Perempuan sering dihadapkan pada dilema ketika berhadapan dengan kesibukan sehari-hari dengan kewajiban sosial. Katakanlah perempuan ini berhadapkan pada pekerjaannya di rumah tangga dan menciptakan karya. Kenapa dilematis, karena sereingkali pekerjaan rumah tangga tidak ada waktu dan tidak selesai-selesai, ada saja yang harus dikerjakan. Buat orang seperti saya, seorang ibu yang bekerja di rumah, tidak terikat jam kerja, seringkali kehilangan hari karena waktu lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Katakanlah, menyiapkan makan, beres-beres rumah, mengasuh anak, dan lain-lain yang menyita banyak tenaga, hati dan pikiran. Sehingga seringkali perempuan mengabaikan “kebutuhan” dirinya, karena ada orientasi fungsi perempuan dalam rumah tangga. Padahal, kalau bisa mengatur waktu dengan baik, kita masih bisa berkarya atau melakukan kegiatan sosial dengan pas tanpa melepaskan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Sehingga kebutuhan keluarga dan diri dapat terpenuhi. Tidak mudah memang, perlu menumbuhkan cinta untuk melakukan kewajiban untuk keluarga dan diri sendiri agar hidup lebih berarti.
Seorang teman pernah mengingatkan saya, katanya, dalam 24
jam itu bagi 3 waktu, 8 jam untuk Tuhan, 8 jam untuk orang lain (keluarga,
teman) dan 8 jam untuk diri sendiri.
Artinya, hidup harus seimbang, artinya kita harus pintar mengatur jadwal
sehari-hari agar lebih seimbang dan “sehat”.
Tentu saja sehat luar dalam, kebutuham fisik, mental dan jiwa
terpenuhi. Caranya, itu tadi, ada hidup
untuk diri sensiri, orang lain, dan Allah.
Berkaitan dengan cara hidup orang muslim tidak asing lagi kita diberi
kewajiban untuk menjaga cara hidup “Habluminallah” dan “Habluminannas”, menjaga
hubungan baik dengan manusia dan Allah.
Saya pernah tergesa-gesa ingin melakukan beberapa hal dalam
satu hari, seperti baca buku, menulis cerpen, apload blog, ngajak anak
jalan-jalan, tapi semua rencana itu berantakan.
Jadinya hari itu terlewatkan begitu saja, anak tidak terurus, pekerjaan
rumah tidak maksimal, dan tak ada satupun kegiatan untuk diri sendiri
terselesaikan. Cara tergesa-gesa
ini dengan situasi perempuan beranak dan
bersuami ternyata agak sulit dilakukan, sehinga kita perlu bersahabat dan sadar
dengan waktu, kita tak perlu waktu yang terlalu lama tapi maksimalkan waktu
untuk menyelesaikan sebuah karya dan mengasah diri.
Waktu Tidur. Kata
orang, kemampuan daya ingat dan konsentrasi perempuan yang sudah melahiran
biasanya agak berkurang. Ya, ini saya
rasakan. Jadi kuncinya, tulislah daftar
yang harus dilakukan per-hari. Misalnya
jam berapa kamu tidur dan bangun, karena waktu tidur ini cukup mempengaruhi
kondisi fisik dan psikis kita. Kalau
fisik tidak segar, seringkali tingkat konsentrasipun akan mudah menurun. Saya merasakan sendiri jika terpaksa tidur
lewat jam 00.00, tubuh akan terasa mudah lelah di pagi hari. Tune in-nya akan lama dan lambat
loading. Sementara, kalau tidur jam
21.00 (paling lambat), meskipun hanya tidur 4-5 jam, artinya jam 01.00 atau jam
02.00 dini hari sudah bangun, maka tubuh akan terasa terasa lebih bugar di
siang harinya.
Waktu untuk keluarga.
Tuliskan semua dengan rinci kebutuhan keluarga/kewajiban kita dalam
mengatur rumah, dari beres-beres rumah, menyiapkan makan, memeriksa bahan
pokok, belanja, memandikan anak, mengajarkan menggambar, telepon tukang galon,
beli krayon, silaturahmi ke rumah saudara, dll, tulis dengan rinci di buku lalu
sering-seringlah dilihat dan sadar waktu.
Ceklist semua yang sudah dilakukan.
Biasanya, kita hanya butuh waktu 15-20 menit untuk memasak, 15 menit
untuk beres-beres. Saat masak-katakanlah-
liatlah jam agar sahar waktu, bahwa 1 jam lagi akan pergi ke pasar. Jadi lakukan aktifitas memasak ini dengan
menyenangkan dan maksimalkan waktu agar masakannya enak dan tidak gosong. Tetap lakukan dengan santai sampai
tuntas.
