Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan
Pameran grafis komik Beng Rahardian
di Filosofi Kopi Braga Juli 2024. Foto: Kang Holis.

Di beranda instagram muncul postingan Beng Rahardian komikus Mencari Kopi Aceh sedang ada di Filosofi Kopi Braga. Braga? Pikirku. Oh, di Braga ada Filosofi Kopi, ya? Sudah lama juga saya tidak melihat postingan dari komikus ini. Rupanya Beng Rahardian tengah hadir dalam acara Pameran komik dan fotografi yang berlangsung di Filosofi Kopi. Dalam acara itu seperti tengah bincang-bincang kopi dan ada sesi sketsa bareng. Seru sekali.

Karena ingin lihat langsung, jadi saya ajak suami, Kang Holis, untuk ngopi bareng sekaligus mengapresiasi karyanya di Filosofi Kopi Braga yang terus berlangsung hingga tanggal 11 Agustus 2024. Berhubung sekarang saya si manusia pagi, jadi kami ngopi pagi menjelang siang. Berangkat dari rumah (daerah Setiabudhi) jam 09.00 WIB. Saya selalu suka keluar rumah jam segitu, karena mataharinya lagi hangat-hangatnya, suhu dingin, angin yang masih terasa lembut dan semua terlihat bening.



Tidak seperti hari Jumat-Minggu ditambah waktunya lewat dari jam sibuk, perjalanan dari Setiabudhi ke Braga lancar. Di daerah Braga juga sepi, tenang tidak hiruk pikuk berdempetan seperti hari Jumat-Minggu. Suasana Bandung rindang-hening-bening yang rindukan selalu saya dapatkan pada jam 09.00-11.00 WIB pada hari-hari sekolah dan jam kantor.

Hanya memakan waktu sekitar 15 menit, kami tiba di Filosofi Kopi. Rupanya lokasinya satu bangunan dengan Simpul Space tepat seberang gedung Sarinah. Sekadar info, karena lokasi Braga ini kalau dari Jalan Naripan yang belok kiri satu arah ke kiri, kalau yang belok kanan dari arah Naripan juga satu arah ke kanan. Kalau salah belok, memutar jalannya lumayan juga harus balik lagi ke Jalan Lengkong. Kalau kamu lewat jalan Asia Afrika, bisa berhenti di Museum Asia Afrika, atau di Gedung Kimia Farma, terus jalan kaki menuju Jalan Braga. Hanya lewat 3 bangunan, ketemu lokasi Café Filosofi Kopi. Sejajar dengan Gedung Majestic.

Logo Filosofi Kopi yang ikonik pisan mengantung di dekat pintu masuk, akrab di mata karena sudah diperkenalkan dari versi novel, film, serial di youtube. Akhirya sampai juga kami dapat menikmati si energi kopi khas Filosofi Kopi di café-nya langsung.


 
Kami berdua masuk ke ruang yang luas dengan langit-langit yang tinggi. Bangunan peninggalan Belanda dipadu dengan pembenahan bagian langit-langit dengan rangka besi yang berkesan makin luas dan kokoh. Meja seduh kopi ada di tengah. Disekeliling meja seduh kita bisa memilih kursi untuk duduk-duduk. Bisa di dekat jendela, samping dinding yang dipenuhi lukisan atau di belakang ada wilayah tempat ngumpul, bahkan halaman belakang.

Selesai pesan kopi, saya dan Kang Holis jalan ke belakang menuju display pameran. Di partisi tengah, kami mendapatkan tempelan infografis yang menggambarkan perjalanan Beng Rahardian sebagai Filosofi Kopi menuju Flores. Mereka diantaranya: Kang Seduh, Kang Foto, Akamsi.



Perjalanan yang “kaya”, karena dari grafis dan cerita yang dipaparkan Beng Rahardian, buat saya si pembaca jadi ikut terbawa melihat berbagai keindahan alam, mengenal budayanya, kepercayaanya, juga bagaimana masyarakat adat Flores menjaga hutannya. Melihat dari foto-foto yang ikut dipamerkan dan gambar si pencerita, membuat saya ikut masuk pada proses perjalanan dan imajinasi suasana Flores yang masih terjaga kondisi alam dan bangunan rumahnya.

Melalui gambar-gambar dan foto-foto tersebut, terlihat kelekatan masyarakat Flores dengan adat yang turun menurun, para perempuan yang menenun, suasana malam yang hening tanpa lampu dan sinyal telepon, kedekatan alam dan manusia yang hadir begitu nyata. Di tengah harmonis alam dan masyarakatnya terdapat pohon kopi yang kini kita nikmati di gelas kita di berbagai belahan bumi.

Melalui Pameran Kopi Nusantara di Filosofi Kopi, kita jadi ikut diajak untuk membaca kembali asal kopi yang kita seduh dan sejarah panjang yang menghadirkan kopi Flores.



Buat saya yang memiliki buku Mencari Kopi Aceh yang saya dapatkan pada tahun 2016,memberi kejutan dengan hadirnya kisah perjalanan Mencari Kopi Flores dalam bentuk grafis. Saya yang sehari-hari tinggal di sudut kota dengan percapuran budaya dan gaya hidup urban, seperti diingatkan kembali bahwa apa yang kita makan-minum tidak lepas dari kebajikan alam.  

Pun mata tersentuh pada gambar sepasang kekasih yang digambarkan Soekarno dan Inggit Garnasih di masa pembuangan ke pulau Ende.  Seolah-olah melalui pameran grafis dan fotografi tentang perjalanan Mencari Kopi Flores ini, kita disadarkan untuk bertanya pada diri sendiri: Apa arti Indonesia bagimu?


Apa arti Indonesia bagimu? -Inggit Garnasih


Dari pameran ini saya hanya menemukan tumpukan buku Mencari Kopi Aceh, tapi tidak menemukan buku Mencari Kopi Flores. Jadi tidak sabar menunggu kabar pameran grafis ini dibukukan agar membacanya lebih asik dan tentu jadi referensi sejarah kopi mengenalkan Flores dan sejarah Indonesia pada pembaca.  


Store resmi Siliwangi Bolu Kukus.



Silih Asah, Asih, Asuh, begitu tagline yang terpampang pada dinding utama menyambut pengunjung yang masuk ke dalam store Siliwangi Bolu Kukus (SBK). Bolu kukus yang dikenal dengan menghadirkan berbagai rasa lokal ini melakukan launching store resmi ke-8 di Padasuka Cimahi pada tanggal 17 Juli 2021, kemudian re-opening tanggal 10-11 Agustus 2021. Pada hari yang sama, SBK melakukan launching store resmi ke-9 berlokasi di Jalan Raya Bogor-Cimandala Kabupaten Bogor.









