Rasanya sulit menerima kenyataan bahwa saat ini, abad 2000, masih terjadi perbudakan di London.  Istilah perbudakan ini bukan hanya sekedar kiasan tapi benar-benar terjadi.  Film drama berjudul “I am Slave” menuturkan sebuah kisah nyata seorang perempuan bernama Mende Nazer, kini akhirnya diketahui terdapat 5000 orang yang menjadi budak di London dan 20.000 orang di Sudan.

Malia adalah seorang putri Bah Annur hidup di pegunungan Nubar, tanah raja-raja.  Dia adalah seorang putri dari pemenang gulat, sebuah pertaruangan yang bergengsi di sukunya.  Sampai suatu hari desanya dirampok, dibakar, terjadi penculikan dan dihancurkan.  Saat itu dia berusia 12 tahun, di culik lalu di jual ke Khartoum oleh jaringan perdagangan manusia.  Bekerja sebagai pembantu namun tidak dibayar dan diperlakukan tidak manusiawi.  Malia adalah seorang putri dari golongan terhormat, tapi bagi dunia luar desanya dia bukanlah siapa-siapa. 

Cerita berjalan secara apik, banyak adegan mampu menangkap mental Malia saat dia menghadapi banyak situasi yang membuat kita seringkali mencoba menahan nafas. Saat dia cemburu terhadap anak-anak lain, dipukuli karena bermain dengan anak majikan, berusaha untuk kabur dan keinginanya untuk bebas. Perbudakan ini di kemas begitu halus dan tumbuh subur diantara kalangan tertentu. 

Film ini sangat dianjurkan untuk ditonton, mengingat kenyataan banyaknnya persamaan hak yang didengungkan namun dibalik itu ternyata ditengah zaman dengan kemasan modern-seolah moderat ternyata menyembuyikan banyak ketidakadilan dan pelecehan ras tertentu.  Jangan-jangan memang yang terjadi di kenyataan bahwa Negara ketiga selalu dilecehkan.  Tidak hanya tertekan oleh kebijakan internasional namun juga terjadi pelecehan yang melekat pada proses sosial.

Setiap orang pasti pernah merasakan sedih, dari masih bayi hingga usia renta dengan kapasitas dan kondisinya masing-masing.  Tapi ketika kita bisa menghadapi masalah dan menyelesaikannya, maka hati akan terasa plong, tenang dan merasa siap menghadapi hidup berikutnya.  Bukan berarti menantang tapi apapun keputusan hidup yang kita ambil sekalipun kita anggap sebuah jalan aman pasti  ada resikonya, resiko baik dan resiko tidak enak.

“Aku sedih, tidur sendiri, ayah pergi, ibu pergi… oh itu dia, mereka datang, aku senang, bersuka cita.” Halaaaah inget lagu ini kan, jaman kita-kita masa kecil.  Lagu sederhana yang populer banget dan bisa mengenalkan dua macam emosi, sedih dan senang.  Dari kecil seolah kita diberi tahu tentang dua perasaan ini, saat sedih pasti datang rasa senang.  Badai pasti berlalu, begitu lyric lagunya Crisye yang mencerahkan sekaligus menyayat hati.  Selalu ada dua sisi dalam kehidupan tergantung sudut pandang kita dalam menyikapinya.

Yah, selalu ada banyak sebab yang membuat kita sedih, bisa karena gagal akan pencapaian sesuatu, kecewa karena usaha kita tidak juga kunjung berhasil, cinta bertepuk sebelah tangan, tidak dipercaya orang tua padahal kita sudah membuktikan banyak hal, dan banyak lagi situasi yang tidak sesuai dengan kita harapkan.  Baru aja kejadian, kemarin ini saya ikutan  lomba antologi ternyata engga lolos.  Padahal saya merasa optimis, tapi memang kadang-kadang (seringkali) kalo terlalu yakin dan berharap banyak biasanya selalu diuji dengan kegagalan.  Benar saja, saya gagal.  Sempat kecewa dan butuh vitamin buat membangun percaya diri dan menerima kegagalan.  Sempat merasa buruk banget, pengecut abis, merasa waduk angsa sebagai manusia, konyol, merasa proses ini menjadi  sia-sia dan merasa jangan-jangan saya tidak berbakat dibidang ini.  Bubar!!! Hancurkaaaan!!! Ternyata aku buruk sekali!



