Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Buku. Tampilkan semua postingan



Beberapa hari lalu, aku dapat buku yang baru saja dilahirkan oleh Kang Dudi Rustandi berjudul Digital Public Relations. Buku terbitan Simbiosa Rekatama Media pada bulan April 2024 ini memaparkan era fungsi digital informasi yang mempengaruhi gaya hidup komunikasi saat ini. Isinya mengurai dunia digital yang berkaitan membangun reputasi, digital pubic relation (PR) dari era 0.1 hingga 0.5, konsep dasar PR, elemen penting dalam digital PR, strategi hingga digital branding.

Melalui buku ini memetakan fungsi digital dan cara membangun komunikasi digital yang tepat. Sehingga kita semakin memahami kebutuhan dan perkembangan ekonomi, digital PR memberi kekuatan karakter antar individu maupun kelompok di tengah berbagai segmen masyarakat.

Komunikasi di ranah digital saat ini, bisa menghadirkan karakter tertentu. Kedekatan digital PR dapat terbangun dengan baik antar individu, individu dengan publik, publik dengan individu. Saat ini situasi keterhubungan komunikasi digital cenderung lebih cepat dan dekat, yang dapat meringkas ruang dan waktu.

Kalau kita melihat perkembangan ke belakang, media komunikasi dan informasi dibagi berdasarkan metode pengirimannya dan disusun dalam tipe-tipe perusahaan yang berbeda. Penerbit untuk koran, majalah dan buku. Studio untuk rekaman dan gambar hidup. Stasiun untuk radio dan televisi. Kini, dengan adanya internet menyampaikan berbagai media cetak, siaran, film, musik yang dapat dikelola, digunakan bahkan kita dapat mengapresiasinya tanpa batas.

Buku ini mencatat sejarah berbagai teknologi yang mempengaruhi cara berkomunikasi dengan publik yang dapat mempengaruhi reputasi perusahaan maupun individu. Bagaimana setiap generasi ternyata terpengaruh dan berdaptasi dengan cepat dengan pelbagai perkebangan teknologi. Ada yang mampu mempelajari dan mempelajari cara-cara mengelola jaringan dengan kekuatan internet. Namun, tak sedikit yang tetap merasa nyaman mencari informasi dalam sistem media cetak.


 

Seperti yang tertera dalam buku tersebut, pada tahun 1970-an, kita mendapatkan media komunikasi dan informasi berdasarkan sistem penyampaiannya. Kalau media yang berbentuk kertas yang dicetak, saat itu namanya bulletin, koran, majalah, tabloid, buku. Kemudian media yang menggunakan antena, membawa siaran melalui sinyal yaitu radio dan televisi. Lalu musik dan film, membutuhkan kaset, disket, piringan hitam agar kita bisa mengapresiasinya.

Buat generasi Y dan millenial, teori perkembangan teknologi komunikasi tumbuh bersama usianya. Membaca buku PR Digital ini seperti membaca sejarah diri yang beradaptasi secara otodidak, trial and error dalam mempelajari kebaruan berkomunikasi dan membangun diri dalam berbagai platform dan dunia cyber lainnya. Informasi yang hanya dari televisi, radio, koran, lalu terus berubah wujud berkomunikasi menggunakan media sosial berupa aplikasi whatsapp, telegram sampai website yang menampung berbagai informasi dan hiburan.

Saya sendiri termasuk yang tertarik mengeskplore dan mencoba berbagai perkembangan alat komunikasi dan informasi. Mulai dari satu saluran televisi sifatnya central yang mulai menyala hanya dari jam 17.00-23.00 WIB, mencari informasi ke perpustakaan atau berburu majalah bagus ke pasar buku bekas di Cikapundung, hingga kini bisa mendapatkan informasi dari manapun, dari siapapun. Karena semua orang bisa mengolah cerita, berita, tulisan di micro blog dan media sosial. Dari situasi yang banyak upaya hingga begitu mudah mendapatkan berbagai pelajaran dari berbagai platform. Sifatnya meringkas waktu dan tempat.

Buat generasi Y dan millenial, mengalami berbagai evolusi informasi dan komunikasi di tengah masyarakat dunia. Terlebih ketika akhir tahun 2019, masyarakat dunia melewati pandemi corona yang membuat kita berkomunikasi tanpa tatap muka. Mulai dari menjaga hubungan keluarga, pekerjaan, perputaran ekonomi hingga pendidikan semua sistem komunikasi diantisipasi secara online. Semua orang beradaptasi tetap di rumah tapi tetap bisa berkomuniasi dan mengolah diri.

Penulis buku ini dikenal sebagai dosen Prodi Ilmu Komunikasi Telkom, memaparkan dengan lugas dunia digital. Karena selain mempelajari, beliau juga mempraktekan sebagai pengelola persola blog dan tergabung dalam berbagai komunitas blog. Terlihat jelas dalam bukunya, setiap bab menerjemahkan berbagai fungsi digital yang dikelola dengan tepat oleh PR sehingga dapat diterima oleh public yang tepat.

“Kini blogging menjadi salah satu aktivias dan bagian tidak terpisahkan dari pekerjaan Public Relation (PR). PR sadar akan pentingnya eksistensi dan reputasi perusahaan melalui kata kunci positif pada media digital. Oleh karena itu, salah satu yang menjadi mitra kolaborasinya adalah blogger.” (Digital Public Relation, hal. 157)

Begitupun ketika saya bisa mewujudkan kesukaan menulis di media blog. Saat itu tahun 2002, saya baru mempelajari dan menggunakan media sosial sekaligus blog yang bernama Friendster. Beberapa teman yang usianya di atas saya, masih merasa rigid dengan new media komunikasi ini. Merasa canggung dan geli bisa membangun jaringan dengan cara online. Situasi teknologi yang menghadirkan euphoria ilmu pengetahuan yang berdampak pada kehidupan bermasyarakat.

Sesuai usia lahirnya blog saya ini, saya kelola dan isi dalam rangka latihan menulis pada tahun 2002. Ditulis sendiri, diapresiasi sendiri, pembacanya juga kalangn teman-teman dan saudara. Saya jadi asik sendiri dengan dunia menulis yang aku impikan sejak kecil. Blog menjadi titik cerah buat saya yang tidak punya dasar pendidikan di dunia menulis.

Kembali pada tahun 2001, paska keruntuhan pemeritahan Soeharto pada tahun 1998 muncul semacam situasi euphoria kebebasan berpendapat, bersikap, keberanian menjual berbagai buku yang sempat dilarang oleh pemerintah saat itu. Bahkan tak sedikit orang-orang berani menelurkan buku-buku terbitan sendiri dan menghidupkan ruang-ruang kreasi yang sifatnya memfasilitasi kebutuhan komunal. Kalau dulu, kalau ada perkumpulan yang sifatnya komunal, kerap menimbulkan kecurigaan akan menciptakan gerakan yang bisa membahayakan negara.

Masuk tahun 2019 dimana orang-orang diajak untuk melek teknologi karena faktor pandemi corona. Semua generasi termasuk babyboomers mau tidak mau mempelajari teknik berbagi informasi mulai dari aplikasi whatsapp, telegram hingga berbagai aplikasi yang berkaitan dengan file pekerjaan.

Buat generasi Z yang tumbuh di era serba digital, serba cyber, menganggap bahwa teknologi komunikasi internet menjadi makanan sehari-hari. Proses pembacaan dan komunikasi mereka pun punya ciri khas sendiri. Generasi yang sudah dipenuhi banyak informasi dan mengenal banyak kehidupan sosial hampir semua kalangan. Menembus batas ruang, yang terbiasa mengenal sosial budaya antar daerah bahkan negara.