Untuk penikmat Siliwangi Bolu Kukus bisa mendapat kesempatan PROMO BELI 2 dapat 3 di store resmi Cimahi dan Raya Bogor. Agar tidak terjadi penumpukan pengunjung, mereka membagi waktu kedatangan 50 pengunjung dari jam 09.00-13.00 WIB lalu dilanjut sore harinya dari pukul 15.00-19.00 WIB untuk 50 pengunjung store.

Pembatasan pengunjung ini dilakukan untuk mengurangi resiko penularan c-19. Selain itu, lokasi store resmi memberlakukan protokol kesehatan dengan menyediakan cek suhu tubuh, handsanitizer dan wajib menggunakan masker.

Upaya ini patut diapresiasi dengan baik, karena langkahnya bagus untuk menjaga terjadinya kemungkinan penularan baik pengunjung maupun pegawai. Pegawai tetap merasa aman dan optimal melayani pengunjung dengan baik. Begitupun pengunjung dapat memilih bolu dan panganan lainnya untuk dikonsumsi sendiri maupun berkirim pada orang-orang yang disayanginya.










Ditengah pandemic seperti ini, segala keterbatasan rupanya menjadi semangat dan memberi ruang kreativitas sendiri bagi SBK. Bayangkan saat ini banyak usaha yang mengibarkan bendera putih, namun SBK tetap bertahan bahkan menghadirkan store resmi di dua lokasi. Sehingga saat ini, produk SBK sudah bisa didapatkan di beberapa lokasi, diantaranya Jambi, Bengkulu, Padang, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Palembang dan Lampung.

Bolu kukus selalu mengingatkan saya pada makanan favorit Amih. Beliau hobi membuat bolu kukus, kalau sedang membuat bolu kukus beliau suka bercerita masa mudanya yang sering mendapat pesanan dari kawan kerabatnya. Usaha itu berhenti karena ikut berdagang ayam bersama Bapak. Namun setiap hari spesial seperti hari raya, beliau kerap menyempatkan membuat bolu kukus.

Sekarang ini Amih sudah semakin sepuh, jadi kalau ingin menikmati bolu kukus selalu terlintas Siliwangi Bolu Kukus. Bolu yang mengingatkan saya pada kehangatan rumah, selain itu bolu kukus buatan Siliwangi ini memberi keunikan tersendiri karena menghadirkan berbagai variasi rasa. Meskipun bolu merupakan makanan peninggalan Belanda, melalui kreatifitas peracik Siliwangi Bolu Kukus kita dapat memilih berbagai rasa lokal khas tanah Pasundan dalam setiap tekstur empuk dan tebal potongan bolu kukusnya.

Selain itu, variasi rasa yang disediakan dan packaging SBK yang rapi dan apik, SBK bisa jadi pilihan berkirim makanan buat kawan dan saudara sebagai bentuk menuntaskan rindu. Tentu kerinduan ini langsung dulu. Betapa berharganya nilai sebuah pertemuan atau interaksi secara langsung.

Sebagai referensi, Siliwangi Bolu Kukus terdapat 16 pilihan rasa. Lalu terus berinovasi hingga sekarang terdapat 20 variasi yang dapat memanjakan kenikmatan rasa. Bahkan saat opening store di Cimahi dan Raya Bogor, menghadirkan Siliwangi Bolu Kukus rasa durian montong. Tentu buat penikmat durian menjadi kejutan yang menarik dan menstimulasi ruang bahagia. Seperti bolu yang sebelumnya, rasa yang dihadirkan begitu menyatu dan lengkap pada setiap kunyahannya. Saya rasa, bolu dengan rasa durian montong akan menjadi salah satu best seller juga.

Makanan khas Pasundan mempunyai cita rasa yang unik. Sehingga membuat orang-orang ketagihan untuk kembali dan mendapatkan kenangannya dengan cara menikmati makanan lokal. Melalui Siliwangi Bolu Kukus, kita dapat menyajikan kembali kenangan itu dalam bentuk bolu dengan berbagai rasa yang diracik secara pas.

Saat ini Siliwangi Bolu Kukus mempunyai pilihan rasa untuk memelihara khazanah makanan lokal. Diantaranya peuyeum Bandung, red velvet, pisang kapok, pandan wangi, martabak, kopi Bogor, Kacang Ijo, Talas Bogor, Kurma Ajwa, Talas Aren, Madu Odeng, Alpukat Mentega, Brownies Cokelat, Stroberi Ciwidey, Ketan Kelapa, Talas Oren, Mangga, Susu, Ubi, Jeruk hingga yang terbaru yaitu durian montong membawa kegembiraan dan kehangatan tersendiri.




Rasa lokal yang diolah dalam bentuk bolu sebuah keberanian yang ditawarkan bagi masyarakan luas. Namun ternyata dengan berbagai variasi rasa yang dihadirkan oleh SBK memunculkan banyak pelanggan yang memiliki “adventure” rasa, mereka yang berani mencoba berbagai panganan inovatif dalam bentuk dan rasa. Tak hanya itu, kita menjadi bagian yang bisa memelihara rasa dan panganan hasil bumi di tanah Pasundan.

Bolu Cinta Siliwangi hadir memperkaya kuliner di masyarakat kita.  Ini karena Indonesia memiliki tanah yang subur dan individu yang kreatif.  Sehingga menumbuhkan beragam sumber pangan yang dapat menghadirkan beragam cita rasa.  Cita rasa ini seringkali mencairkan perbedaan hati dan pikiran, meredakan diri lalu muncul inspirasi.


Beberapa bulan ini saya dan Ayah lagi asik sekali nonton drama Korea. Serial yang kami pilih biasanya cerita dengan latar kerajaan era Joseon. Kebetuan kami berdua suka nonton gendre drama dan action film Indonesia, film Amerika, film festival, film dokumenter dan sekarang film-film Korea. Untuk menikmatinya, biasanya suasana suka di-setting sedemikian rupa terutama menyediakan konsumsi seperti pisang goreng, mie rebus, keripik, bolu, atau camilan semacamnya, lalu kopi tentu tidak ketinggalan. Biar nyaman dan asik.

Ditengah seri kesekian drama yang kami tonton, saya dapat kabar dari kawan kalau tanggal 7 Februari 2021 Bolu Siliwangi mengeluarkan bolu dalam bentuk cinta. Saya suka Bolu siliwangi karena rasa lokal olahan modern.  Perpaduan budaya yang menghasilkan bolu yang penuh cita rasa.  