Apa sih yang kamu lakuin kalo lagi sedih? Ada yang ngerusak diri sendiri, ada yang ngelamun, nangis, naik angkot keliling kota, banyak makan, nyanyi-nyanyi.  Hmmm… kalo saya lebih sering dilampiaskan ke nyanyi.  Nyalakan musik bisa sambil ngapa-ngapain, bisa sambil masak, beres-beres terus nyanyi sekehendak hati sekalipun liriknya salah. Ini banyak berguna buat melepaskan beban di hati, tapi kalo sudah sangat teramat tidak bisa ditampung dengan nyanyi-nyanyi ya sudah masuk kamar lalu semedi dan nangis sepuasnya bahkan bisa jalan kaki sampai merasa cukup.  Biasanya pas hati udah lapang tiba-tiba, ting… ting… ada solusi buat nyelesaikan perasaan sedih itu bahkan tidak ada solusi tapi merasa bodoh dengan kesedihan itu dan balik lagi meneruskan hidup dan siap keluar rumah lagi, ber hai, hai hei, hei dan atau berdiskusi di ruang sosial online.  Apapun lah.

Ya, saya emang termasuk orang yang ngga mau terbunuh oleh pikiran sendiri berlama-lama.  Untunglah saya suka Kla Projek banget. Katanya, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Dan yang 6 menara banget, katanya “Bersungguh-sungguhlah maka kamu akan mendapatkanya”. Hmmm bisa jadi apa yang kita ingin dapatkan ternyata sebetulnya kita belum berusaha apa-apa, ada yang terlewat yang membuat kita harus tahu dulu.  Iya, ada sesuatu yang harus kita tahu, ada langkah yang terlewat percis seperti permainan solitaire, kalo kelewat langkah pasti ga bakal beres.  Dan kita harus melengkapi langkah dulu sebelum keberhasilan didapatkan.

Dengan gagalan ini, aku akhirnya mau membuka lagi buku “Aku bisa nulis cerpen” dan bertekad melembutkan hati membaca-baca lagi karakter pembuatan cerita pendek.  Bacaaa…. Bacaaaa… bacaaaa… rasakaaaan… nikmati.  Oye! Barangkali itu sebabnya kenapa kita harus memilih bidang yang sesuatu yang kita sukai.  Kenapa? Soalnya saat kita terbanting, terpelanting, dengan cepat kita bisa bangkit lagi, intopeksi dan mencari kayu bakar yang lebih banyak lagi untuk mengorbankan semangat  45 untuk terus berjalan, berproses, bergerak, mencoba, bergerak, berlatih, belajar lagi, berdiskusi, siap grak!
Sambil nyanyi-nyanyi bareng mas Bono “Keep the faith, I always be… yeah!” (halah lebay pisan)
Ima, 22 Juli 2011
Menikah, begitu yang tertulis di KTP.  Penting untuk beragam birokrasi dan sistem bersosial.  Kini kata “status” menjadi berbeda makna ketika facebook dilemparkan pada masyarakat.  Isi Status semakin terasa penting dan menyenangkan ketika jaringan sosial di dunia maya semakin menggurita.  Sebagai ajang seru-seruan, mengungkapkan sesuatu yang memang sedang kita fikirkan, ajang nyela, iseng, hal yang serius, doktrin, propaganda atau berbagi informasi yang menarik, tergantung masing-masing orang memanfaatkanya.

Facebook, begitu membuat addict seperti minum kopi yang sulit dihentikan dan makan duren (request heheh), nyammm…. Pertama kali mengenal facebook rasanya sulit sekali mengoperasikanya, karena ada beberapa hal yang tidak biasa dari cara kerjanya.   Semakin lama dipelajari dan sistemnya malah jadi ketagihan.  Sebelumnya saya ikut dengan jejaring sosial friendster, dan makin kurang nyaman karena dominasi list teman yang kurang di kenal.  Di facebook penuh kejutan, banyak sekali teman-teman yang sudah lama dan sulit bertemu ternyata mempunyai id facebook.  Tiap hari selalu buka facebook, lihat-lihat beranda teman, foto-fotonya yang bercerita banyak hal menjadi bagian dari proses hidup, baca tulisan mereka dan isi status, kalau tidak melakukanya rasanya ada yang kurang.  Persis seperti sehari tidak mandi atau sehari hanya makan satu kali, pasti ada yang kurang.  Proses ini menjadi hal yang menyenangkan karena berasa bertemu dengan teman-teman.  Dengan beragam fasilitas facebook, saya seolah bisa bertemu muka, bercerita banyak, diskusi, berbagi ilmu, dan membaca kehidupan mereka.  Seperti membaca foto-foto kegiatan mereka seperti ada acara keluarga, kumpul dengan teman, aktifitas kerja, foto-foto pertunjukan dan banyak hal lainnya.  Hal ini mampu menyembuhkan kerinduan dan selalu menghadirkan banyak kejutan.

