“Kadang butuh waktu bertahun-tahun biar lingkungan terdekat faham kegiatan yang dicintai. Terpenting ketika menjalani apapun itu, lakukan dengan sungguh-sungguh, penuh spirit, gali ilmunya dan tetap di dalam trek yang benar. Dengan waktu dan keadaan, semua akan mengerti. Tak perlu banyak dibantah pun dijelaskan.”
Hidup
Percepatan bekerja orang zaman sekarang, seperti orang yang berlari di zaman dulu. Tapi semua itu terjadi tentu karena ditopang perkembangan teknologi hasil karya manusia yang semakin canggih. Selain cepat, hasil kerja bisa lebih ringkas. Kini, setiap orang selalu cari cara melakukan sesuatu yang simple, efektif dan cepat.
Tak hanya itu, kecenderungan manusia untuk meningkatkan spirit bekerja perlu dikondisikan dengan barbagai hal.
1. Waktu: Misal dari jam 09.00-12.00 wib
2. Situasi ruang: tata ruang, meja, penyusunan meja, dll.
3. Alat-alat pendukung yang kita suka: warna laptop, alat gambar, buku bacaan, kalkulator, note book dengan warna dan desain yang sesuai dengan hati.
4. Musik
5. Makanan dan minuman.
Nah, saya termasuk orang yang lahir dari zaman serba manual hingga serba digital. Saya mengalami perubahan itu. Mulai berhitung dari menggunakan potongan lidi, penggunaan ruas jari, kertas-pencil dan tentu saja ini bikin otak terolah sedemikian rupa. Sampai akhirnya mengenal kalkulator saat SMA.
Kalaupun saat SMP sudah ada, itu pun tidak boleh digunakan. Hanya diperbolehkan buat orang-orang dewasa untuk proses jual beli, pekerjaan kantoran, perhitungan-perhitungan yang membutuhkan akurasi tinggi. Kalkulator menjadi alat berhitung dibutuhkan untuk kecepatan dan produktifitas beragam pekerjaan. Dari sekretaris, seniman, tukang cetak hingga arsitek.
Mau tidak mau, meskipun tidak dipelajari disekolah maupun tempat kuliah. Perkembangan teknologi diikuti dan dipelajari agar tahu, kalau sudah tahu tentu akan membuat kita tidak gagap kehidupan yang terus berkembang.
Proses
Setiap orang biasanya lebih senang mendalami bidang yang dia cintai. Lambat laun, tak disadari semakin banyak yang dipelajari, kebaruan hingga menjadi ahli. Dari persoalan selera hingga perubahan prilaku. Hal ini terjadi karena pengalaman setiap orang berbeda-beda, sehingga menimbulkan kebutuhan dan pengasahan diri.
Awal tahun 2005, saya masuk dunia jual beli ayam. Salah satu alat yang dibutuhkan selain golok, plastik ukuran sedang, keresek yang lainnya adalah kalkulator. Ada berbagai macam merek kalkulator, salah satunya Casio My Style.
Ketika saya masuk ke dunia yang Bapak saya lakukan, saya merasa sedang berada dalam ruang sufi (#tsaaah). Sendiri dan pengasahan diri yang paling dahsyat. Berhadapan dengan beragam orang, karakter, persoalan yang berulang-ulang dan ada saja yang minta tambah potongan ayamnya. Ini seni-nya.
Selama ini, biasanya saya selalu berada di ruang riuh, bekerjasama dengan berbagai orang. Berlatih olah tubuh, vokal, membaca naskah untuk menciptakan pertunjukan teater. Tak hanya itu, mencari dana hingga menghitung anggaran untuk kebutuhan artistik, make up, musik, konsumsi, transportasi, bayar pemain hingga bagian kebersihan. Dinamis dan penuh energi positif juga negatif. Asik meskipun ada saja intrik.
Tapi begitu punya los ayam sendiri, saya merasa semua dikerjakan sendiri dan seperti kembali ke titik nol. Saya menemukan perputaran kehidupan yang beragam, sebenar-benarnya kehidupan. Manusia-manusia pagi dengan berbagai pergerakannya.
Katakanlah, seorang sarjana kemudian menjadi pedagang ayam los di antara pedagang sayuran di tengah penduduk setempat. Posisi ini, saya diuji dalam melayani dan proses hitung berhitung. Ada yang beli ayam ¼ kg, 1 ons, hingga berkilo-kilo dengan berbagai jenis potongan yang mereka butuhkan. Benar-benar menguji kesabaran dan memelihara diri tetap bergembira. Energi dan semangat itu naik turun seperti musim.
