Bicara kota Bandung, mulut saya jadi pengen makan molen, kripik pedas dan batagor, tiga jenis makanan yang ngangenin pisan.  Kadang sudah begini rasanya gemas, berharap bisa datang ke kota itu rasanya tidak mungkin, akhirnya mendatangi toko oleh-oleh untuk menuntaskan rasa rindu adalah solusi yang paling mungkin.  Pas tadi pagi mulut saya pengen sekali molen, di wall jejaring sosial ada yang nge-share toko online, namanya Cipika.  Pikir saya, ini pasti toko online Indonesia nih, dari namanya sudah lucu dan catchy. 





Akhirnya sayapun tergoda mengarahkan jari untuk mulai klik link, rupanya disana bertaburan makanan yang menggiurkan.  Toko online ini mirip etalase toko oleh-oleh, bedanya, dia tidak disiplay 3 dimensi tapi terpampang manis disetiap foto-fotonya.  Produk ini menjelajah ke jejaring maya dan tiba-tiba “pruk”, produk yang kita pesan ada di depan pintu.  Iya, sesederhana itu.  Jaman sekarang, dunia benar-benar dalam genggaman, pesan di smartphone, handphone, sambil ngulik sesuatu di depan laptop, bahkan sambil menyuapi anak, kita bisa keliling “pertokoan”.  Tinggal bijaksana saja menggunakan kesempatan ini untuk sesuatu yang kita butuhkan sehingga bikin waktu lebih efektif.  Itulah sebabnya ada toko online, untuk memfasilitasi masyarakat yang terbatas oleh waktu dan jarak, jadi siapapun dan dimanapun kita berada, bisa mendapatkan produk yang diinginkan. 


Di tanggal cantik 12/12/2014 kemaren, Hello Kitty mengajak saya bertamasya di ruang cantik imajinasinya.  Wahana baru di Dunia Fantasi (Dufan) dengan tema "Hello Kitty" baru saja dibuka dan sudah bisa dinikmati oleh siapapun.  Warna serba merah jambu menyelimuti sudut Dufan, suasana lembut dan ceria menghiasi kemeriahan sudut Dufan, Ancol, Jakarta.  Jadi ingat waktu kecil, saya suka mengumpulkan kertas surat bergambar Hello Kitty dan kertasnya harum-harum.  Hello Kitty identik dengan alat-alat sekolah yang menemani anak-anak belajar, khususnya anak perempuan.  Kalau di tahun ajaran baru, saya suka memilih buku ber-merk Hello Kitty, karena gambarnya bagus-bagus dan kertasnya halus.  Selain itu, rasanya senang punya pernak pernik dan kebutuhan sekolah bergambar ikon kucing berpita, sekolahpun rasanya lebih bersemangat. 

Minggu sore yang menyenangkan, akhirnya saya bisa menikmati sebuah pertunjukan perkusi.  Musik perkusi identik dengan seni khas negara timur, namun kali ini saya bisa lihat aksi langsung kelompok perkusi dari Amerika dan menang di kontes Amerika Got Talent, namanya “Recycled Percussion”.  Rasanya sudah lama sekali saya tidak nonton pertunjukan musik kontemporer seperti ini.  Kebetulan tempat pertunjukannya tidak jauh dari rumah, namanya The Breeze masih wilayah Bumi Serpong Damai (BSD-Tangerang Selatan), cuma memakan waktu 10 menit dari rumah kakak-tempat saya tinggal.  Jadi untuk memenuhi rasa haus, saya datang untuk menuntaskan rasa penasaran, ingin melihat secara langsung bule-bule ini mengeksekusi perkusinya seperti apa.

