Goes to Writing Clinic
Tanggal 7 Desember adalah waktu yang tunggu-tunggu, ada
Writing Clinic bertajuk “Bermain Kata dengan Tema Kuliner” diselenggarakan oleh
Femina. Rupanya, Writing Clinic ini di dalam
acara besar Festival Pembaca Indonesia di Museum Nasional (Museum Gajah) di Jl.
Medan Merdeka Barat 12, Jakpus, DKI Jakarta 10110. Lihat-lihat daftar peserta di web Femina,
saya menemukan beberapa nama teman-teman dari Bandung. Ada Efi Fitriyah, Dydie Prameswarie, Bu Yayu,
Rina Susanti, ternyata si kembar Eva-Evi bakal hadir di ajang buku pilihan
pembaca. Selain senang bisa dapat ilmu
dari acara menulis ini, saya bisa ketemu dengan teman-teman yang suka berbagi
ilmu dan semangat menulis. Pertemuan
dengan teman-teman mempunyai minat yang sama, sering memberi vitamin baik untuk
hati.
Agak terlambat kami masuk ruang workshop, acara sudah dibuka, ada 2 pembicara yang sudah duduk manis di depan, ada Ficky Yusrini (editor majalah Femina) dan Tria (penulis). Keterlambatan saya masuk ruang workshop menyelamatkan saya, karena dipaksa duduk di barisan depan dekat speaker, pas di depan layar dan colokan kabel. Hasilnya? Saya bisa leluasa memotret layar presentasi dan merekam materi-materi pembicara dengan handphone sambil di carge.
Agak terlambat kami masuk ruang workshop, acara sudah dibuka, ada 2 pembicara yang sudah duduk manis di depan, ada Ficky Yusrini (editor majalah Femina) dan Tria (penulis). Keterlambatan saya masuk ruang workshop menyelamatkan saya, karena dipaksa duduk di barisan depan dekat speaker, pas di depan layar dan colokan kabel. Hasilnya? Saya bisa leluasa memotret layar presentasi dan merekam materi-materi pembicara dengan handphone sambil di carge.
Vitamin Fiksi Kuliner
Kiri-Kanan: Ficky, moderator, Tria |
Tria, penulis (foto: imatakubesar) |
Editor majalah Femina Ficky memberi banyak contoh
cerita-cerita berbau kuliner, seperti: Kitchen (novel kontemporer Jepang), a
Moveable Feast-karya yang kuat dari Ernest Hemingway, Tender at The Bone-memoar
kehidupan pribadi si penulis, Like Water for Chocolate, dll. Kalau boleh saya
tambahkan mungkin teman-teman tahu filosofi kopi-nya Dewi Lestari, Eat Pray
Love. Saya sendiri lebih banyak tahu
film-film kuliner seperti Chocolate, Julie and Julia, Rattatoille, Dee Jang
Geum dan banyak lagi. Kalau kamu coba
browsing film-film bertajuk kuliner, orang film di negara lain sudah melahirkan
banyak karya seni bertema kuliner.
Untuk melahirkan sebuh fiksi kuliner yang maknyos, kaya rasa serta tersimpan di
hati pembaca dan dapat memberi banyak pengaruh pada kehidupan sosial, kebudayaan
bahkan politik, menurut Tria (penulis Femina) caranya latihan tidak ada cara
lain, harus dilatih terus. Sekarang, tema kuliner ini semakin banyak diminati, semakin
banyak penulis yang menaruh perhatian makanan sebagai inti cerita yang dihubungkan
dengan kehidupan:
1.
Makanan bisa menjadi unsur sensuality,
maksudnya, kelima indera perasa kita bisa hidup, semua bisa merasakan.
2.
Makanan bisa membukan jendela kita melihat dunia
lain, mengenal budaya melalui kuliner.