Tapi hidup haruslah dijalani, tidak hari ini tidak nanti. Setiap langkah, pasti memberi makna yang luar biasa untuk kemudian hari: pengasahan hati.
Menjadi pedagang ayam, salah satu komitmennya adalah mau tidak mau berhadapan dengan beragam orang. Orang-orang yang belanja yang tidak mau rugi bahkan maunya untung. Jadi, kalkulator ini sebagai salah satu cara membuat pembeli percaya dengan hasil hitungan barang yang akan mereka beli. Katakanlah, harga ayam saat itu (masih) Rp 12.000/kg. Jadi, kalau ada yang mau beli ¼ kg, saya perlihatkan cara perhitungannya, jadi mereka harus bayar berapa.
Langkah saya ini ini pernah jadi nyinyiran orang-orang. Tapi tak sedikit yang ‘salut’ (entahlah), mungkin dianggap saya mau-an jadi pedagang ayam. Berat? Biarin aja. Kalau kata Amih (ibu) mah, “Emang kalau kita lagi butuh uang mereka mau bantu kita? Engga!” Nah, prinsip ini yang membuat saya mau dan menerima tawaran Amih buka los ayam di tengah penduduk Sersan Surip Ledeng. Keep my hand moving!.
Sebelum buka los ayam, saya terbiasa dengan jual beli buku di tobucil (toko buku berbasis komunitas di Bandung). Itu berlangsung dari tahun 2002-2005. Peralatan ‘tempur’ yang biasa saya bawa adalah kalkulator, bon, bolpoint, dus-dus buat angkut-angkut buku, plastik dan list harga buku. Jadi, kalkulator ini sudah harga mati, harus dibawa untuk menghitung jumlah jamleh dan harga diskon agar proses hitung menghitung lebih akurat dan pembeli pun tidak ragu dengan takaran otak kita dalam berhitung.
Karena pulangnya selalu malam, belum waktu latihan teater yang menghabiskan banyak waktu. Saya jadi jarang pulang, bahkan pulang sangat larut ketika latihan maupun acara diskusi buku sampai malam. Ya, waktu itu saya belum menikah sehingga Amih saya sangat khawatir. Beliau memutuskan agar saya lebih baik buka los ayam dan menikah. Jadi, saya bernegosiasi untuk mengambil tawaran untuk jadi pedagang ayam tapi untuk menikah? nanti dulu. Berat! Saya bukan Dilan.
Saya mulai berhitung usia, memang sih, saat itu usia saya sudah terbilang matang untuk menikah. Tapi saya belum menemukan orang yang cocok untuk jadi partner hidup. Orang yang bisa diajak ngobrol dalam senang, susah, optimis dan tentu saja bisa berbaur dengan 16 saudara besar. Ya, saya anak ke-16 dari 16 bersaudara. Ini salah satu perhitungan saya. Saya terlampau mencintai keluarga saya, saya tidak mau kehilangan mereka meskipun kelak kami menikah. Dan keinginan saya ini ternyata harus melewati banyak kerikil, ya tentu saja, perhitungan Allah maha tepat bukan?.
Proses Hidup
Bertahun kemudian saya pun menikah, kebetulan kami berdua sama-sama suka buka usaha. Awalnya dari modal PC (personal computer) dan rumah kosong punya Amih, kami manfaatkan buat buka warung printing dan design. Rumah itu, merupakan los yang pernah saya gunakan untuk jual beli ayam. Suami saya kebetulan ahli di bidang design grafis dan saya belajar banyak darinya. Jadi print-cetak jumlah besar itu bagian saya. Sementara suami saya bagian mendesign. Karena dulu saya biasa diajak Tarlen tobucil cetak-cetak newsletter untuk toko bukunya. Jadi, saya percaya setiap proses pasti ada manfaatnya. Setiap proses itu sangat menyenangkan, meskipun ketika menjalaninya kadang seru seru gemesin.
Nah, karena bagian cetak mencetak ini butuh perhitungan yang akurat. Saya butuh kalkulator buat menghitung harga cetak. Apa saja yang dihitung dari harga cetak? Perkembangan teknologi sekarang tidak semencekam dulu.
