"Aku tadi buka puasa makan roti isi SKIPPY, Ma." Celoteh anakku.
Kemaren saya tidak bisa menemani anak-anak buka puasa bersama. Meskipun begitu, saya masak makanan untuk buka puasa sebelum pergi. Mulai dari nasi, ikan saus tiram, capcay dan perkedel jagung. Masaknya saja sudah bikin ngiler, apalagi nanti begitu buka. Aaah, anak-anak pasti semangat pikirku. Selain lapar, selera makan mereka pasti bertambah.
Jam 16.00 WIB saya pun berangkat dari rumah karena ada keperluan, begitupun Ayahnya harus ikut rapat bersama teman-temannya. Anak-anak ditinggal dengan Amih dengan keadaan makanan sudah tersedia. Tapi begitu saya datang sekitar jam 8 malam, Amih saya memberi kabar kalau Aden tidak mau buka. Bisa jadi dia kesal karena saya dan Ayahnya tidak ada diwaktu buka. Padahal saya sudah bilang, kalau kami tidak buka di rumah sebelum dia tidur siang.
Saya tanya ke Aden, memastikan dia sudah buka atau belum. Ternyata dia buka dengan 2 helai roti maryam yang diolesi selai kacang kesukaannya yaitu SKIPPY. Rupanya Aden juga pergi taraweh diajak teman-temannya. Oh, bisa jadi dia tidak mau melahap makanan yang ada di meja karena begitu bangun kami sudah tidak ada, lalu mood-nya jelek, jadi dia tidak mau buka dengan nasi dan teman-temannya. Tapi saya legaaa sekali begitu Aden cerita dia memanggang roti maryam sendiri dan mengoleskan selai SKIPPY di atasnya. Mood Aden jadi naik lagi bahkan dia semangat taraweh sekalipun tidak bareng saya dan Ayahnya.
Memang sih, kalau anak-anak ditinggal-tinggal, saya suka menyiapkan roti tawar atau roti maryam lengkap dengan selai seperti SKIPPY atau roti isi untuk makan. Saya fikir kalau bulan puasa dia makan apa saja yang tersedia di meja, namanya juga habis puasa seharian kan. Ternyata dia lebih memilih roti isi juga. Anak saya masih kelas 3 SD, tapi dia suka masak. Masih yang simple-simple sih, seperti panggang roti, bikin mie rebus, orek telur, goreng sosis.
Roti maryam ini biasanya saya beli jadi di supermarket. Ada yang isi 4 dan isi 6. Biasanya yang isi 6 ukurannya lebih kecil dari isi 4. Rasanya manis dan gurih mentega keluar begitu selesai dipanggang. Kalau bikin sendiri agak repot juga, pernah coba dan... gagal, hahahaaa!. Topingnya bisa macam-macam, dicocol ke kari ayam atau yang praktis diberi selai SKIPPY, ditabur cokelat atau dicocol ke madu. Parktis dan bikin kenyang dengan makan 2-3 helai plus susu atau teh hangat.
Cara bikin roti maryam isi selai kacang SKIPPY ini mudah saja. Panaskan wajan anti lengket, setelah cukup panas kecilkan api kompor lalu panggang roti diatasnya hingga keluar minyak-minyak diantara lapisan roti. Bisa di bolak balik biar merata. Setelah matang, angkat dan simpan diatas piring. Saya biasanya langsung saja oles selai kacang SKIPPY dipermukaan roti maryam. Bisa langsung dilahap, digulung atau dilipat agar selai tidak meluber kemana-mana. Sudah. Selesai. Menyantap roti dan selai SKIPPY ini bisa menambah selera makan kita.
Roti maryam isi selai kacang ini menurut saya sangat padat sehingga mengenyangkan dan hangat ke perut. Selain alasan praktis, rasa selai kacang SKIPPY menambah kelezatan roti maryam yang sudah manis mentega. Tekstur selai kacangnya juga lembut dan Jadi menyantap makanan seperti ini membuat kita kembali segar setelah puasa seharian.