Lalu, Tria sebagai penulis, membagi ilmunya tentang proses
kreatifnya menulis fiksi kuliner, ada beberapa poin yang saya catat dan dapat
menjadi pegangan:
-
Menulis makanan tidak harus memiliki latar
belakang sebagai ahli kuliner. Tapi
penulis kuliner harus mempunyai pengetahuan tentang kuliner yang akan kita
angkat.
-
Indonesia sebagai gudangnya kuliner
-
Munculkan konflik dalam cerita, konflik itu
seperti puzzle, kita bisa mengolahnya menjadi cerita yang menarik
Agar cerita tetap terjaga garis merahnya, kita harus membuat
plot cerita Cara membuat fiksi kuliner. Fiksi
kuliner tetap harus ada outlinenya, agar cerita tetap terjaga dan tidak
melompat-lompat. Ada 3 unsur untuk
membuat plot:
1.
Pembuka
2.
Konflik
3.
Penutup
Plot (foto: Imatakubesar) |
Lalu, cari angle dari unsur kuliner, misalnya bunga
kelang. Dari mana bunga kelang ini
berasal, bagaimana si karakter menghidupkan si bunga kelang. Lalu, bisa dihubungkan dengan trend dan isu
yang inovatif, misalnya, bunga kelang itu selain untuk membuat pewarna makanan
ternyata bisa memberi warna juga pada pakaian.
Munculkan konflik yang mungkin terjadi dari proses menciptaan fungsi
bunga kelang ini. Angkat tema-tema
sederhana, tinggal kita mengeksekusi cerita itu akan berkembang menjadi cerita
yang penuh dan punya cita rasa yang lama.
Kalau mau membuat fiksi yang tidak tempelan, pusat cerita
itu memang pada kuliner itu , contoh cerita yang berhasil pada Madre, semua
karakter berpusat dan bergerak pada roti itu, atau Secret of Spice juga salah
contoh semua karakter yang bergerak pada rempah itu sendiri.
Mayoritas cerita kuliner masih banyak menghubungkan kuliner
dengan romance, kehidupan kisah cinta, kehidupan perkotaan, cerpen-cerpen dari
daerah. Tema cerita sebetulnya bukan
daya tarik dari cerita, tapi justru yang terpenting dari segi eksekusinya. Gaya bertutur penulis dalam mengembangkan
tema itu menjadi bagus dan enak dibaca, kita seperti didongengi dan mudah
dipahami sehingga seolah kita masuk pada cerita itu. Biasanya jika satu halaman
bagus, maka cerita berikutnya akan menajdi lebih menarik.
Ini sedikit catatan buat diri sendiri agar bisa jadi
pegangan dan diingat terus, selamat bersenang-senang dengan fiksi kulinermu dan
racik dengan bahan yang sehat dan enak, ya.
Uuh, susah2 gampang :D Ayo Mak Ima, kasih contoh dong heheh
BalasHapusWaduh, waduuuh... Ima juga masih belajar dan berlatih terus mak Helda, hayu atuh kita saling tukeran cerita :)
HapusFiksi kuliner, ah bisa dicoba nih, tapi bisa bikin laper kayaknya kalau nulis soal ini :3
BalasHapusLaper dan jatuh cinta :)
Hapuspernah dibisikin sama mba hartari, salah satu pemenang cerpen femina, katanya kans utk menang lomba cerpen femina lebih gede kalau fiksi kuliner gitu say temanya..jadi pengen nyoba nulis..tahu baxo kenangan...lumpia cinta..hihihi
BalasHapusIya, pembicaranya kemarin juga bilang begitu, kesempatan untu menulis tentang fiksi kuliner masih sangat banyak. Jadi kayanya mereka mau memposisikan cerpen2nya lebih ke kuliner, ya
HapusKompllit pisan teteh. Ih, posisi menentukan IPK ya eh bukaaaan, bukan itu. maksudnya posisi menentukan foto dan colokan charger hehehe :D
BalasHapusTah eta, Fi, posisi menentukan colokan hp, hohoooo...
Hapus