Bagi pengelola digital PR, fenomena percepatan revolusi industri ini menjadi tantangan tersendiri. Pada Bab 5 tentang memahami media digital, kita diajak mengenal lebih jauh tentang karakter audience berinteraksi, bagaimana kita bisa terhubung satu dengan lain. Situasi yang harus diakrabi agar kita bisa berstrategi dan mengelola diital PR dengan tepat agar dapat diterima oleh audiens.

Revolusi ini menghadirkan percepatan gaya hidup akibat digital. Belanja di pasar menggunakan note tablet, pertanian menggunakan smartfarming, pengelolaan keuangan menggunakan akuntansiku, berkomunikasi lewat whatsapp, rapat menggunakan zoom, kursus melalui Udemy, investasi menggunakan crypto, mengais rezeki lewat youtube, membuat konten menggunakan AI (artificial intelligence). (Hal. 76)

Buku ini menarik dipelajari oleh pengelola digital, baik perusahaan maupun individu. Biasanya kita mempelajari berbagai perkembangan digital di berbagai akun youtube, micro blog/website, bahkan reels IG. Tapi jika kita mau mempelajari secara komprehensif, buku yang disusun Kang Dudi Rustandi menjadi media panduan agar kita bisa lebih memahami new media yang jadi bagian revolusi komunikasi saat ini.


Cover buku Love is The Answer


Review Buku

Judul: Love Is The Answer

Penulis: Arvan Pradiansyah

Penerbit: Integritas Lestari Manajemen (ILM)

Jumlah Halaman: 184 hal

Cetakan 1: Agustus 2022

Nomor ISBN: 978-602-72




Ukuran tubuhmu kurang penting

Ukuran otakmu agak penting,

Ukuran hatimu adalah yang paling penting

-BC Gorbes




Quotes BC Gorbes di atas disematkan pada buku Love is the Answer halaman 114 yang ditulis oleh Arvan Pradiansyah dalam kisah Tiga Tanda Hati yang Penuh Cinta. Bicara tentang hati, qoute BC Gorbes di atas membuka jendela sudut pandang kita dalam menilai sesuatu.

Hati merupakan wilayah yang tidak terlihat atau tersembunyi, namun kalau kita mengasah hati dengan Cinta akan melahirkan love mindset yang besar dalam berinteraksi di lingkungan manapun. Hati yang “besar” akan menggiring hati membuat keputusan-keputusan yang membuat diri bahagia ketika orang lain merasa bahagia.

Bahagia itu seperti apa? Dalam buku Love is the Answer, pembaca diajak untuk bercermin pada 24 kisah yang diangkat oleh penulis. Melalui buku ini, Arvan Pradiansyah yang aktif mengisi acara di Smart Happines di Smart FM Network, mengangkat beberapa kisah kasus sehari-hari yang muncul di media untuk diurai dan dianalisa oleh Arvan Pradiansyah.

Beberapa kisah yang diangkat oleh Arvan Pradiansyah mewakili beberapa kasus masalah yang seringkali muncul ditengah masyarakat. Baik lingkungan tetangga, pekerjaan, keluarga, pasangan, dll. Mulai dari yang sederhana hingga rumit. Secara tidak langsung pembaca diajak berkontemplasi pada setiap kasusnya, agar kita pelan-pelan memahami tindakan yang diambil. Apakah sikap yang diambil si tokoh tersebut dilahirkan dari hati yang penuh Cinta atau bukan Cinta.


Infografis love mindset.

Awalnya, ketika membaca dari satu kisah menuju kisah yang lain akan agak sulit memahami love mindset ini. Antara mimpi, angan-angan dan lukisan abstrak jika love mindset ini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dimengerti, karena kita terbiasa hidup dalam nilai hidup sosial masyarakat yang menilai bahwa Cinta itu hanya diberikan pada orang yang mencintai kita jika kita disakiti harus membalasnya.

Buku dengan nuansa merah dan hitam ini tidak hanya terdiri dari kisah, penjelasan penulis tentang sikap yang dilahirkan Cinta ini digambarkan pula dengan infografis. Sehingga pembaca lebih mudah memahami rasa dan sifat-sifat yang menghadirkan karakter Cinta itu sendiri. Tidak hanya itu, setiap kalimat yang penting diberi warna merah. Sehingga mata dan ingatan kita tertuju pada poin penting yang sedang dibahas oleh penulis.

Ketika Arvan Pradiansyah menuturkan sudut pandang Cinta dari sisi yang “tidak biasa”, melalui bantuan kisah dan infografis, pembaca jadi semakin memahami maksud dari love mindset kaitannya dengan solusi yang dilahirkan seperti apa. Melalui beberapa formula ini, pembaca pelan-pelan menyadari dan mengerti bahwa kekuatan ini berawal dari hati yang penuh Cinta, wilayah yang lembut namun menjadi kekuatan besar yang bisa menumbuhkan. Ketika hati dipenuhi rasa Cinta, maka akan melahirkan solusi-solusi penuh kasih. Tapi sebaliknya, hati dipenuhi ego akan melahirkan solusi-solusi yang menimbulkan masalah lain.

Melalui kisah menuju kisah yang lain, pembaca akan diajak untuk kembali merapikan nilai hidup bersosialisai. Baik pada orang yang menyanyangi kita maupun orang yang membeci kita bahkan orang yang tidak kita kenal. Kalau kembali pada pengajaran dasar hidup, semua agama mengajarkan tentang Cinta; Cinta terhadap sesama manusia dan alam semesta. Melalui buku Love Is The Answer diurai unsur hati apa saja yang harus ditumbuhkan dan dipelihara agar kita bisa mengatasi masalah dengan sudut pandang Cinta.


Warna merah pada kalimat penting,
juga font yang tipis lembut, membuat enak di baca.


Mengelola hati love mindset ini memang perlu latihan, oleh karenanya dalam buku Love Is The Answer, Arvan Pradiansyah memaparkan “formula” atau bagaimana mengelola hati dan sudut pandang kita dalam menilai masalah. Pada umumnya, bersikap baik pada manusia yang kita Cinta atau yang mencintai kita akan terasa lebih mudah dibanding bersikap baik pada manusia yang menyebalkan.

Namun, Arvan Pradiansyah menuturkan cara lain yang lebih damai dan menumbuhkan melalui potongan kisah tersebut. Pembaca mendapatkan berbagai gambaran situasi dari kisah-kisah tentang nilai Cinta yang seringkali dikuasai oleh ego sehingga yang lahir bukan cinta yang menumbuhkan tapi cinta yang merusak.

Salah satu contoh kasus kisah yang diceritakan Arvan Pradiansyah, tentang cara orang menilai seseorang berdasarkan fisik. Baik ukuran tubuh, warna kulit, status sosial, pakaian sehingga seringkali kita keliru dalam memperlakukan orang lain. Saya jadi ingat ayat Al Quran yang mengisyaratkan, bahwa Allah melihat kemuliaan manusia berdasarkan ketaqwaannya (hati yang bergantung pada Allah). Di sini tingkatan prilaku Cinta kita pada manusia akan teruji.

Melalui lembar demi lembar kisah dalam buku ini, semakin disadari perilaku manusia itu beda-beda dalam memandang masalah. Setiap manusia pasti punya alasan dan berlapis berbagai pangalaman, dari sini kita mendapat pesan agar tidak terburu-buru dalam menilai, bersikap, mengambil keputusan pada diri maupun orang lain.