Waktu untuk diri sendiri.
Buat jadwal harian yang bisa membuat karyamu bisa tetap “hidup”, dimana
jadwal itu sebuah upaya untuk mengasah bidang itu. Apakah kamu seorang pembuat handmade,
pelukis, penulis, hobi masak, hobi photografi, pengajar privat, dll. Bagilah beberapa waktu dari hari Senin-Minggu
point-point penting yang harus dilakukan untuk mengasah diri, mengembangkan dan
mewujudkan semua ide. Lalu bikin time
schedule agar kita mempunyai jadwal tetap.
Karena time schedule ini bisa menjadi patokan tingkat perkembangan
langkah yang sudah dan harus kita lakukan.
Kadangkala, sering kita merasa bahwa 30 menit – 1 jam itu waktu yang
sedikit, tapi jika kita memanfaatkan waktu, ruang dan fokus, waktu menjadi tidak
masalah. Dengan target, kita harus
mendapatkan point penting dari apa yang kita pelajari, atau dapat menghasilkan
tulisan sepanjang 800 kata selama waktu-waktu yang sudah ditentukan. Seringkali jika kita distimulus seperti ini,
secara tidak sadar otak akan terbiasa untuk patuh.
Waktu untuk Allah. Sebetulnya,
setiap langkah kita adalah ibadah, selama apa yang kita lakukan dengan niat
karena Allah, semua pergerakan kita bernilai ibadah. Hanya dalam Islam ada waktunya “bicara” dan
bersatu dengan “alam” yaitu shalat, berdoa, mengaji. Upayakan ketika waktunya shalat, maka kerjakan
tepat waktu, seringkali ketika kita mengerjakannya tepat waktu, jarak waktu
shalat ke waktu shalat selanjutnya terasa sangat panjang dan kita seolah dalam
ruang yang lama dan bisa melakukan kegiatan dengan maksimal. Saya pernah iseng-iseng ngukur waktu shalat,
biasanya bisa beres dalam waktu 5 menit.
Hanya 5 menit kita membebaskan hati dan pikiran, menjadi netral
kembali. Tambah sedikit lagi, katakanlah
10 menit untuk berdoa dan mengaji. Hal
ini membuat saraf-syaraf yang tadinya kencang, hati yang menyempit kembali luas
dan tentram. Manfaatkan waktu-waktu
shalat ini untuk merefleksi kegiatan-kegiatan yang sudah kita lewati, per-jam,
per-menit, per-detik. Ini waktunya
mengurai kekusutan dan mengembalikan niat dan aktifitas pada rel mendapat ridha
Allah.
Yah, ini beberapa hal yang sedikit yang saya bagi meskipun
seringkali upaya ini ada saja berantakannya karena malas atau hal-hal lain yang
cukup mengganggu. Teruslah bergerak,
bersahatlah dengan waktu dan lakukan kegiatan dengan efektif dan bahagia. Jadi tak perlu ada dilema lagi, cintailah
keluarga dan terus berkarya.
#pahlawan4
Ima. Serpong. 14/11/2014
Lia pasti akan merasakan dilema seperti itu jika sudah menikah dan punya anak. Betul mba, ibu rumah tangga tuh pekerjaannya tidak selese-selese, mama di rumah sering ngomong seperti itu.
BalasHapusBikin gemetar saat lia baca bikin karyamu tetap hidup, sesibuk apapun memang perlu menyempatkan diri walaupun hanya 5 menit.
waktu untuk Tuhan, iyah neh masih suka lalai. kadang kalau solat kurang 5 menit kali udah selese, berdoa terburu-buru, lia mesti lebih baik lagi kedepannya, amin..!
Keren, banyak cara untuk berbagi bahkan dengan manajemen waktu, semua bisa diatur dengan baik, untuk habluminanas maupun hablumminallah :)
BalasHapusIni yg saya belum bisa, manajemen waktu. Seringnya amburadul :(. Bismillah semoga saya bisa menata waktu dengan baik :)
BalasHapuswaahhh manajemen waktu sebenrnya masalah urgent ya, selalu ada banyak excuse sana sini biasanya. tq pencerahannya mba ima :)
BalasHapuskalau menurut saya, management waktu masih mudah diatur, yang agak susah justru management kejiwaan dan fisik yang agak susah, karena 2 faktor tersebut yang sering merusak management waktunya. misal waktu kerja, kita fokus, tetapi kita memasuki waktu yang lain, justru kita terkendala malas untuk melakukan karena 2 faktor tersebut. Misal lupa atau capek.
BalasHapusmanajemen waktu dan tenaga harus baik ya mak
BalasHapus