Bolu cinta ini bentuknya menggoda sekali, seperti Bolu Siliwangi berbentuk persegi panjang, harganya terbilang terjangkau.  Bisa dipesan lewat aplikasi Bolu Siliwangi dan free delivery pula. Jadi, biar suasana rumah terasa lebih beragam, asik dan penuh cinta, jadi saya pesan bolu cinta biar suasana rumah terasa beda.

Sesuai harapan, begitu Bolu Cinta Siliwangi tiba di rumah, anak-anak senang sekali melihat bentuk bolu yang unik dan rasanya yang penuh di mulut. Manisnya pas, tebal dan lumer isiannya. Anak-anak semangat, wajahnya sumringah, melahap terus menerus. Sementara suami saya langsung seduh kopi Sunda Hejo tanpa gula, sementara kopi saya tambah cream dan gula. Suasananya pas sekali dinikmati sambil nonton drama korea, kebetuan lagi nonton drama Shine or Go Crazy, karena kami sedang suka sekali dengan gaya akting Jang Hyuk. 




Saat saya menikmati kopi dan Bolu Cinta, saya ingat penjelasan seorang pecinta kopi. Katanya, yang membuat lambung kembung itu bukan kopi tapi kue penyertanya seperti bolu, brownies. Kebetulan saat itu saya melahap Bolu Cinta Siliwangi rasa brownies cokelat sambil menyeruput kopi. Buat lambung saya yang sensitif, ternyata perut saya tetap nyaman menikmati kopi dan bolu cinta secara bersamaan. Rupanya kawan saya bilang, bolu ini tidak mengandung bahan pengawet. Sangat menyenangkan.

Kemudian saya baru ngeh kalau bulan ini adalah bulan cinta, semacam waktu yang tepat untuk merespons orang-orang tersayang. Bolu Siliwangi menghadirkan bolu karakter dengan tema Bolu Cinta. Unik sekali. Bolu berbentuk hati dengan beragam rasa. Karya terbarunya ini menarik, karena bisa jadi ide buat kita untuk saling berkirim rindu dengan mengirim Bolu Cinta kepada orang tersayang. Karena bentuknya mewakili hati, kemasannya menarik, rapi dan harganya pun sesuai berbagai segmen sosial. Tak hanya itu,ukurannya banyak pilihan, ada yang berisi 4, 8 dan 12 bolu cinta. Secara visual menarik dan berkesan eksklusif untuk berkirim makanan. Jadi kita bisa mengirimkan Bolu Cinta disesuaikan dengan kondisi.

Saya fikir berkirim Bolu Cinta saat ini jadi momen yang tepat untuk menambal momen berbagi rasa dengan orang-orang tercinta.  Terlebih ketika kita semua kehilangan kebersamaan saat virus corona melanda berbagai daerah secara cepat bahkan menyeluruh hampir tiap pelosok Negara mengalaminya. Sehingga kesempatan bertemu muka maupun saling mengunjungi menjadi serba dilematis dan was was. Sebagai alternatif, komunikasi dan beradu rindu pun menggunakan media online. Hanya saja komunikasi seringkali belum merasa terpuaskan jika belum makan dan foto bersama. Ketika saya lihat bentuk, kemasan dan rasa dari Bolu Cinta ini,rasanya sangat pas untuk dikirim ke mereka yang kita sayang untuk mewakili rasa rindu. 

Belajar pada ibu mertua (Bunde) yang tinggal di Kadupandak Pandeglang, kami biasanya suka saling berkunjung dengan membawa buah tangan. Tidak hanya pada hari raya dan liburan sekolah, namun menyempatkan beberapa bulan sekali untuk pulang bertemu muka lalu jalan-jalan ke pantai. 

Kali ini hampir setiap bulan Bunde mengirim camilan khas buatannya sendiri, diantaranya keripik pisang, rengginang mentah,dan beberapa pisang tanduk hasil kebun. Tak hanya itu, ada pula camilan anak-anak seperti cokelat, permen, dan balon. Cara ini kerap dilakukan Bunde untuk menyampaikan rindunya pada anak dan cucunya. Bisa jadi sederhana namun rasanya begitu mewah dan menghangatkan hati. 





Menyampaikan rindu bisa dengan berbagai cara, salah satunya saling berkirim seperti yang dilakukan oleh Bunde. Cara ini dapat memelihara cinta. Cinta kerap memberi kekuatan hidup. Bergerak, melangkah beradaptasi pada perbedaan dan perubahan. Cinta yang menyatukan perbedaan dan memberi kekuatan pada individu-individu dalam mengatasi satu persatu persoalan. Salah satu cara yang kerap dilakukan dalam budaya kita yaitu saling berkirim. Upaya ini menjadi salah satu langkah untuk merekatkan perbedaan, meredakan kegelisahan dan menumbuhkan semangat.

Dalam situasi pandemic, mau tidak mau harus terbiasa dengan keterbatasan. Tapi bukan berarti terbatas untuk memberi perhatian. Selalu ada solusi dan mengubah cara untuk menyampaikan perhatian. Karena diterima atau tidak diterima, setidaknya kita harus menyadari penuh untuk tidak keluar wilayah maupun masuk ke dalam wilayah yang sedang tinggi angka yang terkena penyakit menular. 

Upaya yang dilakukan oleh Bolu Cinta Siliwangi patut diapresiasi, mereka tidak hanya melayani pembelian secara langsung dengan waktu yang ditentukan. Tapi  kita pun bisa memanfaatkan pembelian Bolu Cinta secara online melalui aplikasi maupun nomor whatsapp.

Ini bulan cinta, saya fikir sangat menarik menuntaskan rindu dengan berkirim Bolu Cinta dan doa. Bolu berbentuk cinta ini mampu mewakili perasaan dan perhatian meski jarak jauh. Masing-masing beraktivitas berjauhan, lebih dari setahun tidak bertemu muka. Namun kebersamaannya hadir saat melahap kiriman  meski berjauhan namun memiliki perasaan yang sama: cinta. 





Siliwangi Bolu Kukus.
Foto: Ima

Kalau menyebutkan nama Siliwangi, saya jadi ingat sebuah nama jalan di pusat kota Bandung. Tentunya nama Siliwangi punya kedekatan dengan identitas tanah Pasundan. Selain jadi nama jalan, sekarang identitas tersebut disematkan pada sebuah identitas panganan bolu kukus yang baru saja buka cabang di Bandung. Namanya Bolu Kukus Siliwangi. Awalnya saya merasa ketika mendengar nama itu terasa macho dan muncul orang-orang berbaju tentara. Tapi begitu masuk ke tokonya, mencoba bolu hasil olahannya, saya merasa kembali menginjak tanah sendiri. Kenapa? Nanti saya coba ceritakan pelan-pelan.