Isi status menjadi sesuatu yang begitu menyenangkan, rasanya apapun yang sedang terjadi, difikirkan ingin segera dituliskan di status atau sekedar iseng bahkan bisa jadi tidak menjadi diri sendiri.  Dari urusan dapur, makanan, kondisi macet, curhat, sosial, politik dan banyak lagi.  Ketika ada komentar dari teman sepertinya kita sedang berdialog, merasa lebih intim seolah bertatap muka dan bisa mengobati kebutuhan kita sebagai makhluk sosial.  Kita menjadi tahu ketika status berisi tentang “A” maka yang mengomentarinya tidak akan jauh dari minat dan background  teman-teman, begitu seterusnya.

Makin lama saya sendiri merasa monoton dan tidak ada perkembangan dalam menggunakan fasilitas yang satu ini.  Selain digunakan untuk menuntaskan rasa kangen pada teman-teman dan main game, ingin rasanya fasilitas ini bisa membuat perubahan pada hidup saya.  Semakin dicari, rupanya di fasilitas jejaring ini semakin menarik karena banyak juga yang menawarkan aktivitas dalam pengembangan hobi dan usaha.  Disini semakin mengerti bahwa facebook bentuk lain dari upaya kita tetap terkoneksi dengan teman dan bersosialisasi, facebook menjadi sebuah pembangunan identitas, citra dan pengembangan diri.  Dan yang jelas cukup membantu mengurangi jatah pulsa handphone, hehehe…

Melalui status teman-teman, notes dan poster kegiatan yang di bagi di wall mereka memberikan banjir informasi.  Pergerakan teman-teman semakin kelihatan, seolah kita melihat diatas bukit dan melihat ribuan aktifitas yang tidak mengenal henti.  Ada yang berlari, ada yang jalan cepat, ada yang tertidur, ada yang terduduk di ruang nyamanya, ada yang selalu menggali.

Facebook seperti dunia, waktu, ruang, dan pertemuan yang dilipat.  Kita bisa berkomunikasi dan melakukan banyak hal disatu waktu.  Seperti sambil merendam baju, menunggu nasi matang, kita bisa browsing, nunggu downloadan, bahkan ikut kursus menulis online dan chating dengan teman.  Kenyang bukan, dan waktu semakin terasa panjang.  Bahkan disaat awal-awal beres melahirkan, disini kebutuhan saya tentang pengetahuan asi, ilmu mengurus anak dan ribuan hal yang ingin diketahui tinggal menekan satu tombol maka dunia akan memberikan banyak informasi tanpa harus ngingkig ke toko buku.  Lalu kita bisa bertemu teman di dunia maya, becanda, saling menguatkan dan tiba-tiba saja mengurangi rasa sakit yang sedang dialami.

Dari beberapa teman yang lain ada yang merasa bahwa fasilitas ini mengganggu ketenangan rumah tangganya. Karena banyak kejadian yang pada akhirnya karena facebook menjembatani seseorang untuk melakukan perselingkuhan.  Pertemuan dan dialog dengan mantan pacar, atau seseorang yang sudah lama dikagumi seolah membuka celah kesempatan dan menghibur, disaat bersamaan masalah keluarga yang semakin menekan.  Bahkan MUI pernah mau meng-haramkan, mengingat banyak konten dan aktifitas facebook mengarah pada mendekati maksiat/maksiat. 

Tapi pada akhirnya saya berkesimpulan bahwa setiap orang mengarahkan dan mengelola ilmu yang dimilikinya tergantung fungsi dan kebutuhan masing-masing.  Persoalan menjadi manfaat atau sebaliknya ada ditangan masing-masing.  Seperti golok bisa menjadi manfaat untuk memotong daging tapi golok juga bisa menjadi berbahaya dan merusak jika digunakan untuk berkelahi.

Be you and happier,
Ima, 12 Juli 2011
Seperti biasa kami pergi membeli produk rumah tangga, untuk mandi dan makanan konsumsi sehari-hari.  Kali ini Shampoo yang saya ambil tidak  produk biasanya tapi produk yang model iklanya Dian Sastro Wardoyo yaitu L’ORÉAL Paris.  Sayapun memasukan produk itu keranjang sambil nyengir ke suami,
“Biar seperti Dian Santro hahhaaa…”
 Suami saya tersenyum sambil berkomentar
“Garila… dasar!”
Sore tiba saya mandi dan mencoba produk yang dipakai Dian Sastro ini, dan mulai membanggakan pada suami, keponakan dan kakak yang kebetulan nengok ke rumah.
“Bagaimana… bagaimana… rambut saya melambai-lambai seperti punya Dian Sastro kan, aura Dian sudah mulai terlihat kan hehehee…”
Tentunya hal ini memancing beragam komentar yang tidak kalah serunya.