Melalui buku Love Is The Answer ini kita jadi banyak belajar mengelola diri, alur pemikiran dan mengasah hati dalam menyikapi manusia dan diri sendiri secara mendalam. Sehingga yang muncul sikap-sikap dan keputusan yang membahagiakan dan menumbuhkan diri yang menghadirkan Cinta. Selamat menikmati proses hati.

Ima.April2023
“Mah, mau dibacain buku.” Rengek anak saya setiap mau tidur.

“Buku yang tadi, Bayan simpen dimana?” Bayan pun segera lari menuju buku yang ia letakan di sofa.

“Ini, kan, Mah?” Sambil mengambil buku, dia berlari menuju kasur.

“Ayo, kita baca.” Dia pun mengatur posisi, begitupun saya. Halaman pertama mulai dibacakan,

”... Kita bisa menyampaikan apapun keinginanmu pada bintang kejora,” Bayan langsung memotong.

“Iya gitu, Mah?”

Saya segera menjawab,

“Tunggu, belum selesai, nih, ada penjelasannya,” Saya membacakan terusannya,

”Bintang kejora namanya, ia akan menyampaikan pada Allah, Pemilik dan Pencipta alam semesta itu, semua keinginananmu.” Bayan matanya melihat langit-langit, entah apa yang ada dalam pikirannya. Tapi dia menyimak begitu serius.

Foto: Ima

Buku cerita anak yang saya bacakan itu judulnya Aku dan Alam Semesta yang ditulis oleh De Laras. Bentuknya persegi panjang dangan jenis kertas berwarna buram, ringan, saya dapatkan waktu acara peluncuran buku anak di Gedung Serbaguna Perpustakaan ITB.

Buku cerita anak ini rupanya diterbitkan oleh ITB Press, itu akhirnya saya mengerti alasan tempat peluncuran bukunya diadakan di Perpustakaan ITB. Biasanya, ITB meluncurkan buku non fiksi, kali ini dia menerbitkan fiksi dengan gendre anak-anak. Oleh karena itu, acara diskusinya menarik disimak sehingga ITB Press tertarik menerbitkan buku tersebut.

Tepatnya hari Sabtu sore tanggal 30 November 2019 menarik perhatian saya. Ada alasan kuat untuk datang ke acara ini, karena ilustrator buku tersebut salah satu blogger juga seniman gambar. Rasa penasaran itu tertuntaskan, saya mendapatkan buku cerita anak dengan gambar-gambar yang terasa dekat dan hangat. Dari buku yang dipajang di acara tersebut langsung mencuri hati. Saya lihat lembar demi lembar muncul rasa yang mendesir, setiap gambar seperti melangkum setiap cerita dalam buku tersebut. Ada yang tidak biasa, saya seperti harus punya buku tersebut.

Dalam acara peluncuran buku ini hadir 5 orang pembicara. Penulis buku Aku dan Alam Semesta yaitu De Laras atau Diadjeng Laraswati Harindyani, Edi Warsidi sebagai editor, ilustrornya buku Tanti Amelia, pembahas buku ini ada Ali Muakhir dikenal sebagai penulis buku-buku anak dan Bapak Arif Arianto perwakilan dari para ahli.

Suasana diskusi di ruang serbaguna Perpustakaan ITB.
Foto: Ima

Perbicangan dari proses kreatif penciptaan buku ini menarik dan membuka sisi lain dari proses kreatif pembuatan buku anak. Saya mendapatkan orang-orang yang terlibat dalam buku ini mempunyai idealisme tinggi. Chemistery antara penulis dan ilustrator terbangun bagitu manis. Mereka dipertemukan sama-sama suka dunia menulis dan hobi menggambar sehingga bisa membawa mereka ke Malaysia untuk sebuah event drawing.

Tak hanya hubungan baik dengan sang ilustrator, De Laras pun melakukan diskusi yang intens dengan para pakar astronomi yaitu Bapak Prof. Bambang Hidayat. Langkah ini sebagai upaya memperkuat konten cerita yang mempunyai dasar ilmiah. Karena sebagai ceritanya menceritakan tentang jarak dan berbagai faktor alam yang punya perhitungan ilmiah. Tapi sore itu beliau berhalangan hadir sehingga Bapak Arif Arianto mewakilinya.

Bapak Arif memberi pandangan yang menarik tentang buku cerita ini. Dia mengatakan bahwa tema buku cerita anak terbitan ITB Press ini sebuah langkah unik untuk mengenalkan ilmu pengetahuan dengan mudah dipahami oleh anak-anak bahkan remaja. Karena tujuan dari ITB Press adalah untuk menerbitkan buku-buku yang mendukung pendidikan. Dari salah cerita pendek Aku dan Alam Semesta, salah satu yang beliau soroti tentang menjelaskan jarak bintang di langit dari bumi dengan bahasa yang ramah dan mudah dipahami. Bagaimana sosok Ayah menjadi wadah dialog menyenangkan buat anak-anak yang senang bertanya tentang kejadian alam.

Di dalam buku anak ini, terdapat 10 cerita pendek dengan tema-tema yang sarat pengetahuan. Mulai tentang angkasa, situasi sosial dan budaya lokal di Indonesia. Kita seperti diajak berjalan dari satu ruang ke ruang hati yang hangat dan menakjubkan tentang kehidupan.

Buat saya, buku ini mengajak anak-anak untuk kritis dan menyadari hal-hal yang ada disekitar kita yang begitu menakjubkan. Bahwa kita bagian dari kehidupan dari alam semesta yang luar biasa. Tak hanya untuk anak-anak, buku anak ini menjadi media kontemplatif pembelajaran bagi orang tua untuk lebih dekat dengan anak. 

Tampilan buku Aku dan Alam Semesta karya De Laras.
Foto: Ima

Saya merasa buku cerita karya De Laras ini menyentuh sisi hangat sebuah komunikasi keluarga. Keluarga menjadi sumber ilmu pengetahuan, khususnya antara ayah dan anak. Pertanyaan anak menjadi celah si ayah untuk menularkan kisah-kisah tentang alam semesta menjadi nilai-nilai iman, sosial, budaya dan toleransi. Sehingga selain mendapatkan kisah menarik tentang lingkungannya, peran ayah membukakan jendela hidup bagi si-Anak.

Dalam diskusi ini De Laras menjelaskan, setiap dia menulis cerita, yang terbayang adalah sosok dirinya waktu kecil dengan sang Ayah. Cerita-cerita itu lahir dari bagaimana interaksi dia sewaktu kecil dengan Ayahnya. Mungkin itu sebabnya, masa lalu penulis memberi pengaruh yang banyak dalam buku cerita anak Aku dan Alam semesta. Setiap lembar penuturan kisah ini terasa begitu hangat dan dekat. Buat saya yang tidak dekat dengan Ayah, saya ingin bisa mempunyai hubungan yang baik dengan anak-anak. Buku ini menjadi pelajaran besar buat saya. Saya selalu mendapati, termasuk buku cerita anak karya De Laras, tidak hanya membuka wawasan si-Anak tapi juga mendidik orang tua bersikap pada Anak.

Buku cerita anak pada umumnya kerap didominasi dengan ilustrasi atau gambar yang menguatkan isi cerita. Begitupun di dalam buku ini, kita akan mendapatkan 10 cerita pendek dengan tema beragam dan terdapat 40 ilustrasi karya Tanti Amelia. Dari sekian kisah yang dituturkan oleh De Laras, saya pun dimanjakan dengan gambar khas dan pulasan warna yang “bercerita”. 

Bersama Mba Tanti Amelia (kiri). 
Foto: Kang Ali Muakhir.