Goes to Writing Clinic
Tanggal 7 Desember adalah waktu yang tunggu-tunggu, ada Writing Clinic bertajuk “Bermain Kata dengan Tema Kuliner” diselenggarakan oleh Femina.  Rupanya, Writing Clinic ini di dalam acara besar Festival Pembaca Indonesia di Museum Nasional (Museum Gajah) di Jl. Medan Merdeka Barat 12, Jakpus, DKI Jakarta 10110.  Lihat-lihat daftar peserta di web Femina, saya menemukan beberapa nama teman-teman dari Bandung.  Ada Efi Fitriyah, Dydie Prameswarie, Bu Yayu, Rina Susanti, ternyata si kembar Eva-Evi bakal hadir di ajang buku pilihan pembaca.  Selain senang bisa dapat ilmu dari acara menulis ini, saya bisa ketemu dengan teman-teman yang suka berbagi ilmu dan semangat menulis.  Pertemuan dengan teman-teman mempunyai minat yang sama, sering memberi vitamin baik untuk hati.





Stasiun Tanah Abang, Ima, 6 Desember 2014

Perempuan dalam lintasan, 
Gerimis kali ini tidak terlalu lama
Ia mengalah oleh angin
Sekejap lagi

Peluklah letihmu
Meski waktu tak juga mempertemukan
Sepasang mata jernih yang tengah merindukanmu

Perempuan dalam balutan luka
Tak perlu risau
Kereta akan datang tepat waktu

imatakubesar
Ima. Serpong. 6 Desember 2014

Judul Buku      :  La Taias For Akhwat: Muslimat                             Tersenyumlah!
Penulis            :  Honey Miftahuljannah
Editor              :  Gita Safitri
Tata letak isi    : Shinzy dan Fajarianto
Penerbit           :  PT Gramedia, Jakarta, 2012
Hal/ Ukuran    :  xix + 192 hal, 13,5 x 20 cm
Harga              :  Rp 45.000,00

Beberapa bulan kemarin pesan singkat BB masuk, Honey ingin minta alamat saya.  Ternyata dia ingin mengirimkan buku, ini kejutan yang menyenangkan.  Betul saja, suatu pagi yang cerah, kabut baru saja menghilang, buku itu datang, judul bukunya “Muslimah Tersenyumlah-Kumpulan Kisah Penguat Hati.”  Barangkali Honey tahu saya sedang butuh dikuatkan hati, lalu dia tersentuh untuk memberi kekuatan dengan mengirimkan sebuah buku dengan cerita banyak makna.


Foto: Imatakubesar
Ingat Jakarta yang muncul di bola kepala adalah lampu-lampu kota bersinaran seperti kunang-kunang di malam hari, kemacetan dan gedung-gedung tinggi, gerombolan orang berburu kehidupan di sana.  Termasuk saya yang muncul menjadi bagian dari kehidupan Jakarta.  Perjalanan sendiri ke Ibukota bukan pertamakalinya, tapi pergi dari kota asing ke kota asing merupakan perjalanan pertama.  Saat itu muncul perasaan menjadi bagian dari manusia, bergabung dengan beragam kehidupan. 

“Ima, biar Bayan di urus sama Amih sampai Cholis sembuh.  Bukan apa-apa, selain Amih ada yang menemani, biar Ima tidak terlalu capek mengurus suami yang lagi sakit.  Amih engga bisa ngurus Cholis setidaknya Bayan yang Amih urus, Bayan mah soleh.  Amih bisa membayangkan bagaimana hati, pikiran dan tenaga Ima harus dibagi.  Ima juga harus sehat dan tenang menghadapinya.  Jadi, biar Bayan disini lagipula tidak seharian Amih yang ngurus, ada kakak-kakak Ima yang selalu datang dan berbagi tugas.” 

Foto: Zico

Menulis buat saya hal yang membahagiakan dan menenangkan.  Selepas kemarin selesai ikut tantangannya Mba Ani Berta #10haribloggeruntukpahlawan, saya merasa sepi.  Ada perasaan yang terenggut, hampa dan kehilangan kehidupan.  Akhirnya, hari ini, meskipun udah lewat 1 hari, saya mau mencoba untuk diri sendiri akan menulis selama bulan Desember 2014.  Bisa jadi ini sebuah bentuk reflektif pada luka, pertemuan, perpisahan yang membuatku berfikir bahwa hidup maha luas dan penuh arti.  Karena bagiku, menulis adalah ruang bahagia itu sendiri, ia ada dimanapun, kapanpun, bagaimanapun, bergabung dengan ruang-ruang hidup.

Foto: Imatakubesar