Oke, sebelumnya saya beli shampoo keluarga dan coock untuk sekeluarga.  Dulu kalau melirik shampoo ini tumbuh kesan shampoo yang biasa di gunakan di tempat salon dan rasanya terlalu berat untuk dikonsumsi sehari-hari mengingat harganya diatas rata-rata shampoo yang lain.  Anehnya figure Dian Sastro mempunyai kekuatan lebih untuk membuat tangan saya menggapai shampoo tersebut, kesan hargapun menjadi terasa manusiawi dan masuk akal, apalagi ketika mencobanya ternyata harum dan hasilnya memuaskan.  Suami saya sih tidak merasa seperti Dian Sastro, tapi dia selalu merasa asik-asik saja apapun produknya.

Siapa yang tidak kenal Dian Sastro, kesan perempuan cantik, aktif, pintar, kreatif yang membooming zaman film remaja “Ada Apa Dengan Cinta” (AADC) sebagai ikon remaja yang super.  Apapun yang dia lakukan menjadi panutan para perempuan.  Cantik, pintar, keren, senang buku dan berkarya.  Sepertinya saat itu remaja dan remaja dewasa dicuci otaknya bahwa standar perempuan dambaan semua laki-laki adalah Dian, bahwa perempuan cantik itu adalah Dian Sastro, maka kamu akan terlihat sangat keren .  Perempuan-perempuanpun berlomba agar seperti Dian versi Cinta, rambut panjang, ber-puisi ria, bergerombol ke toko buku, dan tentunya mempunyai gank yang jadi lirikan laki-laki di sekolahnya.  Berharap laki-laki versi Rangga akan datang dan mengirimkan puisi yang aneh dan mampu membuat hidupnya semakin complicated.  Makin complicated maka hidup kamu makin berkesan keren. 

Citra Dian Sastro sebagai Cinta yang cantik, pintar dan keren demikian kuat melekat.  Apalagi ketika Dian masuk ke Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Filsafat.  Hmmm… beberapa orang akan menyela, bidang apaan tuh? Dan sebagian yang lain akan berdecak kagum.  Sebuah bidang kuliah kajian studi budaya yang berat bagi ukuran secantik Dian yang tumbuh dari lingkungan glamour.  Makin kuatlah citra “cantik dan pintar” di dalam kepribadian Dian.  Belum ungkapan iri muncul dari para perempuan yang merasa “tidak  beruntung” saat Dian mendapatkan suami  yang ganteng, kaya raya, masa depan terjamin dan kemanapun dia ingin pergi rasanya tidak perlu mengotret dulu jumlah tabunganya.  Dunia dan segala kenyamanannya seolah tinggal menjentikan jarinya yang manis.  Betapa beruntungnya menjadi perempuan seperti Dian.

Saya yakin, Dian pasti berusaha keras untuk menjadi “seseorang” dan mau tidak mau diapun melewati beragam proses sentilan hidup.  Saya percaya bahwa hidup itu adalah proses dan hasil akhir adalah bagian dari bagian kerjakeras masing-masing.  Karena berusaha keras bagian dari bagaimana cara setiap orang bertahan hidup.  Seperti Mahatma Ghandi bilang katanya, “Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil.  Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.”  Setiap orang mempunya Base of Superstructure Production-begitu kata orang media-, unsur-unsur yang mempengaruhi pola landasan dasar itu diantaranya agama, keluarga, pendidikan, politik dan media.  Dari pola unsur dasar inilah yang menghasilkan sudut pandang, pola dan karya hidupnya. 

Hidup itu adalah pilihan, sekalipun seolah tidak ada pilihan tapi ketika kita berusaha keras dan mencari solusi atas sesuatu pasti ada jalan keluarnya.  Apapun keputusan yang kita ambil selalu menyeret dan lengkap dengan segala resiko dan keuntungannya.  Namun, pola hidup yang tumbuh dimasyarakat mengarahkan segalanya begitu berkotak-kotak.  Seringkali hal ini menjebak dan menyempitkan pandangan hidup, runtuhnya semangat hidup  dan tidak luas.  Seolah bahwa hidup harus diterima apa danya, pasrah, menyalahkan pihak-pihak tertentu dan tetap berada di kubang kemelaratan.  


Setiap masalah pasti ada solusianya, seperti  halnya penyakit pasti ada penyembuhnya, lalu kita di tuntut untuk mencari ilmu untuk mendapatkan obatnya.  Kehebatan manusia terletak pada kelengkapan semua unsur yang dibutuhkan untuk kemajuan juga kerusakan dunia.  Ia mempunyai akal dan hati, sekalipun ada yang tidak lengkap secara fisik tapi manusia adalah makhluk yang paling bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.  Ilmu bisa menjadi perbaikan dan kemajuan dunia jika dipegang oleh orang yang berhati baik tapi sebaliknya jika dipegang oleh orang yang berhati jahat malah akan membuat kerusakan.  Banyak contoh seperti orang yang tidak mempunyai tangan namun bisa menghasilkan karya lukisnya oleh kaki, ada yang tidak bisa melihat namun kejeniusan berfikirnya tidak membuatnya buta lalu pemikiranya dituliskan oleh orang lain.  Dan banyak lagi manusia-manusia lain yang seolah tidak sempurna namun menjadi sempurna berkat semangat dan sudut pandang hidupnya yang maju.  