Mba Tanti pun menceritakan proses kreatif pembuatan karyanya ini. Dia membuat delapan puluhan alternatif gambar. Rupanya dari sekian gambar yang menurut dia belum utuh atau bahkan tidak terlalu dijagokan, justru itu dipilih oleh editor. Lalu ada gambar yang dibuat sebelum ceritanya selesai, penulis hanya minta sosok gambar dengan ciri-ciri tertentu. Situasi unik terjadi, ketika gambar diserahkan, penulis bisa menyelesaikan ceritanya.

Sesi diskusi dari acara peluncuran buku ini sarat ilmu proses kreatif menulis buku anak. Baik dari sisi penulis, ilustrator, editor, narasumber yang menjadi sumber cerita hingga bagaimana menjadi buku bisa dipetik manfaatnya oleh masyarakat luas.

Rak Buku Unik.


“Iqro!” yang artinya baca. Nah, kata ini yang buat saya terngiang-ngiang. Meskipun baca disini tidak selalu buku. Tapi membaca lingkungan, membaca alam, membaca diri, buku sebagai salah satu media yang jadi referensi proses pengumpulan “membaca” ini.

Melalui berbagai macam jenis bacaan (buku, majalah, komik, dll), seringkali membuka banyak hal. Ada saja jalan keluar dari pertanyaan-pertanyaan yang sering menggelitik pikiran. Secara tidak langsung, toko buku dan pameran buku jadi salah satu magnet sendiri untuk beralasan membeli buku meski isi dompet sedang cekak.

Lama kelamaan buku-buku di rumah jadi banyak dan bertumpuk. Meski, ya, ada yang sudah dibaca beberapa kali bahkan ada yang belum dibaca sama sekali. Saya mulai cari-cari referensi beragam rak buku unik buat sekalian bebenah rumah biar lebih cantik. Rak buku yang unik dan susunan koleksi buku yang dicintai. Pasti suasana rumah jadi asik.


Rak Buku Bisa Menstimulus Semangat Baca
Buku jadi satu dari beragam hal di dunia yang saya suka. Saya jadi punya banyak koleksi dari berbagai genre. Dari jenis buku kumpulan cerpen, novel, filsafat, culture studies, puisi, majalah, psikologi terapan, sejarah, dll. Sama kaya teman-teman lain yang hobi sama, koleksi bukunya bejibun. Sampai saya pengen berenang diatasnya.

Selain koleksi, salah satu hobi lainnya adalah menata buku biar rapi dan terawat. Meski kadang saya bosan, lalu buku-buku itu ditumpuk begitu saja di atas meja, karpet, kulkas, ya, diatas kulkas kalau lupa nyimpen.

Makanya, rak dibutuhin banget sama kita para bookworm. Nah, kenapa sih perlu punya rak yang unik?

Soalnya, dengan melihat buku yang ditata dengan rapi dan menarik, secara gak langsung semangat membaca bisa naik. Bayangin kalau lagi mau baca, eh ternyata lemarinya berdebu, suram, kotor, membosankan. Selain itu, buku juga perlu dirawat dengan baik agar tidak mudah rusak dan berjamur.


Jenis-jenis kayu yang cocok untuk rak buku minimalis

Unsur penting yang memengaruhi kualitas rak buku adalah bahan pembuatnya, kayu. Supaya bisa memilih rak dengan kualitas yang diinginkan, ada baiknya kita mengenal jenis-jenis kayu sebagai bahan pembuat rak tersebut.

• Kayu solid. Bahan ini terkuat dan paling tahan lama disbanding kayu olahan. Sayangnya, persediaannya terbatas dan harganya sa ngat mahal. Proses pembuatannya juga memerlukan keterampilan khusus. Pengeringan harus sempurna agar kayu tak susut.



• Kayu jati. Jenis ini banyak diminati karena kualitas dan ketahanannya terhadap cuaca dan rayap. Seratnya juga menarik. Jati adalah kayu kelas satu yang banyak diolah menjadi perabot berkelas.

• Kayu lapis. Kayu olahan ini biasa disebut tripleks atau mutipleks. Dibuatnya dari beberapa lembaran kayu yang direkatkan dengan tekanan tinggi.

• Blockboard. Merupakan potongan kayu kotak-kotak kecil, dipadatkan dengan mesin dan diberi pelapis. Hasilnya menyerupai papan dengan ketebalan 12 mm, 15 mm, dan 18 mm.

• MDF (Medium Density Fibreboard). Terbuat dari kayu halus dan bahan kimia resin yang direkatkan dan dipadatkan dengan suhu bertekanan tinggi. Biasanya digunakan kayu sisa perkebunan dan bambu.

• Particle Board. Particle board dibuat dari partikel sisa seperti serbuk gergaji dan serpihan kayu. Prosesnya mirip MDF, namun lebih kasar dan tidak beraturan.

Model rak buku minimalis ter-hits: gantung, melayang, telepon inggris

Selain jenis bahan, model rak juga memengaruhi suasana ruangan loh. Di bawah ini desain rak buku yang ada di pasaran.

• Model biasa. Seperti pada umumnya, berbentuk lemari kayu panjang berdiri di lantai. Keuntungannya adalah dapat memuat banyak koleksi. Harganya pun beragam, mulai dari 200 ribuan sampai dengan jutaan rupiah.



• Gantung. Biasanya berupa papan kayu atau lemari yang ditempel di tembok. Jenis gantung cukup popular bagi penggemar desain interior minimalis. Selain menghemat tempat, lemari gantung menambah nilai estetik desain interior rumah.

• Melayang. Modifikasi dari tipe gantung, model melayang juga dikaitkan pada tembok. Bedanya, rak tidak akan kelihatan jelas. Ketika kita letakkan buku di atasnya, koleksi kita terlihat seperti melayang.

• Model unik. Saya menemukan desain ala telepon Inggris. Jenis ini cocok bagi orang yang menyukai desain unik.


Rak buku ini lagi trending di marketplace online

Ada satu model rak buku yang lagi ngetren di marketplace online. Bentuknya unik banget. Kepala banteng. Nah loh, kaya gimana tuh?

Jadi produk ini bentuknya kaya rak gantung. Nah, kayu-kayunya disusun membentuk seperti kepala banteng. Buku diletakkan di sisi-sisi dalamnya. Lucu banget kan! Gak cuma bentuknya yang unik, produk ini bisa jadi penyimpan buku dan sekaligus hiasan dinding. Dijamin ruangan akan meningkat kadar estetikanya dengan produk ini.

Orang kreatif yang mengeluarkan Rak kepala adalah merek Anila. Brand ini berasal dari Bantul, Yogyakarta. Anila memproduksi beragam perabot yang terbuat dari kayu. 



Seringkali pengen rak buku yang unik dan nyeni kaya di instagram dan website Anila, bisa menstimulus energi positif. Sekarang ini, orang-orang makin kreatif aja bikin bentuk rak buku dengan teknis dan keahlian yang tarasah. Kalau rak buku unik, tentu saja bikin suasana nyaman dan semangat baca meningkat.


Beli rak buku di Qlapa untung banget!
Buat yang kreatif seperti brand lokal Anila, dia memasarkan rak buku di Qlapa.com. Situs ini menghubungkan pengrajin lokal dengan konsumen. Uniknya, hanya pengrajin yang bisa berjualan di sini, reseller tidak. Makanya, harganya relatif terjangkau karena rantai pasarnya pendek.

Gak cuma pengrajin kayu kaya Anila doang loh yang jualan di sana. Ada juga pengrajin dari beragam produk, seperti pakaian, aksesoris, sampai alat kecantikan. Meski barangnya banyak, nyarinya gak susah. Situs sangat user-friendly. Ada fitur pencarian dan kategori. Jadi, kalau mau cari barang yang diinginkan kita bisa mencari kategorinya dulu.

