dan media koreksi untuk diri sendiri.

3. Baca Buku

Ide tidak akan hadir begitu saja jika kita berkutat dengan aktifitas yang itu itu saja. Otak dan hati kita butuh diasah dan referensi yang banyak. Kalau kamu ingin tulisannya asik dan matang, maka rajin-rajinlah membaca. Di bawah alam sadar kita, kita mengolah, mengemas, mengunyah, menyimpan semua kata-kata, logika penulis, energi alur cerita, satu persatu referesi terkumpul dan terolah dengan sendirinya dan menggiring logika berfikir kita. I

Jadi, baca buku itu penting. Media baca ini banyak, bukan hanya buku tapi website, berita-berita di berbagai media sosial, otomatis akan menggiring pikiran kita untuk menangkap, menyaring dan mengolahnya saat dibutuhkan.

4. Terus Menulis

Pisau tajam tidak akan menjadi bertambah baik jika tidak diasah. Begitupun menulis di blog. Menulis menjadi proses yang berat jika tidak diolah dan dilatih terus menerus. Meskipun tidak sedang mood, maka tulisalah apapun yang terlintas, apa yang dilihat, apa yang dirasa. Mungkin susunan kata akan terlihat kacau, tapi disaat mood sudah rapi lagi, maka dengan sendirinya menulis seperti air yang mengalir.

5. Ajak Sahabat Dekatmu Menjadi Pembaca Pertama

Diawal-awal saya menulis, bahkan sekarang pun, saya suka kasih link ke teman dekat untuk membaca tulisan saya dan minta masukan dari dia. Tapi bukan berarti pendapatnya adalah fatwa, ketika dibilang tak bagus kita menjadi patah semangat dan menganggap bahwa tulisannya tidak layak baca. Singkirkan pikiran itu, tapi setidaknya dari 1000 friendlist kita, ada 1 orang yang mau baca tulisan kita, biar happy. (hahhahaaaaaa....)

6. Ikut Komunitas Blog di Media Sosial

Dulu, saya cuek sekali, tidak ikut komunitas blog di media sosial dan cenderung berfikir kalau menulis ya menulis saja. Ada yang baca sukur, gak ada yang baca juga gapapa. Tapi kali ini beda, dengan ikut beberapa komunitas blog meluaskan pandangan dan membuka banyak pintu rezeki. Tak hanya rezeki materi tapi memberi pandangan tentang cara bersosialisasi, perkembangan informasi yang tidak muncul di media cetak dan media umum lainnya.

Biasanya saya menulis seenak hati dan seingetnya. Kadang sebulan sekali, kadang beberapa bulan tidak posting lalu nulis lagi. Tapi dengan ikut grup blogger, energi menulis itu jadi lebih tinggi. Tak hanya menulis, tapi bagaimana mengelola blog agar tetap enak dibaca dan mempunyai “daya pikat”. Pemicunya menjadi banyak, grup blog ini bisa menjadi bahan bakar agar kita tetap asik menulis dan mengembangan kreatiftas. Tak hanya menulis, tapi mengolah kemampuan, buka buku lagi cara menulis dan memberi manfaat di lingkungan kita.

7. Menjaring Pertemanan

Secara tidak langsung, tulisan-tulisan kita akan menemukan sendiri pembacanya. Bisa dari blogger juga atau teman-teman kita yang senang membaca tulisan yang diposting di blog. Perkembangan teknologi ini memudahkan kita untuk tergabung dengan orang-orang yang punya minat dan antusias yang sama. Ketika wacana bergulir, satu persatu akan mendukung atau ada juga yang bersikap sebaliknya. Tak perlu jadi masalah ketika menemukan orang yang berbeda pandangan.

Menulislah, maka kamu hidup. Banyak hal yang kita lupakan dan lewat begitu saja karena kita tidak menuliskan kehidupan diri dan lingkungan sekitar. Padahal bisa jadi setiap pertemuan dan kejadian memberi pelajaran kehidupan yang luar biasa. Dengan menulis, kita bisa belajar pada sejarah diri dan belajar pada proses hidup. Banyak kehidupan yang kita alami tidak dialami oleh orang lain, begitu pun apa yang kita lihat belum tentu bisa dilihat oleh orang lain. Sementara apa yang kita lihat, rasa, dengar, bisa jadi tidak berharga buat kita tapi sangat bernilai buat orang lain.


#KEBloggingCollab

Bandung ,7 September 2017
Imatakubesar