Sementara kita yang secara fisik sangat lengkap seringkali membatasi/menahan atau bersikap underestimate pada diri sendiri untuk mengolah diri padahal bisa jadi kita mempunyai kemampuan yang tidak disangka-sangka.  Bahkan seringkali –secara tidak sadar- bersikap tidak adil untuk melangkah pada sesuatu yang lebih maju. 

Tak ada yang tahu tentang kehidupan seseorang satu dengan yang lain.  Seringkali kita melihat keberhasilan seseorang hanya sebatas visual saja.  Tapi bagaimana proses dan perasaan hidup masing-masing adalah pilihan untuk merasa hidup dan bahagia.  Karena kebahagiaan dan kepuasan berasal dari hati, sikap kita dalam menghormati hidup adalah bagian dari penghargaan kita pada proses seberapapun pencapaian hidup yang diperoleh.  Setiap orang mempunyai orientasi dalam membagun diri dan mendesain hidupnya seperti apa.  Karena hidup adalah pilihan, pilihan untuk merasa bahagia atau selalu merasa kurang.

Full of Love,
Ima, 11 Juli 2011

Ternyata mengurus dan bermain-main dengan anak saudara sangat berbeda rasanya ketika kita mengurus anak sendiri.  Mengurus anak sendiri lebih banyak merampok perasaan, bagian dari sebuah akumulasi berlapis-lapis pekerjaan rumah tangga.  Sepertinya situasi ini sebuah upaya pengolahan mental dan pembelajaran hidup yang mengantarkan perempuan mempunyai jiwa matang seorang ibu. Ibu mau tidak mau dipertemukan dengan  beragam situasi emosi bayi, memecahkan masalahnya sehingga lama-lama ibu mengenal karakter khas bayinya seperti apa dan bagaimana menanganinya.  Karena setiap bayi mengeluarkan kebiasaan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi dengan orang tuanya.

Dulu waktu belum punya anak, saya selalu merasa kalem jika waktunya tiba.  Alasannya sangat mudah karena saya punya banyak keponakan, sering melihat cara kakak-kakak merawat anak-anaknya.  Ternyata mengurus anak tidak hanya berbekal itu saja, ketika kita terjun langsung -mempunyai anak sendiri-, hal yang diperlukan adalah membekali diri dengan beragam ilmu mengurus bayi, mengendalikan emosi, membangun sudut pandang yang positif dan bersahabat dengan rasa lelah.   Contoh kecil yaitu saat anak nangis rasanya waktu terasa berjalan lama dibandingkan anak sedang riang gembira.  Ada bagusnya juga kita pintar-pintar mencuri waktu melakukan hal-hal sederhana yang menyenangkan diri sendiri seperti minum teh hangat sambil browsing.  Karena mencuri waktu untuk diri sendiri cukup efektif untuk mengembalikan emosi labil, gelisah bahkan panik menjadi lebih tenang dan kreatif.

Dua setengah hari di rumah sakit sehabis melahirkan mengontrol pikiran agar tubuh segera bisa beradaptasi dengan rasa sakit dan segera sembuh karena bagian bayi ada suster yang merawatnya.  Tapi ketika sampai di rumah, semua pekerjaan di lakukan oleh sendiri.  Dari memandikan, memakaikan baju, menyusui, beres-beres kamar, menyiapkan makanan, mengobati bekas operasi, merapikan pakaian dan rumah.  Hari pertama di rumah ASI masih juga belum keluar, kakak perempuan saya terlihat khawatir dan selalu membuatkan susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayiku-Alif.  Selain itu setiap kali Alif menangis, teteh turun tangan membantu dan mengajarkan cara menggendong dan cara menyusui.  Namun bagi ibu yang melahirkan dengan cara sesar, bayi ini bisa ditidurkan di kasur, beri bantal kecil dikepalannya atau bisa disanggah oleh tangan atas ibu, lalu miringkan sambil diberi ganjalan di bagian punggungnya.  Ibu tidur dengan posisi miring lalu bagian mulut bayi dicondongkan menuju puting payudara dan biarkan mulut bayi berusaha untuk menyedotnya, walaupun air ASI belum lancar.  Biarkan mulutnya mengulum puting lama-lama ASI akan terpancing keluar.  Ada tahapan saat bayi terlihat tidak tenang (stress) karena belum berhasil menyedotnya karena air ASI masih sedikit.  Agar ASI lancar, pancing terus menerus dengan membiarkan mulut bayi menempel di puting ibu sehingga produksi air ASI akan lebih banyak. ASI pertama yang keluar namanya kolostrum, warna asi ini kekuningan adalah serum anti body buat bayi.  Jadi jangan sampai dibuang, ada rumor yang sering muncul di masyarakat kita bahwa ASI kekuningan ini adalah jenis ASI basi, ini salah besar.  Hati-hati bagi ibu baru saja memulai menyusui terutama dalam posisi tidur, adaptasi tubuh pada proses menyusui sering membuat tubuh ibu mengantuk saat menyusui dikhawatirkan hidung bayi tertekan oleh payudara disaat ibu tertidur.  Ini disebabkan ada zat tertentu yang membuat tubuh ibu teramat sangat tenang sehingga membuat tubuh ibu lemas dan mengantuk. 