Mulanya Bolu Kukus Siliwangi ini buka di Bogor, tempat produksinya pun tetap terpusat di kota hujan tersebut. Namun, agar bisa dinikmati oleh lebih banyak orang, akhirnya buka cabang di Bandung tepatnya di Jl. Moch. Toha No 145 Bandung pada tanggal 25 Januari 2020 yang bertepatan dengan hari Imlek. Keputusan membuka cabang di Bandung menarik juga, sih, karena Bandung itu selain kota wisata, akrab sebagai kota kuliner. Kuliner dengan rasa yang mengikat dan harga terjangkau. 

Suasana toko saat promo Buy 1 Get 2 di gerai Siliwangi Bolu Kukus Bandung.
Foto: Ima

Di hari pembukaan bertepatan dengan Hari Imlek, mereka membuat promo buy 1 get 2 bagi 1000 pembeli. Sehingga hanya dengan mengeluarkan uang Rp 27.500 kita bisa mendapatkan 3 dus dengan berbagai pilihan rasa. Selain itu dari tanggal 26 – 31 Januari 2020 promo berlanjut buy 2 get 1. Namun harus dicatat, promo berlaku untuk 500 pengunjung (250 pengunjung pertama mulai pukul 10.00-13.00 WIB dan 250 pengunjung pertama mulai pukul 16.00-19.00 wib). Langkah ini sebagai upaya memperkenalkan rasa istimewa dari bolu kukus Siliwangi dan dapat dinikmati oleh lebih banyak orang. 

Kalau berdasarkan sejarahnya, bolu ini dikenal dengan nama cake yang diolah dengan cara di dipanggang. Bolu atau cake kerap menjadi makanan spesial untuk acara ulang tahun, peribadatan, perayaan lainnya sebagai bentuk penghormatan. Namun oleh pecinta kuliner, bolu kemudian dimodifikasi cara pengolahannya dengan cara di kukus. Kemudian panganan khas dari Eropa ini melekat di masyarakat Indonesia. Sampai kita lupa, bahwa cake merupakan jenis makanan hasil percampuran budaya.


Kumpul sambil mencicipi beragam rasa Siliwangi Bolu Kukus.
Foto: Dede Diaz

Selama ini bolu kukus kita kenal bentuk bolu kukus itu seperti mangkok kecil, teksturnya lembut, mengembang dan permukaannya pecah seperti bunga. Bolu kukus dipelihara, berbaur sehingga terus hadir di tengah masyarakat. Masyarakat lokal menjadi terbiasa dan punya rasa memiliki atas rasa bolu tersebut. Meski makanan khas Eropa, lama kelamaan jadi melebur dan jadi bagian panganan yang tak terlepaskan. 

Seperti yang saya ceritakan di atas, mencoba hasil olahan bou kukus Siliwangi seperti kembali menginjak tanah leluhur. Kenapa? Karena kita dapat menikmati makanan hasil peninggalan kolonial namun rasa yang dihadirkan dekat dengan hasil bumi tanah tropis.
Strategi yang dilakukan oleh pengusaha Bulu Kukus Siliwangi patut diancungi jempol. Melalui bolu kukus bisa mengenalkan kembali makanan yang diolah dengan modern, namun bisa meraih generasi masa kini untuk merasakan sensasi rasa buhun. Dengan hasil olah yang modern, bolu kukus ini mengangkat rasa bahan makanan hasil bumi Pasundan. Seperti alpokat, ubi Cilembu, stroberi Ciwidey, talas Bogor, ketan kelapa, susu Lembang, kopi Bogor dan brownies cokelat. Kita menemukan rasa lokal dalam kemasan Eropa. Salah satu yang bolu yang unik, kita bisa menikmati ubi Cilembu dalam olahan bolu. Sangat lezat disantap sambil meneguk kopi arabika. 

Tegar Pranata (kanan).  
Foto: Ima

Menurut Pak Tegar Pranata (General Manager Boga Karya Siliwangi), bahan baku untuk membuat bolu tetap menggunakan bahan-bahan asli namun tetap diberi tambahan penguat rasa. Sehingga kita bisa membedakan tekstur masing-masing bolu kepekatan rasa manisnya. Saat saya coba semua rasa bolu, yang manisnya sedang ada pada bolu ketan kelapa. Sementara yang suka manis melekat ada di rasa stroberi Ciwidey. Kemudian buat yang ingin merasakan manis alami ada di bolu rasa ubi Cilembu. Kalau sudah sekali coba, sebetulnya saya ingin nambah lagi. Nah, kalau sudah merasa kemanisan, kita tinggal seruput kopi dengan gula sedikit. Itu terasa sedang haus kemudian minum air mineral dingin, rasanya melengkapi keseluruhan rasa. Patut disyukuri karena kita hidup di tanah tropis yang menghasilkan berbagai jenis tanaman. 

Selain rasa, bolu ini dikemas dengan apik. Baik dari sisi desain dus, proses peletakan, hingga ukuran dus yang sesuai dengan ukuran bolu. Nah, saya mau sedikit cerita tentang Ibu saya waktu masih muda. Beliau pernah membuat dan menjual bolu kukus. Bedanya, dulu belum ada mixer, Ibu saya menggunakan alat aduk manual untuk membuat beberapa pesanan bolu kukus. Bisa dibayangkan bagaimana dia membuat beberapa loyang dalam satu waktu, pasti capek sekali. Otot tangan bekerja lebih banyak untuk menghasilkan tekstur bolu yang lembut.


Gerai Siliwangi Bolu Kukus, lokalitas yang dikemas minimalis.
Foto: Ima

Sementara ini dengan perkembangan ilmu teknologi, kebutuhan pengusaha kuliner dapat terfasilitasi oleh para ahli mesin. Sehingga untuk membuat bolu kukus tidak hanya untuk memenuhi satuan produk saja, tapi bisa dibuat hitungan ribuan dalam waktu singkat. Penggunaan mesin tak hanya dalam proses pembuatan bolu, termasuk membuka telur dan mengemas bolu tak ada sentuhan langsung dengan tangan. 

Proses pembuatan bolu kukus seperti ini dilakukan oleh industri makanan oleh-oleh Bulu Kukus Siliwangi. Dulu ketika mereka mengawali usaha ini, membuka telurnya harus dibuka satu-satu yang jumlahnya sangat banyak. Sehingga butuh ketekunan dan teliti agar tidak ada kulit telur yang masuk. Sekarang, untuk membuka telurnya menggunakan mesin khusus pembuka kulit telur, sehingga selain cepat kulit telur terbuka dengan sempurna.