Katanya, situs ini menyeleksi barangnya dulu sebelum dipasarkan, rasanya tidak perlu khawatir deh soal kualitas. Jadi, jarang banget ada pembeli yang kecewa sama barang di sini.

Kalau kita tertarik untuk membeli, uang tidak langsung masuk ke pengrajin. Tapi melalui situs Qlapa dulu. Nah, setelah pembeli udah konfirmasi, baru deh uangnya diteruskan ke rekening pengrajin. Menarik ya, pembeli dan penjual jadi terjaga keamanan jual belinya.

Setelah lihat-lihat situs ini, saya sukaaaa!  Sepertinya saya mau mulai menabung atau mulai list barang-barang yang mau dibeli untuk menata sedikit sedikit rumah yang mulai semakin menua. Maklum, rumah peninggalan orang tua, jadi harus banyak dibenah sana sini. Salah satunya: rak buku.

Bandung, 13 Februari 2017
@imatakubesar

Sumber Foto: Qlapa dot com
Milea dan Dilan.
Foto: Ima


"Tujuan pacaran adalah untuk putus.  
Bisa karena menikah, bisa karena berpisah."
Pidi Baiq (1972-2098)

Membaca buku Milea: Suara dari Dilan, seperti proses membaca kota dan degupnya. Disana penulis menuturkan situasi jalan-jalan kota dan sudut-sudut kota yang memberi rasa dan kekuatan romatisme sendiri. Tak hanya itu, Pidi Baiq sebagai seniman gambar, musisi juga penulis, melengkapi bukunya dengan ilustrasi. Sekalipun isi cerita novel ini tentang kisah cinta pasangan remaja antara Dilan dan Milea era 90-an. Tapi saya rasa, Pidi Baiq bercerita tentang kota dari berbagai sisi dengan cara yang sangat halus. Kehidupan remaja yang penuh energi, juga ”kegelisahan” kondisi sosial saat itu. Cerita cinta Milea, Dilan dan orang-orang disekelilingnya menjadi jembatan. Ini bukan buku remaja biasa, karena kamu akan menemukan sikap dan gaya obrolan yang nyaman antara Dilan dan Milea yang asik dan unik dalam menunjukan cintanya.

Di halaman 119, Dilan dan Milea jalan-jalan ke Cikapundung. Di halaman itu kamu akan dijelaskan apa itu Cikapundung. Ada dialog yang asik antar mereka:

“Mau majalah Playboy?” Kutanya Lia saat sedang memilih-milih majalah

“Gak!”

“Mang, ada Playboy?” Kutanya pedagangnya.

“Engga, Mang!” kata Lia menoleh sebentar sambil memilih-milih majalah.

“Ada, kalau mau,” jawab tukang jualnya sambil sibuk membereskan tumpukan buku dan majalah. Aku senyum.

“Engga, Mang,” Kata Lia.

“Anak baik kita mah. Carinya Prayboy. Ada, mang?” kutanya pedagangnya.

“Prayboy?” tanya si tukang dagangnya untuk meyakinkan majalah apa yang aku cari.

“Pray,” kataku. “Prayboy.”

“Prayboy?”

“Iya, Pray. Doa.”

“Oh… buku doa?” tanya si tukang jualan.

“Ha ha ha.” Lia ketawa.

“Ada, nih,” jawab tukang jualan, menyodorkan buku kumpulan doa mustajab.

Lia ketawa lagi.

“Udah, yuk?” Lia mengajak pergi tidak lama dari itu.

“Ini, mau?” kutanya Lia sambil ememgang buku kumpulan doa itu.

“Engga,” jawab Lia. “Udah hafal.”

“Engga katanya, Mang,” kataku sambil meletakan buku itu. “Dia mah bukan seksi rohani, Mang, tapi seksi jasmani.”



Foto: Ima

Sebagai pembaca yang bukan remaja lagi, membaca novel remaja ini bisa membangun energi cinta yang kering. Kepala akan dibawa merasakan kehangatan cinta yang riang gembira dan saling membebaskan, seperti infuse yang membuat tubuh kembali segar.  Saya malah melihat Dilan itu sosok spontan dan ekspresif khas Pidi Baiq dalam kemasan remaja. Kesimpulan ini begitu saja muncul karena saya sudah membaca Buku Harian Drunken Monster, dan rangkaian buku-buku Drunken Monster yang lain. Sementara, Milea menjadi sosok perempuan yang riang, senang tertawa dan gembira karena melalui Dilan, dia menemukan suasana dan sikap-sikap yang unik dan berbeda.

Dilan menjadi sosok remaja yang menjadi magnet semua orang, berani, spontan dan unik. Dia menjadi sosok remaja yang suaranya selalu di dengar karena cerdas melihat berbagai persoalan dari sudut pandang yang berbeda dan menyenangkan suasana. Karena kepribadian Dilan yang unik, dia mempunyai teman dengan beragam karakter. Dari tukang gorengan, tukang mabuk, sampai laki-laki yang keperempuanan dan banyak lagi. Di usianya, Dilan menjadi sosok yang toleran selain dia selalu berkumpul dengan teman-teman geng motor.

Hidupku adalah ceritaku. Diriku adalah diriku, baik ketika sendiri atau ketika bersama orang lain. Aku tidak tertarik untuk mengubah seseorang agar sama dengan diriku, dan jangan ada yang tertarik untuk mengubah diriku agar sama dengan dirimu.



(Milea: Suara dari Dilan, halaman 114)


Yang “menghidupkan” sosok Dilan menjadi Dilan yang berbeda, bisa jadi karena “kontribusi” Bunda dan Ayah Dilan. Kadang ketika Pidi Baiq bercerita tentang Bunda, saya suka cemburu pada Dilan karena betapa asiknya Dilan punya Bunda yang bisa diajak becanda dan suka saling bermain kata-kata. Rumah Dilan seperti keluarga impian semua orang, sekalipun Ayahnya jarang pulang karena tugasnya sebagai tentara. Biarpun Ayahnya tentara, dia bukan Ayah yang kaku tapi justru senang “mempermainkan” Dilan dan suka mengajak Dilan mengeksplore beberapa tempat yang tak biasa. Kamu bisa lihat dan ikut tergelak begitu melihat halaman 26 dan beberapa situasi romantis antar anak dan orang tua.

Selain tokoh-tokoh yang hidup di sekeliling Dilan dan Milea, saya suka dengan cerita dengan latar belakang Kota Bandung tahun 1990-an. Cuaca dingin dan sepi kendaraan, kabut saat pagi, hujan, dingin, sore, pepohonan. Suasana kota seperti menyerap romantisme tersendiri. Bandung, kotaku, kesayanganku.

Seperti salah satu paragraph yang dituliskan pada halaman 75:

Terima kasih, Tuhan, untuk Dago Atas dan cuaca 18 derajat Celciusnya sore itu. Dago atas yang ku Maksud adalah Dago Atas tahun 1990, yang masih tenang, dan udaranya masih segar.

Dulu belum ada bangunan-bangunan aneh atau yang sama seperti itu, hanya bukit dan hijau. Hanya langit dan biru, yang jika senja akan ditambahi warna merah dan jingga. Hanya lembah dan subur oleh aneka macam yang tumbuh di sana.