1. Kita harus menentukan ukuran desain yang akan berpengaruh pada harga cetakan.
2. Jumlah lembar hasil cetakan.
3. Dari ukuran desain ini akan menentukan harga film per mili. Beda harga jika hasil cetakan itu satu warna, 2 warna dan 4 warna.
4. Dari hasil film, kami akan menentukan jenis kertas. Kami biasanya beli ukuran plano dan di potong sesuai kebutuhan. Misalnya dicetak menggunakan mesin kecil atau ukuran besar.
5. Dari kertas, baru masuk ke toko cetak dengan sudah membawa film dan kertas. Biasanya, dulu, kalau cetak dibawah 1000 lembar harganya sama sekalipun kamu cetak 300 lembar. Tapi kalau di atas 1000 lembar, harganya baru mengikuti kelipatannya.
Fungsi kalkulator sangat membantu dalam proses hitung menghitung harga desain hingga proses cetak mencetak. Akurasi ukuran, jenis kertas, naik turun harga baku harus terus update, semua bermain-main dengan angka yang cukup rumit.
Sekarang ini, kalkulator banyak jenisnya. Seringkali, tampilan kalkulator yang menarik menstimulus energi positif dalam bekerja dan berkarya.
Casio membantu Banyak Proses Berkarya-Bekerja
Sekarang ini, saya dan suami lebih banyak mengerjakan beragam pekerjaan rumah tangga, menulis, dan studio gambar di rumah. Oleh karena itu, cash flow rumah tangga dan kebutuhan kreatif lainnya butuh diperhitungkan agak ketat, agar kami tidak cekak. Jadi proses berkarya dan bekerja pun bisa tetap berputar.
Saya sendiri punya buku cash flow yang sederhana untuk membantu proses perencanaan dan pengeluaran dana rumah tangga, sekolah anak-anak juga produktifitas menulis dan alat-alat gambar.
Terus terang, saya lebih menikmati kehidupan yang sekarang. Waktu terasa bergerak lambat lamun pergerakan kami terasa lebih cepat dan banyak hal yang bisa kami kerjaan. Mood harian menjadi lebih asik. Maunya cepat bangun dan mengerjakan banyak hal, salah satunya menulis di blog matakubesar maupun mencari kertas dan alat gambar untuk studio holisartis.
Mengurai perjalanan hidup yang beragam, pada dasarnya saya selalu menjalani apapun dengan sungguh-sungguh. Apapun itu asal saya menyukainya. Dengan begitu, suatu hari semua yang pernah dijalani pasti menjadi referensi yang memperkokoh apa yang dijalani sekarang. Segala sesuatu menjadi lebih ringan dan terbiasa.
Seperti Casio yang berpengalaman dalam dunia kalkulator dan bersinergi dengan berbagai profesi, berbagai kebutuhan. Dia hadir dimanapun. Dari jual beli kertas, jual beli ayam, jual beli alat-alat elektronik, dia ‘hidup’ dan menjadi energi tersendiri bagi siapapun yang menggunakannya. Membantu banyak orang dalam berhitung sehingga kedua pihak yang melakukan jual beli maupun mengoreksi keuangan dapat terbantu.
Menariknya lagi, CASIO My Style cerdas melihat banyak perubahan dan dinamika gaya hidup masyarakat. Kalkulator biasanya identik dengan warna hitam dan abu-abu.
Dengan warna masyarakat yang semakin terbuka, kalkulator pun kini baragam warna dan bisa mencerminkan kepribadian kamu. Ada yang berwarna merah, kuning, merah, pink, ungu, biru, hijau, benar-benar colorful calculator. Saya suka warna merah juga warna biru. Keduanya mencerminkan jalan hidup yang saya ceritakan di atas.
Katanya, kalau suka warna biru, itu berarti dia punya sifat pribadi sangat mencintai passion, sangat loyal, memiliki komitmen tinggi dan selalu berusaha melakukan yang terbaik. (sumber: instagram casiocalculator.id)
Sepertinya saya akan memilih kalkulator warna biru untuk menambah alat kerja sehari-hari di studio, ya rumah, ya meja kerja, ya dapur. Dinamis dan berenergi tinggi.
Nah, buat kamu yang sedang mencari kalkulator yang sesuai kepribadian dan bisa menambah semangat kerja juga berkarya, bisa dilihat di #CasioMyStyle: Colorful Casio Calculator. Dan kamu bisa gunakan kode promo: CASIOBLOGGB4170H agar mendapat harga yang khusus.
Bandung, 17 Februari 2018
@imatakubesar