Masyarakat mencoba berbagai jenis rasa Siliwangi Bolu Kukus.
Foto: Ima
Kemudian dari segi kemasan, kalau kamu perhatikan, ukuran dus untuk mengemas bolu pas dengan bolu-nya. Sehingga nyaris tidak ada jarak udara antara bolu dengan kertas dus. Langkah ini sebagai upaya untuk mengurangi bakteri berkembang biak diantara bolu dan udara kosong. Karena proses yang higienis, berpengaruh pada daya tahan bolu yang lebih lama. Bahkan cukup di simpan di suhu udara ruangan pun tetap aman hingga 4 hari. 

Kegigihan dan ketekunan yang dilakukan oleh Pak Tegar Pranata untuk mengeksekusi ide usaha kuliner sangat inspiratif. Hasil kreasinya ini dapat dinikmati oleh banyak orang dan tentunya membuka lapangan pekerjaan buat orang-orang. Kreatifitasnya dalam menghadirkan panganan oleh-oleh sangat menarik, karena melalui usahanya ini menjadi bagian penting dalam membangun bangsa.
Suasana di Kopi Dewa, seduh dan bincang kopi.
Foto: Ima
Pertemuan dengan Restu-Uge dari Kopi Dewa sekitar tahun 2016, seperti mempertemukan pengetahuan kopi yang tertimbun lama dalam lautan. Setiap jeda seperti dipersiapkan untuk sebuah pertemuan lalu kembali menyambung dan menumbuhkan berbagai elemen. Sebelum bertemu mereka, saya hanya menikmati kopi tanpa tahu pernak pernik di dalamnya. Lalu saya pun mulai diajaknya untuk mengenal satu persatu rasa kopi dengan menggunakan berbagai alat-alat seduh. Bereksperimen memandukan berbagai jenis kopi dengan tingkatan suhu air, jenis kopi, jenis sangrai, hingga tingkat giling kopi. Sangat menyenangkan. 

Di komplek perumahan Bahagia Permai Raya Margacinta, lokasi Kopi Dewa tumbuh berkembang. Disana kita bisa menikmati kopi dari berbagai pegunungan. Untuk menikmatinya, kita bisa minta diseduhkan dengan alat-alat manual brew ataupun mesin kopi yang tersedia. Meski tersedia mesin kopi, di ruangan itu kita seperti masuk ke dalam museum alat olah kopi. Mulai dari alat roasting rumahan, pembuatan kopi espresso dengan rok presso, moka pot dan mesin listrik canggih, alat-alat seduh seperti V60 dengan berbagai warna, Vietnam Drip, French Press dan sebagainya. Kamu tinggal pilih mau mencoba menyeduh jenis kopi olahan seperti coffe lattee, es kopi, cappuccino, espresso, javanese. 


Kopi yang diseduh V60 lalu ditambah es.  Ini, segar!
Foto: Ima

Dengan persediaan alat seduh kopi di Kopi Dewa, kamu boleh mencoba alat seduh yang kamu mau. Cukup mengeluarkan goceng kamu bisa seduh sendiri, seruput rame-rame lalu cuci sendiri. Program #SeduhGoceng ini menarik sekali, kita bisa menentukan jenis kopi, menggiling kopi, menggunakan alat seduhnya untuk membuat kopi yang kamu mau. Sehingga, selain bisa menikmati kopi segar, kita mendapat pengalaman seduh kopi dan tips-tips menyeduh yang tepat.

Sebetulnya hal yang menarik dari #SeduhGoceng di Kopi Dewa selain menyeduh itu sendiri, kita dapat pengetahuan dan cara-cara tepat menyeduh kopi. Jadi kalau kita punya alat seduh tapi tidak bisa menggunakannya atau tidak punya alat seduh tapi ingin mendapatkan pengalaman menyeduh sendiri. Kopi Dewa menyediakan semua alat yang kita mau coba dan mereka siap memberi pengetahuannya. Kita bisa berbincang tentang kopi dari hulu ke hilir hingga diskusi memperlakukan kopi yang baik.

Disana saya mencoba membuat coffee latte dari mulai memilih jenis kopi, menakarnya, menggiling, lalu mulai membuat latte art meski hasilnya berantakan.  Meski hasilnya berantakan, saya senang, saya tidak seperti orang asing, karena bisa belajar langsung melalui orang-orang yang mengenal seluk beluk dunia perkopian. 



Begitu masuk dan bertemu dengan orang-orang Kopi Dewa, saya menemukan ruang bincang, ruang yang membuat saya lebih terbuka pada pergerakan dunia kopi. Kalau dalam posisi seperti ini, saya jadi ingat bahwa ilmu yang kita miliki itu hanya setetes dari lautan, semakin kita mempelajari sesuatu, semakin kita tidak tahu apa-apa karena ada saja pengetahuan baru yang kita temukan dari proses mempelajarinya.

Proses awal pertemuan dengan Restu-Uge dan “virus” manual brew yang ditularkannya, membuat saya pelan-pelan mengumpulkan beberapa alat seduh. Pertama yang saya punya adalah vietnam drip, meski tadinya kepayahan untuk menyeduh kopi dengan menggunakan alat ini. Karena seringkali bijinya ikut berjatuhan ke gelas hingga karakter rasanya mirip kopi tubruk. Beberapa kali dilatih-dicoba terus menerus, sampai akhirnya vietnam drip selalu jadi alat seduh favorit saya setelah V60. 



Lalu mulai beli V60, diawal-awal tahun ini saya sering kesulitan cari kertas saringnya. Sampai akhirnya menemukan kertas saring di supermarket yang kebetulan tidak jauh dari rumah. Itu pun kadang stoknya habis. Mulanya di supermarket itu tidak tersedia kertas V60 dan peralatan seduh kopi terbatas. Hanya tersedia beberapa item. Lama kelamaan, kebutuhan saya mulai terpenuhi dan beberapa item alat seduh kopi bertambah. Bisa jadi tingkat antusias masyarakat menyeduh kopi segar di rumah mulai meningkat.

Rupanya, beberapa tahun belakang ini, pengetahuan seduh menyeduh perkopian semakin terbuka. Banyak diantara kita yang kerap memberikan edukasi tentang kopi Indonesia yang berkualitas dan perlakuan cara menyeduh kopi pun semakin bertambah. Tak hanya orang-orang yang senang berbagi pengetahuan tentang kopi, tapi bermunculan pula orang-orang yang melek kopi dan mau mempelajarinya.

Mencoba seduh pakai V60 lalu dianalisa rasa oleh Restu.
Foto: Agil

Kesadaran itu bisa jadi hadir atas edukasi yang terus menerus. Baik event lomba seduh kopi yang dilakukan oleh penggiat kopi yang memancing banyak komunitas. Pemerintah menangkap geliat ini dan melihat potensi kopi di tengah masyarakat. Hingga akhirnya pemerintah pun ikut mendukung dengan mengadakan event rutin dan membuka berbagai peluang yang bisa meningkatkan potensi kopi dari hulu ke hilir.