Salah satu ilustrasi di buku Milea.
Foto: Ima
Semakin dalam membaca buku Dilan dan Milea, saya seperti berada dalam ruang pertemanan mereka. Iklim dialog Dilan dengan teman-temannya terasa hidup dan spontan. Keakrabannya, solidaritas khas remaja, cara becanda gaya anak-anak “Bandung” pisan, ringan dalam melemparkan candaan dan spontan. Semua saling mengisi ruang-ruang eksistensi sekumpulan remaja itu. Buat orang Bandung, mengikuti obrolan Dilan dan teman-temannya menjadi ruang kenyamanan tersendiri, sering kali dialog dilontarkan dengan bahasa Sunda berikut diikuti artinya. Saya bisa faham itu, karena lontaran-lontaran keakraban lokalitas agak sulit diterjemahkan. Nada becanda begitu diartikan maka rasa dan energinya menjadi agak terkikis. Saya selalu ingat hubungan pertemanan saya dan teman-teman pun selalu penuh becanda. Dan kalau dibecandain, tandanya dia teman yang diterima, disayangi dan dirindukan. Mengikuti obrolan Dilan dan kawan-kawannya, mewakili dan menghidupkan kerinduan situasi itu. 

Foto: Ima

Milea adalah rangkaian buku ketiga dari Dilan: Dia adalah Dilanku, Dilan 2: Dia adalah Dilanku. Dalam buku ketiga, semakin menjelaskan siapa dan bagaimana situasi Dilan sebenarnya. Jadi kalau kamu baca langsung ke buku ketiga, semua terasa hambar, karena di buku pertama dan kedua, kejadian selalu dari perspektif Milea. Sementara buku ketiganya, situasi cerita dituturkan dari sudut pandang Dilan.

Lalu, apakah ceritanya selalu riang gembira terus, dimana masalahnya? Apakah Geng motor, perempuan ketiga atau laki-laki ketiga? Sebaiknya membaca sendiri biar mengerti.


Bandung, 15 Oktober 2016

@imatakubesar
Judul Buku      :  La Taias For Akhwat: Muslimat                             Tersenyumlah!
Penulis            :  Honey Miftahuljannah
Editor              :  Gita Safitri
Tata letak isi    : Shinzy dan Fajarianto
Penerbit           :  PT Gramedia, Jakarta, 2012
Hal/ Ukuran    :  xix + 192 hal, 13,5 x 20 cm
Harga              :  Rp 45.000,00

Beberapa bulan kemarin pesan singkat BB masuk, Honey ingin minta alamat saya.  Ternyata dia ingin mengirimkan buku, ini kejutan yang menyenangkan.  Betul saja, suatu pagi yang cerah, kabut baru saja menghilang, buku itu datang, judul bukunya “Muslimah Tersenyumlah-Kumpulan Kisah Penguat Hati.”  Barangkali Honey tahu saya sedang butuh dikuatkan hati, lalu dia tersentuh untuk memberi kekuatan dengan mengirimkan sebuah buku dengan cerita banyak makna.


Beberapa hari yang lalu, suatu sore datang sebuah buku yang dikirim dari penerbit medium berjudul Perjalanan Ke Atap Dunia.  Buku ini merupakan buku perjalanan Daniel Mahendra menuju Tibet.  Entahlah, keinginan saya begitu kuat untuk memiliki buku ini.  Sebuah perasaan yang luar biasa bisa membeli langsung dari pada penulisnya.  Malam itu, ketika anakku sedang bermain mobil-mobilan sendiri, saya mulai membaca kata pengantar oleh Gol A Gong-penulis Balada Si Roy dan pendiri Rumah Dunia.

sumber: https://www.goodreads.com/topic/show/857158-bukan-bincang-buku-biasa-perjalanan-ke-atap-dunia-oleh-daniel-mahendra


Kalimat yang membuat saya tertegun dan membuat hati saya muringkak adalah ternyata cita-cita Gol A Gong keliling dunia meyakinkan mimpi saya untuk keliling dunia merupakan   keinginan yang tertunda.   Semua impian saya yang berhubungan dengan perjalanan seolah-olah hanyalah sebuah mimpi.  Tapi selama ini beberapa tempat kota di Indonesia bisa di datangi dengan cara yang unik.  Seperti, perjalanan ke Tasikmalaya dan Surabaya dengan gratis karena terlibat beberapa pertunjukan teater, ke Bali juga karena diajak survey di tempat saya kerja waktu itu dan diajak teman yang baru menikah.  Mengenal beberapa hutan, karena ikut kegiatan diklatsar saat kuliah. Lalu bisa ke Ujung Kulon, Malang, Gontor di Jawa Timur, terwujud karena sebuah ketiba-tibaan, misal disuruh orang tua untuk menengok kakak dan diajak orang tua karena sebuah acara.  Bisa jadi ini bagian dari cara Allah mewujudkan satu persatu impian saya mengenal tiap tempat di Indonesia dengan cara berbeda.

Perjalanan seorang diri yang pernah dilakukan oleh DM saat masih SMP, bagi saya masih sebuah angan-angan.  Karena izin dari orang tua yang begitu ketat dan sulit, membuat kesempatan atau kenekatan hanya menjadi angan untuk melakukan perjalan sendiri ke Jogya, Solo, Semarang, Lombok, Mahameru, Bromo, Keliling gunung-gunung di  Indonesia, Kampung Naga, Baduy.

Ada impian lain, betapa menyenangkan jika kita bisa keliling daerah karena sebuah pekerjaan yang kita cinta.  Seperti pekerjaan menulis dan kita harus menulis perjalanan itu, apalagi jika perjalanan itu dibayar dan menghasilkan.  Tentu akan lebih lepas dan asik.  Dulu saat masih remaja,  agar bisa naik turun gunung tidak konyol, akhirnya saya masuk pecinta alam di ekskul SMA tapi baru satu bulan amih sudah demo.  Dia tidak setuju dengan keputusan saya.  Lalu waktu kuliah tadinya mau nekat masuk organisasi pecinta alam tapi tertera sebuah perjanjian “kontrak mati”.  Saya tertawa dalam hati, okey, kemungkinan dan resiko itu pasti ada tapi bisakah anda bayangkan jika ibu saya membaca kalimat ini dan harus ia tandatangani.  Hehe…


Tapi impian dan harapan itu seolah terus disimpan di sudut hati yang paling dalam.  Menyakitkan? Kadang-kadang, tapi tidak membuat menderita karena suka kehidupan.  Banyak hal yang bisa dilakukan agar lebih hidup dan menyenangkan.  Dan saya selalu bertanya pada hati, apa yang ingin kamu lakukan, Ma?.  Munculah keinginan untuk mempunyai pasangan dimana kami bisa kemping setiap bulan, melakukan berbagai perjalan bersama.  Lalu bisa melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil sendiri, sambil bawa tenda, kalau di tengah perjalanan menemukan pemandangannya bagus, maka bertendalah kita disana bersama anak-anak kami.  Menyenangkan bukan!

Bahkan ketika saya hamil, setiap ada acara jelajah dan semacamnya.  Saya selalu bertahan di depan televisi dan menikmati semua perjalanan mereka, seolah saya berada disana.  Buntut-buntutnya, selalu diselingi dengan derai air mata karena terharu melihat keindahan alam yang luar biasa.  Saat itu keinginan kuat untuk menelusuri alam, bisa tidur dibawah bintang-bintang, membaca dibawah sinar bulan, melahap sarapan dan menyeruput kopi ditengah dinginnya angin.  Tapi suamiku terlalu khawatir karena kondisi kehamilanku yang tidak mendukung.  Tapi saya tidak pernah mematikan impian ini, ia terus hidup ditengah perjalanan hidup yang penuh teka-teki.  Kini hidup dengan lelaki yang membuat saya bisa jujur bersikap dan tertawa lepas, mendapatkan anak lelaki yang luar biasa., “pengasingan” ini yang membuat peta kehidupan terasa lebih jelas kelihatan.  Ini bagian dari sesuatu kehidupan yang luar biasa atas teka teki yang rumit.