Masalah yang sering timbul saat awal-awal menyusui adalah terjadi pembengkakan payudara atau orang sunda mengenalnya dengan nama tumawon.  Bisa terjadi seminggu hingga 10 hari, logikanya tumawon terjadi karena adanya proses produksi ASI.  Seringkali proses ini membuat ibu gelisah, rasa sakit tumawon menyebabkan perasaan tidak tenang sehingga muncul emosional saat mengurus bayi.  Belum sisa rasa sakit operasi sesar yang butuh ketelatenan saat perawatannya.  Proses penyembuhan sesar juga tidak secepat proses melahirkan normal, bisa memakan waktu 1 hingga 3 bulan sementara penyembuhan luka dalam bisa mencapai 6 bulan. 

Kesempatan merawat payudara dari tumawon ini bisa dilakukan saat bayi tidur.  Bayi tertidur bisa memakan waktu 15, 30, 45 hingga 60 menit.  Sebetulnya sederhana saja, namun seringkali hal ini malas dilakukan karena tubuh terasa lemas, lelah dan mengantuk terutama selesai menyusui.  Oleh karena itu butuh ketekatan hati untuk mau merawat diri agar payudara tidak selalu bengkak dan bayi kita akan lebih mudah mengkonsumsinya.  Diawal-awal bulan memang payudara akan selalu cepat bengkak, logikanya diwaktu yang bersamaan bayi sangat membutuhkan ASI dengan jarak pendek.  Satu hari bisa sampai 8 kali menyusui bahkan bisa 1-2 jam sekali.

Cara menyembuhkan diri dari tumawon: ambil air panas, masukan ke dalam botol lalu kompreskan pada payudara hingga terasa lebih lembek.  Jika sudah terasa lebih lembek pindahkan kompresan ke payudara yang satunya lagi.  Kalau ada yang membantu dia bisa pegangkan kompresan, sementara tangan kita bisa memijat payudara yang baru saja di kompres dengan menggunakan baby oil.  Ketika mulai terasa membesar dan mengeras lagi, pijat dengan lembut kalau perlu buka pakaian kita, nyalakan laptop dan nyalakan musik yang asik atau bisa sambil online dan baca blog atau bertemu teman di facebook lalu mulailah memijat. Cara ini cukup efektif membuat hati kita lebih riang karena bisa memecahkan pikiran dari rasa sakit.  Jangan lupa bersihkan puting saat bayi terbangun dan meminta asupan ASI. Begitu seterusnya karena saat usia bayi 1 hari hingga 6 bulan, kita harus bersabar dengan memenuhi kebutuhan ASI-nya.  Ini adalah waktunya bayi dan berikah hak alami dia untuk mendapatkan asupan terbaiknya. 

Proses menyusui ini dibutuhkan keyakinan, kebesaran hati, kesabaran dan ketenangan.  Artinya kita harus siap terjadinya resiko perubahan siklus sehari-hari, waktu untuk diri sendiri banyak yang tersita bahkan pola gerak kita harus lebih gesit, cepat dan efektif.  Proses ini memang berkesan lama saat menjalaninya, namun jangan lupa kita hanya mengorbankan beberapa bulan saja dan menyerahkan waktu lebih untuk kesempatan yang tidak pernah diulang lagi.  Jadi lakukan yang terbaik, karena di usia ini dia menyerahkan kepercayaan pada kita sebagai orangtuanya untuk mengurusnya.  Bayi bisa merasakan bahwa kita orang tua yang bisa diandalkan dan dia merasa aman bersama kita. 