Bertahun-tahun kita dimanjakan oleh kopi dengan bentuk kemasan dengan takaran rasa yang terukur. Namun berdasarkan pertumbuhan dan studi kopi semakin berkembang. Pergerakan sosial kebudayaan 'ngopi' ditandai dengan era semaraknya warung kopi di berbagai tempat dengan berbagai konsep.  Kondisi ini menyebabkan komunikasi lintas budaya melalui media kopi.  Dimana konsep menyeduh kopi segar dengan cara seduhnya, dapat memberi pengaruh pada ruang hidup kopi yang selama ini seolah terpendam dan diisolasi atas nama praktis yang dibalut modernisasi.

Masyarakat Indonesia setiap hari semakin terbuka dengan adanya media pendidikan di bidang kuliner. Masyarakat semakin sadar kapasitas potensi alamnya dan pengaruh hasil tani kopi yang mempunyai pengaruh kuat pada ekonomi-budaya. Mulai dari perlakuan pada saat menanam dan memeliharanya hingga bagaimana menikmatinya dengan tepat. Kopi Dewa menjadi salah satu yang konsisten dan terus bergerak menularkan ilmu perkopian hingga menjadi pro aktif meningkatkan perputaran ekonomi yang terkait di dalamnya. Dari petani hingga penjual akhir. 

Helow! Lagi bareng Restu.
Foto: Ima

Buat saya, kopi tidak sekadar menuangkan beberapa sendok bubuk kopi lalu diseduh dengan air panas. Selain proses panjang kopi beserta sejarahnya, kopi kerap membangun ingatan masa kecil yang berkilauan, proses meracik rasa, menyusur sabar dan memaknai tiap jeda.

Bicara kopi selalu membangun ingatan masa kecil, ruang-ruang hidup penuh canda bersama kakak-kakak. Rasa tentram yang tak terbeli. Tak hanya itu, kopi akan membawa saya pada dongeng naga yang diceritakan Abah di pagi hari sambil menyeruput kopi tubruk yang wanginya masih tercium sampai sekarang. Kilau pagi dan panas kopi yang dikucurkan ke pisin, lalu diseruput pelan-pelan. Mata Abah yang penuh cinta dan hangat pada anak-anak.

Kopi tidak sekadar meredakan lelah, tapi lebih dari itu, dalam tiap seduhan menumbuhkan berbagai perbincangan setiap masa yang bisa mengelola jiwa: tawa dan membangun hidup lebih baik.


"Aku tadi buka puasa makan roti isi SKIPPY, Ma." Celoteh anakku.

Kemaren saya tidak bisa menemani anak-anak buka puasa bersama. Meskipun begitu, saya masak makanan untuk buka puasa sebelum pergi. Mulai dari nasi, ikan saus tiram, capcay dan perkedel jagung. Masaknya saja sudah bikin ngiler, apalagi nanti begitu buka. Aaah, anak-anak pasti semangat pikirku. Selain lapar, selera makan mereka pasti bertambah.

Jam 16.00 WIB saya pun berangkat dari rumah karena ada keperluan, begitupun Ayahnya harus ikut rapat bersama teman-temannya. Anak-anak ditinggal dengan Amih dengan keadaan makanan sudah tersedia. Tapi begitu saya datang sekitar jam 8 malam, Amih saya memberi kabar kalau Aden tidak mau buka. Bisa jadi dia kesal karena saya dan Ayahnya tidak ada diwaktu buka. Padahal saya sudah bilang, kalau kami tidak buka di rumah sebelum dia tidur siang.

Saya tanya ke Aden, memastikan dia sudah buka atau belum. Ternyata dia buka dengan 2 helai roti maryam yang diolesi selai kacang kesukaannya yaitu SKIPPY. Rupanya Aden juga pergi taraweh diajak teman-temannya. Oh, bisa jadi dia tidak mau melahap makanan yang ada di meja karena begitu bangun kami sudah tidak ada, lalu mood-nya jelek, jadi dia tidak mau buka dengan nasi dan teman-temannya. Tapi saya legaaa sekali begitu Aden cerita dia memanggang roti maryam sendiri dan mengoleskan selai SKIPPY di atasnya. Mood Aden jadi naik lagi bahkan dia semangat taraweh sekalipun tidak bareng saya dan Ayahnya. 





Memang sih, kalau anak-anak ditinggal-tinggal, saya suka menyiapkan roti tawar atau roti maryam lengkap dengan selai seperti SKIPPY atau roti isi untuk makan. Saya fikir kalau bulan puasa dia makan apa saja yang tersedia di meja, namanya juga habis puasa seharian kan. Ternyata dia lebih memilih roti isi juga. Anak saya masih kelas 3 SD, tapi dia suka masak. Masih yang simple-simple sih, seperti panggang roti, bikin mie rebus, orek telur, goreng sosis.

Roti maryam ini biasanya saya beli jadi di supermarket. Ada yang isi 4 dan isi 6. Biasanya yang isi 6 ukurannya lebih kecil dari isi 4. Rasanya manis dan gurih mentega keluar begitu selesai dipanggang. Kalau bikin sendiri agak repot juga, pernah coba dan... gagal, hahahaaa!. Topingnya bisa macam-macam, dicocol ke kari ayam atau yang praktis diberi selai SKIPPY, ditabur cokelat atau dicocol ke madu. Parktis dan bikin kenyang dengan makan 2-3 helai plus susu atau teh hangat.

Cara bikin roti maryam isi selai kacang SKIPPY ini mudah saja. Panaskan wajan anti lengket, setelah cukup panas kecilkan api kompor lalu panggang roti diatasnya hingga keluar minyak-minyak diantara lapisan roti. Bisa di bolak balik biar merata. Setelah matang, angkat dan simpan diatas piring. Saya biasanya langsung saja oles selai kacang SKIPPY dipermukaan roti maryam. Bisa langsung dilahap, digulung atau dilipat agar selai tidak meluber kemana-mana. Sudah. Selesai. Menyantap roti dan selai SKIPPY ini bisa menambah selera makan kita. 





Roti maryam isi selai kacang ini menurut saya sangat padat sehingga mengenyangkan dan hangat ke perut. Selain alasan praktis, rasa selai kacang SKIPPY menambah kelezatan roti maryam yang sudah manis mentega. Tekstur selai kacangnya juga lembut dan Jadi menyantap makanan seperti ini membuat kita kembali segar setelah puasa seharian.