Ada quote yang menyentuh sekali di awal-awal halaman buku itu,

“Betapa pentingnya sebuah tindakan.  Ketika kita mulai memutuskan sesuatu, tiba-tiba isi kepala kita bekerja dengan sendirinya: bagaimana untuk mencapai sesuatu tersebut.”

Saya selalu yakin,  apapun yang kita lakukan hari ini tidak akan sia-sia selama dikerjakan dengan kesungguhan.  Sekalipun bidang yang sedang kita pelajari tidak menjadi profesi tapi akan selalu menjadi manfaat saat kita mengambil keputusan.  Impian seolah dilewati satu persatu tanpa terasa bahwa kita telah melewati beragam proses yang luar biasa.  Katakanlah ketika kita mengambil keputusan menjadi ibu rumah tangga.  Rupanya rumah tangga adalah sebuah kehidupan yang menarik.  Kita bisa mengambil pelajaran saat belajar teater, manajemen dan beragam event yang pernah kita lakukan, rupanya memberi manfaat yang luar biasa yang bisa diterapkan pada segala unsur kehidupan rumah tangga.  Karena kehidupan rumah tangga tidak akan menjadi dinamis ketika kita sendiri tidak menciptakan suasana itu. 

Artinya, saya selalu yakin selalu banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan cara yang aneh dan penuh kejutan.  Dari keinginan itu maka akan muncul kebutuhan lalu naluri akan memilih kehidupan apa yang sangat mungkin kita jalani sekarang.  Kuncinya lakukan apapun yang kita kerjakan sekarang dengan penuh cinta dan kesungguhan hati dan kejutan selalu datang diwaktu yang tepat.

Saya memang bukan siapa-siapa dan sedikit kemampuan, terlalu banyak keinginan dan kesukaan, melaluinya setidaknya saya ingin hidup saya lebih berarti dengan cara yang dipilih oleh hati.  Menjadi ibu, istri, menjalani hobi dengan kesungguhan dan menyenangkan, disana selalu siap beragam jalan dan kesempatan yang baru tahu dan semakin banyak tahu mengarahkan kita pada impian.

27 April 2012
Pernah baca novel trilogy Dukuh Paruk karya Achmad Tohari? Dalam novel ini kita diajak berimajinasi ke sebuah daerah yang kering dan mereka percaya bahwa kesuburan tanahnya bergantung pada ritual tari ronggeng.  Keberadaan tarian rongeng dipercaya mempunyai daya mistis untuk mengawinkan langit dan bumi lalu melahirkan hujan dan mampu menyuburkan tanah.  Lalu dengan berkembang dan percampuran budaya modern barat yang bersifat sekuler, rasionalistik dan empirik, makna ronggeng menjadi terkikis dan terpinggirkan lalu melahirkan konotasi berbeda.

Ada  referensi yang berkaitan tentang proses panjang mengenai peradaban tanah Sunda yang memiliki keterkaitan kuat dengan keberadaan ronggeng, judulnya ‘Perempuan dan Ronggeng’.  Dari buku terbitan Pusat Kajian Lintas Budaya & Pembangunan Berkelanjutan (LBPB) ini, kita diajak untuk mengenal, memahami proses makna bersejarah ronggeng di tanah Sunda.  Penulis, Dr. Endang Caturwati, M.S.  menuturkan dengan lugas dari fungsi ronggeng yang spiritual sampai dimanfaatkan keberadaanya oleh kolonial Belanda sebagai alat prostitusi terselubung yang mampu mempengaruhi runtuhnya gaya hidup individu atau kelompok di daerah perkebunan. Sapai dituturkan pula upaya yang dilakukan para pecinta seni tari untuk merubah citra ronggeng mewujud dengan nama baru yang kita kenal sekarang adalah jaipongan.  Sebuah proses tidak sederhana dan penuh kretivitas yang menarik.


Rasanya sulit menerima kenyataan saat menyusur sejarah kita yang begitu kelam, banyak intrik dan  eksploitasi dari berbagai sudut.  Memang seolah penguasa saat itu menciptakan situasi yang serba salah bagi penduduk lokal dalam mempertahankan stabilitas hidupnya.  Para perempuan merangkap sebagai kuli perkebunan dan partner seks yang dibayar untuk melayani kebutuhan domestic penduduk laki-laki di daerah perkebunan. Hal ini terjadi karena kebijakan upah bagi kuli perempuan saat itu 50% dari upah laki-laki.  Sementara agar para kuli laki-laki betah menjadi pekerja diperkebunan, didatangkanlah hiburan ronggeng, disediakan minuman keras, judi dan ketiga kebisaan ini semakin melilit mereka pada jurang kemiskinan karena memaksa mereka berhutang agar bisa saweran dan berjudi. 

Buku ini tidak melulu membicarakan proses panjang sejarah ronggeng, namun diceritakan pula sisi lain kehidupan ronggeng sebagai manusia biasa.  Pada bab Ronggeng sebagai perempuan biasa, kita diajak untuk memahami bisikan dari hati kecil perempuan yang mendapatkan pelecehan dari para lelaki maupun suaminya.  Keinginnanya sebagai perempuan yang ingin dihargai, disayangi dihormati dari pasangannya seolah hanya menjadi sebuah harapan, sangat terbalik kondisinya ketika begitu banyak laki-laki yang memuja disaat ia diatas pentas pertunjukan. 


Buku ini semakin membuat kita tersadar bahwa proses panjang pembersihan nama baik yang kini menjadi seni tari, tidaklah sesederhana yang kita fikirkan.  Dengan melewati sejarah panjang dan kelam, keindahan tariannya disalah arti dan disalahgunakan.  Kini tari sunda dalam hal ini jaipongan, ditangan orang yang kreatif dan strategi yang cantik mampu menarik hati banyak kalangan bahkan mampu mendunia. 

Akhirnya bisa menikmati satu bukunya Nawal el-Saadawi sampai tuntas.  Ini buku lama yang terbit tahun 1999 dan dicetak oleh Bentang pada bulan September 2003. Setiap lembar halaman mengajak pembaca jalan-jalan mengenal dan memahami budaya sebuah desa pertanian jauh dari kemakmuran, adalah Kafr Thin di Mesir.  Nawal menggambarkan dengan sabar setiap gerak, sudut-sudut dramatis dan situasi, membuat kita mampu benyoroti sebuah kondisi pemahaman budaya, tradisi, agama dan situasi di desa tersebut. 

Novel ini mampu membuat mengerti peta hubungan antara ahli agama, kepala keamanan, guru-si penyembuh yang dijadikan alat kontrol masyarakat.  Ditangan Umdah sang kepala desa, kekuatan ini dikelola untuk mendapatkan kepentingan dan kekuasaan absolute.  Umdah telah menjadi tuhan bagi kroninya, dalih hukum agama diolah dan disalah tafsirkan untuk menekan wawasan masyarakat yang sempit.  Hukum dimanfaatkan untuk menghasut dan menutupi aib.   Semua kata-kata dan tindak tanduk mereka seolah mejadi panutan dan kebenaran mutlak. 