Beberapa hari sebelum Ramadhan, seorang Takmir masjid berkeliling memberi surat edaran jadwal ta’jil Ramadhan Masjid Nurul Huda. Setiap hari ada 4 kepala keluarga, masing-masing mendapat tanggung jawab mengirimkan makanan menjelang magrib. Jadi setiap jamaah yang datang ke Masjid Nurul Huda bisa menikmati buka disana.
Masjid Nurul Huda awalnya dibangun oleh Bapak, tepat disebelah rumah kami. Lokasinya tepat di belakang Terminal Ledeng Bandung. Saya sendiri tidak tahu tahun berapa masjid ini dibangun, sepertinya dari tahun 1970-an. Di tahun-tahun itu, ketika Bapak membuat masjid menjadi pergunjingan banyak orang karena masih hangat-hangatnya kondisi politik paska dibubarkannya PKI (Partai Komunis Indonesia). Saat itu saya belum lahir, jadi hanya dengar ceritanya saja. Ada saja perbedaan dan kecurigaan yang muncul dari masyarakat sekitar.
Bapak dianggap penganut Islam yang dianggap membahayakan karena saat itu kondisi politik di Indonesia masih rawan. Peralihan dari Soekarno ke Soeharto dan program pembersihan keangotaan hingga anak-anaknya yang berkaitan dengan PKI. Tahun segitu, kalau ada pengajian, kumpulan akan dicurigai lalu muncul fitnah ini itu. Padahal Bapak seorang pedagang ayam yang hanya ingin membuat lingkunganya ada masjid untuk shalat dan aktivitas keagamaan lainnya.
Namun dengan berjalannya waktu, banyak kebiasaan atau budaya masyarakat yang dipengaruhi oleh aktivitas Masjid ini. Masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah hablumillah (hubungan dengan Allah) tapi juga habluminannas (hubungan dengan manusia). Sejak ada masjid, masyarakat jadi melek qur’an, karena rentang waktu Magrib sampai Isya dipergunakan mengaji untuk anak-anak.
Karena lokasi masjid ini tak jauh dari UPI, sehingga pengajarnya mahasiswa yang kuliah di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). Ada mahasiswa jurusan bahasa Arab, musik, matematika, fisika namun mereka sangat mumpuni di bidang agama. Anak-anak jadi bisa mengaji, doa sehari-hari, bacaan shalat, sejarah nabi-nabi, hingga dilibatkan untuk acara maulidan maupun cross country/tadabur alam setiap sebulan sekali. Masjid jadi ikut menumbuhkan anak-anak.
Sejak dulu, masyarakat sekitar kerap terlibat untuk berbagai kegiatan masjid selain shalat berjamaah. Masyarakat antusias kalau ada himbauan kerja bakti maupun acara khusus seperti Mauludan. Mereka yang ingin mengirimkan makanan bisa langsung datang, ada yang bawa nasi bungkus, pisang, makanan lokal, ikut membantu membuat panggung, dll.
Apalagi kalau masuk bulan Ramadhan, masyarakat antusias mengirimkan ta’jil atau makanan buka puasa untuk para jamaahnya. Pembagian jadwal ta’jil ini berlangsung sampai sekarang. Setiap hari yang kirim makanan berbeda-beda, rata-rata semua dapat jatah satu kali dalam sebulan.
Karena loaksi masjid ini di belakang terminal dan merupakan daerah kos-kosan. Jadi jamaah yang datang dan ikut buka di masjid ini beragam. Ada orang istirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan dan mahasiswa yang kos di sekitar masjid. Makanan yang dikirim masyarakat pun menjadi tepat sasaran karena dapat dinikmati oleh orang-orang yang membutuhkan.
Menariknya di Masjid ini setiap hari disediakan dispenser, air galon, teh dan kopi. Meskipun ada jadwalnya masing-masing, ada saja masyarakat yang kerap mengirim makanan dan minuman untuk masjid. Semangat berbagi dan gotong royong sangat terasa. Dengan begitu hubungan antar tetangga pun menjadi lebih hangat dan menarik, karena merasa terfaslitasi keterlibatannya.