Blogger Gathering Bersama Umami

Salah satu kenikmatan terbesar yaitu bisa enak makan dan mempunyai tubuh sehat. Dengan begitu kita bisa memanfaatkan waktu dengan produktif. Untuk mencapai kedua hal itu, kita harus menjaga porsi makan, jenis makanan, bumbu, cara pengolahan, serta kandungan halalnya hingga menata makanan. Sebagai pecinta makanan, berbagai informasi dan pola makan sehat kerap dipelajari dari berbagai sumber. Sampai dapat kesempatan hadir di acara Blogger Gathering With Umami pada tanggal 12 Oktober 2018 di Kapulaga Bistro Bandung.

Awalnya agak ragu datang ke acara ini mengingat banyaknya informasi berseberangan dengan kandungan yang ada didalam penyedap rasa. Tapi saya harus datang agar pandangan lebih terbuka dan mendapat penjelasan langsung dari sumbernya. 


Kiri-kanan: Prof. Purwiyatno Hariyadi, Dhatu Rembulan, MC.


Rupanya peserta gathering cukup banyak, ada sekitar 30 orang blogger dari Bandung dengan berbagai jenis ciri khas kontennya. Ada food blogger, hijab blogger, lifestyle blogger, yang hadir untuk menyimak penjelasan ilmuwan pangan dari IPB yaitu Bapak Prof. Purwiyatno Hariyadi. Tak hanya dari sisi ilmiah, acara ini dihadiri oleh instagramer Mba Dhatu Rembulan dan workshop memasak dengan Chef Deni.

Masing-masing pembicara menjelaskan sesuai kapasitasnya. Prof. Purwiyatno menjelaskan dari segi ilmiah, sementara Mba Dhatu dari sisi ibu rumah tangga yang suka mengolah makanan rumahan untuk keluarga tercinta. Kemudian dari Chef Deni, kami mendapat cara mengolah makanan dan menyajikannya agar menarik selera. Dalam suasana ruang Kapulaga dan cuaca Bandung cukup hangat siang itu, dari ketiganya kami mendapat pencerahan menarik tentang bumbu masak yang selama ini dikhawatirkan.



UMAMI Itu Apa, Ya?

UMAMI itu rasa gurih dalam bahasa Jepang. Seperti kita tahu, cita rasa dasar makanan itu ada 5, yaitu manis, asam, asin, pahit, dan yang kelima rasa UMAMI. Gurih. Rasa gurih ini sulit untuk dideskripsikan tapi memberi kenikmatan rasa pada makanan. Rasa-rasa seperti manis, asam, asin dan pahit itu punya identitas rasa yang kuat. 



Pada permukaan lidah manusia itu ada 3 jenis taste papillae: manis, asin, pahit. Manusia dewasa terdapat 7500-12000 taste buds, taste buds terdiri dari sel rasa pada permukaannya mempunyai reseptor rasa. Beberapa titik reseptor rasa ini menangkap rasa gurih. UMAMI. Rasa umami bisa kita dapatkan dari MSG (monosodium glutamat) atau masyarakat kita mengenal dengan sebutan micin/mecin Aji-no-moto.



MSG, Aman Gitu?

Bicara MSG rasanya jadi agak canggung mengingat banyaknya informasi yang masif di berbagai media. Tapi saya terus menyimak untuk mengetahui lebih dalam kandungan Glutamat dalam mecin. Ternyata menarik, zat ini ditemukan oleh ilmuwan Jepang bernama Dr. Kikunae Ikeda tahun 1908. Rupanya dia berhasil mendapatkan rasa enak dari komponen utama dalam konbu yang mengandung asam glutamat (glutamic acid/glutamate). Konbu yaitu sejenis rumput laut yang menjadi bahan dasar Dashi. Dashi adalah kuah yang menjadi semua makanan Jepang. Jadi di Jepang sana, Dashi atas kuah ini sangat dibutuhkan sebagai komposisi makanan utama.

Sementara bahan baku MSG dalam Ajinomoto pun terbuat dari bahan alami yang menghasilkan asam glutamat. Di Indonesia Aji-No-Moto dibuat dari tetes tebu dan singkong, lalu kedua bahan ini difermentasi, prosesnya sama seperti membuat kecap dan tape. Kedua bahan dasar itu difermentasi menggunakan mikroba lalu berubah menjadi asam glutamat berbentuk kristal MSG. Karena bentuknya kristal kering makanya tidak tumbuh mikroba, sehingga MSG tidak membutuhkan zat pengawet. Glutamat ini mengandung asam amino yang dibutuhkan sebagai sumber protein untuk tubuh. Menarik bukan, kita bisa bernafas lega. 



Upaya Dr. Kikunae Ikeda membuahkan hasil, melalui MSG kita bisa mengolah berbagai makanan rasa yang lebih lezat. Dengan rasa yang enak tentu saja bisa meningkatkan selera makan dan respons tubuh pun baik saja asal digunakan sesuai porsinya. Jika kita menikmati makanan, zat gizi akan terserap dan diterima dengan baik oleh tubuh. Karena unsur syaraf kita akan menyalurkan informasi yang menyenangkan pada berbagai bagian tubuh. Berdasarkan penelitian bertahun-tahun oleh berbagai badan kesehatan dunia bahkan Departemen Kesehatan Indoensia, MSG ini sudah diakui keamanannya dan tidak memiliki efek samping.

Di Indonesia sendiri, UMAMI bisa diperoleh dari tempe, terasi dan kecap manis. Jadi MSG ini mempunyai fungsi yang sama seperti penyedap rasa lainnya melalui proses-proses fermentasi dari bahan baku alami. Tak hanya di Jepang dan Indonesia, di Malaysia masyarakat kerap menggunakan balachan (udang) dan maggi goreng, di Peru menggunakan daging dan tomat, Amerika biasa menggunan caesar salad, tomato catsup, tomato paste, salsa, dll.

Itu artinya manusia dari belahan manapun berusaha mendapatkan formulasi rasa makanan yang enak, dinikmati dengan sepenuh hati dan tetap memberi manfaat bagi tubuh.



Mengolah Makanan

Ditengah penjelasan Prof. Purwiyatno Hariyadi, Mba Dhatu menguatkan pengalaman cara membuat Mpasi (makanan pendamping ASI). Dia cerita setiap membuat pure kentang, sayuran giling untuk anaknya yang sudah mendapat makanan tambahan, Mpasi-nya selalu diberi mecin maupun masako. Alhasil selera makan anak jadi meningkat dan sejauh ini tumbuh kembangnya bagus/sehat. 