Ini kisah tentang satu keluarga petani miskin yang hancur berantakan karena hasrat Umdah yang terpesona dan ingin memiliki kecantikan Zainab.  Seorang perempuan muda yang baru saja akil baliq, anak bungsu Kurfawi juga merupakan keponakan Zakiyah.  Selain Zainab, Nafisah kakaknya Zainab pernah diambil paksa agar bisa bekerja di rumah Umdah.  Seolah-olah bahwa menolak bekerja di penguasa terhormat Umdah adalah sebuah penghinaan, lalu terjadilah pemaksaan dengan menciptakan dalil bahwa perempuan jika tidak akan patuh pada perintah kecuali jika dipukul, begitu yang trelontar dari kepala keamanan.  Nafisah menjadi pekerja di rumah Umdah lalu menghilang tanpa jejak.  Nasib Zainab pun sama, tidak jauh dari permainan kekuasaan kepala desa dan kroninya.

Permainan hukum kekuasaan berjiwa rakus selalu menjadi alat untuk mendapatkan keinginan sang penguasa.  Dengan memanfaatkan kepintaran, kekuasaan, kekayaan untuk membodohi dan menekan keluguan masyarakatnya.  Upaya dilakukan sampai mengutus kepala keamanan, kesehatan dan ahli agama.  Bahwa seorang anak perempuan haruslah mengabdi dan tidak punya hak menentukan pilihan hidupnya.  Semua dalih agama dipermainkan dan ditafsirkan sekehendak perut untuk mendapatkan keinginan dan perlindungan dari segala aib diri.

Inti masalah dapat dilihat pada bab 15, hubungan kekuasaan yang di-tuhan-kan, pembodohan pada masyarakat sehingga menciptakan pola pikir sosial yang salah kaprah.  Dalam cerita ini bisa terbaca tumbuhnya sifat jiwa-jiwa masyarakat keras dan sakit akibat tekanan sosial dan ekonomi yang begitu hebat.  Berikut sepotong dialog menarik antara Guru Hamzawi dan istrinya: “… Mereka takut kepada Umdah karena dialah yang menggenggam rezeki mereka.  Umdah mampu menghentikan sesuap kehidupan mereka… Ia orang besar. Tidak takut pada Allah dan tidak takut pada siapapun.  Dia dapat menganiaya dan memenjarakan orang tanpa alasan yang benar, bahkan membunuh orang-orang yang tak berdosa”.  Dari dialog ini, dapat terlihat segala unsur persoalan yang tumbuh berkembang di Desa Kafr Than.  Memanfaatkan segala cara dan mengolah segala hukum untuk menciptakan sebuah pembenaran.  

Judul Buku      : Lucky Backpacker
                          Rp 3 Juta Menjelajah 5 Negara Eropa
Pengarang       : Astri Novia       
Penerbit           : Imania, Depok    
Cetakan           : Cetakan I, Januari 2011          
Format             : 13 x 20,5 cm
ISBN               :  978-602-96413-5-6    
Jumlah halaman: vi + 320

Harga              : Rp 32.000,-    
Soft cover
Terbit               : 13 Januari 2011         
Kategori          : Memoar

Resensi:

Saat membuka plastik pengaman buku rasanya senang sekali, lembaran isi jenis kertas buram membuat berat buku ini enteng di tangan.  Selain itu karena warna dasar lembaran redup matapun terasa lebih adem.  Dulu beres kuliah awal tahun 2000-an impian saya satu, ingin keluar Bandung dengan melakukan perjalanan menikmati beragam kota seorang diri dan buku ini mampu mengobati keinginan saya.  Tapi impian itu tidak pernah diwujudkan karena beberapa hal.  Kini melakukan perjalanan (travel) dengan modal minim menjadi tren, namanyaBackpaker.  Backpaker mengandalkan biaya minim dan perlengkapan seperlunya, namun bisa menikmati perjalanan yang maksimal.  Kini beberapa pengalaman para backpaker yang dibukukan, panduan perjalanan dan peta kota menjamur dimana-mana. Cara ini menambah minat para pecinta travel dengan cara Backpaker sebagai gaya hidup yang menyenangkan.  “Work Hard Play Hard”, begitu kata Andre Beau seorang teman yang dikunjungi dan sekaligus jadi guide dadakan Astri Novia di Paris.

Rasanya tepat sekali memutuskan judul buku ini “Lucky Backpaker”, karena Novia sangat beruntung memiliki banyak teman di belahan Negara Eropa yang memudahkan proses perjalananya lebih menarik dan berisi.  Ketika berencana datang ke berbagai Negara Eropa, dia sudah menghubungi teman-teman di Negara tersebut sebagai tempat berkunjung dan menginap.  Alhasil melalui kehangatan merekalah Novia diperkenalkan setiap sisi kota, baik makanan, tradisi, nonton festival musik, bangunan tua, sistem fasilitas publik yang nyaman dan beragam lainnya yang menarik untuk dinikmati.  Persahabatan antar Negara memperluas sudut pandang hidup kita pada hidup yang beragam.  Seperti saat bertemu dengan pasangan Cloe dan Gabriel dimana mereka merasa kikuk pada Novia -sebagai orang timur dan muslim- karena mereka tinggal bersama. Novia mengatakan bahwa perbedaan tidak menghalangi pertemanan, kita ambil yang baiknya saja untuk bisa berjalan berdampingan.  . 

Perjalanan selalu membuka jendela dunia, pertemuan dengan beragam situasi yang baru membuat kita belajar dan mempelajari banyak hal.  Isi cerita dituturkan dengan nyaman melalui bahasa dialog dan kita mampu merekam kehangatannya. Hampir setiap paragraph menampung banyak informasi yang dapat kita petik, beragam situasi yang mampu memberi kita pencerahan dan energi.  Bahkan saya cukup sering membaca ulang ke beberapa lembar halaman ke depan agar dipastikan informasi dari cerita tidak ada yang terlewat.   Kita sebagai pembaca seperti ikut terlibat dalam perjalanan tersebut.  Kota-kota, jalanan, bangunan tua yang terawat, musium yang dikunjungi seolah terhampar didepan mata.  Perjalanan memang seolah membuat kita terlahir kembali.

Buku Lucky Backpaker

Travel tidak mungkin lepas dari menikmati ragam makanan & minuman khas di tempat yang kita kunjungi.  Seperti halnya Novia saat menceritakan cuaca Belgia yang dingin dan minuman dark chocolate menjadi satu kesatuan yang pas.  Lidah terasa ikut merasakan ketika mereka meneguk minuman dark chocolate panas, begitu juga ketika melahap cannellones di Spanyol dan banyak lagi.  Hal menarik dari setiap kunjungan, tuan rumah selalu menyiapkan masakan sendiri dan menyantap bersama sambil berbagi cerita.  Dalam buku ini diselipkan juga oleh-oleh menarik bagi para pembaca yaitu resep makanan khas tiap daerah, bagi yang suka bereksperimen resep ini menarik untuk dicoba.  Belum selesai, anda harus membacanya sampai akhir.  What a wonderful days

Buku ini wajib dibaca bagi pecinta travel, orang-orang menyukai cerita perjalanan maupun yang ingin membuka wawasan tentang Negeri Eropa seperti Spanyol, Prancis, Jerman, Italia.  Selain bisa mengetahui beragam tempat yang berbeda selain negeri kita  yang indah, kitapun bisa belajar bagaimana mereka menghargai kotanya dan bangunan kuno masih berdiri dengan kokoh.  Pola disiplin kehidupan orang-orangnya menarik untuk ditiru bahkan disiplin pada jam makan. Novia banyak menceritakan keramahan yang diberikan teman dan keluarga temannya meskipun berbeda dari semua sisi.  Hal yang menarik dipetik adalah perbedaan memang menciptakan keindahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Ima. Bandung, 19 Juni 2011