Mengendalikan emosi adalah hal yang terpenting agar ASI bisa keluar lancar dan banyak, tentunya selain banyak mengkonsumsi sayur mayur dan banyak minum air putih.  Oleh karena itu kita harus menelusuri cara agar emosi kita agar kembali jinak.  Masing-masing orang mempunyai cara dan gaya sendiri agar lebih nyaman dan santai.  Saya sendiri lebih memilih saat bayi sedang tidur untuk pergi ke jalan menghirup udara segar, merasakan angin sambil memandang langit dan membeli bacaan yang berhubungan dengan ilmu parenting seperti majalah Ayahbunda dan Nakita.  Bahasan dan visual yang ditawarkan sering memancing otak saya berfikir agar bisa senyaman artikel tulisan tentang mengurus bayi/anak.  Biasanya setelah membaca maka hati saya menjadi lebih segar, bisa menghapus satu persatu kesuntukan dan membangun semangat baru saat harus berhadapan dengan tangisan anak, menyusui, mengganti pakaian saat buang air besar yang berkali-kali, memberi ketenangan disaat menangis yang tidak ada hentinya dan banyak lagi aktifitas yang tidak berhenti selama 24 jam.
Hari Minggu tanggal 3 Juli 2001 yang segar membawa kami sekeluarga ke kampus UNIKOM untuk acara 1001 senyum untuk Indonesia.  Tumbuh rasa semangat bisa menjadi bagian dalam acara 1001 senyum, yaitu menggambar diatas tas recycle bersama 1001 peserta.  Persiapan untuk ibu yang memiliki anak tentunya tidak sesederhana biasanya.  Perlu menyiapkan makanan, minuman menggunakan termos 1 liter, pakaian ganti, pampers, sabun cair, tissue basah, cream, alat gambar dan tentunya alat kecantikan ke dalam satu tas. 


Perjalanan terhitung lancar dan menyegarkan, tapi karena dapat kabar bahwa hari ini di Sabuga ada acara Muktamar PPP dan akan mendatangkan Presiden RI.  Kami sudah menduga perjalanan pulang akan sangat teramat macet.  Bisa dibayangkan, di hari libur orang Jakarta berbondong-bondong berwisata di kota Bandung belum peserta acara Muktamar PPP dan jalan harus bersih ketika presiden lewat.  Lengkap sudah bahwa jalan umum akan terganggu dan kami sudah siap dengan mental ini. 

Tapi yang membuat saya lebih bersemangat yaitu karena suamiku akan tampil main musik bersama teman-teman dosennya di acara tersebut.  Ini pertamakalinya saya nonton dia main gitar elektrik di sebuah panggung.  Terakhir dia main band tahun 2004, artinya sudah hampir 5 tahun tidak main lagi.  Wajahnya lebih cerah dan kadang-kadang terlihat melamun seolah sedang membayangkankan performance nanti akan seperti apa.  Tiap hari lagu yang akan dibawakanya mengalun dari laptopnya berulang-ulang, siang, malam, pagi, sore.  Disela pengerjaan pesanan desain web dan pembuatan Majalah ASMA, gitarnya selalu siap di ulik untuk mendapatkan nada yang tepat.   Wajahnya sumringah dan lebih terlihat hidup.

Waktu yang ditunggu itu tinggal menunggu beberapa jam lagi.  Bagi semua peserta yang telah daftar ulang langsung melukis.  Peserta merupakan mahasiswa semua angkatan, alumni yang terkumpul dalam LIVED (Legiun Veteran DKV UNIKOM), dan umum.  Saya mendaftar sebagai umum karena bukan mahasiswa maupun alumni.  Saya menggambar ayam sesuai permintaan Alif anakku yang masih balita.  Dia bahkan ikut corat coret tinta diatas tas, membuat tanganya belepotan tampak bersemangat dan serius.  Sekali-kali kami minum teh jasmine panas sengaja dibawa dari rumah dengan menggunakan termos.  Persis seperti piknik, menikmati pagi, melukis, orang-orang yang berkumpul dengan bergairah, tawa, refleksi, sangat menyenangkan.   


Peserta ada yang menggambar di pelataran UNIKOM, lorong gedung dan kelas-kelas.  Alat-alat gambarpun sangat beragam, ada yang menggunakan drawing pen, cat, pilox, spidol, crayon, bahkan ada yang ditempel-tempel.  Momen ini juga banyak juga yang mengabadikan, baik dari peserta, panitia, maupun sponsor.  Hasil karya peserta beragam dan dari sikap mereka muncul rasa bangga menenteng karya lukis masing-masing dan sekali-kali memotretnya.  Ribuan energi yang luar biasa terkumpul dalam satu waktu dan tempat. 

Jam 10.00 WIB petugas MURI menyatakan bahwa acara ini patut mendapatkan penghargaan, target peserta melukis diatas tas dari yang direncanakan semula sebanyak 1001 orang ternyata melebihi target yaitu sebanyak 1024 orang.  Hal ini tentunya membuat kami senang dan bersemangat apalagi panitia acara.  Dengan harapan bisa membuahkan sebuah refleksi untuk pendidikan Indonesia kita tercinta dengan ragam konflik dan persoalan yang kerap membuntutinya.

Urutan acara selanjutnya, semua peserta diboyong ke Gedung Miracle.  Letaknya di lantai 4 Kampus UNIKOM.  Rencana awal acara mau dikonsentrasikan di lapangan depan gedung UNIKOM tapi karena wilayah ini berada di daerah 1 km dari tempat acara Muktamar PPP dan kedatangan Presiden RI.  Jadi harus di sterilkan dari berbagai acara yang melibatkan keramaian.  Prosesi penutupan acara dari pembantu rektor 3 (seniman gemstone) ikut juga bersemangat mengerjakan lukisan dengan hiasan batu-batu dan koin, keren deh hasilnya.  Dilanjutkan Ketua Jurusan DKV yang ikut salut atas kerja kreatif tim panitia.  Selesai ritual penyerahan Piagam MURI, ini dia acara yang ditunggu-tunggu, sebuah pertunjukan musik dari grup Band Indi dan Band Revisi. 


Personil Band Indi (sorry lupa namanya) terdiri dari mahasiswa UNIKOM dengan mahasiswa UNPAS.  Mereka membawakan lagu-lagu buatan sendiri, liriknya kocak, nyentil dan eksentrik namun tetap enak didengar.  Penonton sambil duduk ikut bernyanyi bersama-sama.  Lewat satu lagu para pejabat kemudian keluar pamit pulang dari gedung.  Hanya beberapa langkah menuju keluar, peserta mulai gaduh, tepuk tangan dan berjingkrak-jingkrak mengikuti tiga buah lagu asing meski asing ditelinga mereka.  Seorang panitia membisikan sesuatu pada suami saya, katanya selesai Band ini dilanjutkan oleh Band REVISI.  Dia dan personil yang lain segera ke depan untuk mempersiapkan  alat musiknya. 

Uniknya di Band Ravisi ini mereka terdiri dari para dosen DKV, diataranya Ahmad Nurcholis pegang gitar elekstrik –ini suami saya-, Irwan Tarmawan pegang Bas, Iman Sumargono pegang gitar, Ivan Kurniawan sebagai vocalis, sementara dua personil lain dibantu mahasiswa yaitu Khalifurahman pegang keyboard dan Drum dipegang oleh Diki. Rupanya mereka adalah veteran pemain Band.  Alasan mengamblil nama revisi hasil dari otaknya yang jail, karena pekerjaan mereka sehari-hari merevisi tugas-tugas mahasiswa DKV.  Asiknya lagi ternyata beberapa kelompok mahasiswa sudah mempersiapkan diri dengan kaos yang bertuliskan REVISIONER.  

Mahasiswa dan dosen memberi kesan berbaur dan humble, sebuah kedekatan yang romatis dan jarang ditemukan di ruang-ruang pendidikan yang kaku dan berjarak antara dosen dan mahasiswa.  Lagu pembuka mengangkat lagu BENTO (lagunya Iwan Fals), hentakan dan lagu legenda ini membuat mahasiswa berebutan ke pinggir batas performance.  Semangat mahasiswa semakin menggila ketika lagu kedua PAPA ROCK AND ROLL (lagunya The Dance Company) sambil jingkrak-jingkrak, bernyanyi bersama bahkan membuat barisan ular tangga dan mengelilingi perfomer.  Beres musik ini MC masuk memberikan penutupan, memberikan tepuk tangan dan perhormatan untuk semua peserta dan pendukung acara.  Ditutup dengan lagu terakhir yaitu AMNESIA (Lagunya Gigi) dengan ketukan dan permainan tekhnik lebih cadas.  Beres lagu ternyata penonton masih minta dibawakan satu lagu lagi, hingar dan sambutan tepuk riuh akhirnya berhasil membujuk lagu SKAK MAT (lagunya BIP) dibawakan dengan ketukan dangdut dan kembali pada nada asal membuat penonton lebih riang dan berakhir proporsi yang pas.

Acarapun selesai, semua berbagi keriangan dan kebahagiaan melebur dalam satu titik euphoria yang baru saja dilewati.  Kursi-kursi kembali di rapikan, sisa kotak kue di masukan ke dalam plastik sampah, kabel-kabel digulung, alat-alat musik dirapikan.  Senyum panitia menggaris di bibir dan raut mukanya.   Kami pulang dengan hati penuh dan hangat, sebuah momen yang tak mungkin dilupakan.

Ima, Bandung, 7 Juli 2011