Jadi kalau boleh berkesimpulan, mecin itu punya posisi yang sama layaknya penyedap rasa yang lain seperti gula, garam, pala, lada, dll. Jika digunakan sesuai porsi, artinya tidak berlebihan maka olahan makanan itu justru menjadi baik bagi tubuh. Kalau berlebihan, beberapa kondisi tubuh akan menolak dan memberi efek yang tidak baik.

Setelah mendapat penjelasan yang ilmiah tentang proses pembuatan MSG, kami diajak untuk mengikuti proses pembuatan mie kocok dan chicken milanese valdostana. Saya cukup bersemangat melakukan proses ini. Chef Deni memasak makanana sesuai fungsi utama makanan, yaitu sebagai zat gizi, sumber kehidupan (eat to live), dan sumber energi diantaranya protein (asam-asam amino), minerals dan vitamins. Dari mie kocok ada protein dari kikil, karbohidrat dari mie, dan asam amino dari msg. Dan dipercantik untuk dinikmati dengan asik dengan taburan bawang goreng dan seledri. Tampilan dan warna mie kocok jadi lebih cantik.



Begitupun ketika masak daging ayam atau chicken milanese valdostana, kami dilihatkan cara membalur daging mentah dengan lada, garam, mecin, bumbu rempah khas Italia diantaranya basil, oregano, dan rosemary. Kemudian digoreng sampai matang diatas teflon dengan sedikit minyak. Setelah matang, daging ayam ditata dengan apik dengan sayuran dan saus creme. Benar-benar menggugah selera, tentunya bisa dinikmati (meal to enjoy), aroma yang wangi, tekstur yang menarik dan keberterimaan oleh tubuh.

Melalui Chef Deni, kami mengolah makanan yang memenuhi fungsi-fungsi itu. Beliau memaparkan penting sekali mengolah makanan dengan memperhatikan berbagai hal. Baik dari bahan baku, bumbu, cara membersihkan hingga alat-alat masaknya. Jangan-jangan kualitas makanan yang kurang baik karena alat masaknya tidak steril. Begitupun cara penyajian (plating) makanan sebaiknya sesekali dilakukan di rumah, ini bisa membuat suasana makan lebih menarik dan menimbulkan rasa gembira. 

"Saya sebagai orang kuliner selalu kecewa jika ada lontaran-lontaran yang mengatakan bahwa mecin itu tidak baik untuk tubuh sampai ada ungkapan generasi micin.  Karena kenyataanya mecin malah mengandung asam amino yang baik untuk tubuh."  Ungkap Chef Deni diakhir acara masaknya.  



Dari hasil gathering ini saya mendapat banyak pelajaran. Jika mendapat informasi tentang sesuatu, harus cari juga informasi dari sumbernya agar tidak khawatir dan ragu dalam melahap makanan. Lalu hal yang digarisbawahi bahwa makanan itu harus disyukusri, dinikmati dan gembira menyantapnya. Dengan begitu tubuh juga akan menyerapnya dengan sempurna. Kemudian perhatikan kondisi bahan baku, cara mengolah, alat masaknya agar makanan terolah dengan baik dan steril. Jadi makanlah dengan menyenangkan dan dapatkan hidup yang lebih baik.


Tentang kopi. Aku sudah jatuh cinta pada kopi ketika masih remaja. Kopi kerap jadi teman belajar mengerjakan PR. Oh, bukan sejak remaja tapi jauh dari itu, saya sudah naik pohon kopi sejak kanak-kanak. Menggigit-gigit kopi masih dalam bentuk cheri lalu bermain-main di rantingnya. 

Setiap pagi kerap melihat Abah (kakek) menyeruput kopi di atas pisin. Dia tuangkannya kopi panas ke atas pisin lalu dibiarkan agak hangat kemudian disruput. Saya cuma melihat disebelahnya. Kemudian dia melahap roti kadet kukus isi mentega gula. Matanya yang biru agak keputihan menerawang ke meja kursi bikinannya. Pagi itu, hanya kaos putih swan melekat dibadannya lengkap dengan kopiah hitam. Dia Abah penyayang cucu. Suka mengajak kami ke kebun binatang melihat gajah dan binatang lainnya. Sejak itu, saya suka wangi kopi.

Wangi kopi itu membawa saya dan suami menuju halaman Gedung Sate di hari Sabtu tanggal 13 Oktober 2018. Ada puluhan tenda yang menyediakan beragam jenis kopi Jawa Barat, petani kopi, alat seduh kopi, hingga merchandise yang ditawarkan. Saya seperti berenang di lautan kopi, meski saya tahu, saya tidak boleh sering-sering minum kopi karena kondisi lambung yang harus dijaga. Tapi bisikan hati saya begitu kuat mengarahkan saya ke acara Ngopi Saraosna jilid #6. Rupanya, memang menarik. 


Salah satu stand kopi yang unik.

Saya masuk dari pintu gerbang pinggir pintu Gedung Sate, seperti biasa jalanan macet. Kami datang ke sana tidak direncanakan, tapi memang kebetulan habis ada keperluan dari suatu tempat. Ternyata saya masuk dari pintu belakang acara Ngopi Saraosna. Disana ada satu stand dengan terhampar lantai kayu lengkap dengan meja kursi kayu yang alami.

Ada pintu masuk menuju tempat yang lain, rupanya tenda-tenda putih dengan label nama penjual kopi berderet panjang memenuhi jalan aspal halaman. Di atas jalan dihiasi bendera-bendera segitiga seperti sebuah pesta rakyat tengah berlangsung. Menarik. Anak-anak muda dengan passion yang tinggi terlihat dari raut mukanya. Ada cinta hadir yang menghidupkan suasana acara. Kopi yang tadinya hampir hilang identiasnya dari belahan bumi Jawa Barat, kini seperti kembali menampakan akar mulanya. Kini masyarakat mulai bisa mencecap rasa kopi berkualitas yang lahir dari tanah leluhur. 


Kopi seduhan Kang Hendi.



Seperti pertemuan saya siang itu dengan salah satu teman masa SMA. Oh, ya, saya tahu acara ini dari grup alumni SMA, Hendi namanya. Dia menjual kopi jenis arabika dari Gunung Palasari. Menariknya lagi, dia sudah mengelola jual beli kopi ini sejak 3 tahun lalu diajak oleh mertuanya yang menangkap potensi Hendi. Dia cerita, biasana pohon kopi itu harus ditanam ulang setiap 7 tahun sekali, tapi yang terjadi setiap kali panen, kondisi biji kopinya malah semakin bagus. Malah sampai dilakukan pembibitan karena kualitas jenis kopi ini termasuk langka.

Sebelum Hendi cerita tentang romantisme pohon kopi dan membuatnya jatuh hati, kami ditawari segelas kecil kopi seduhannya. Warnanya segar dan wanginya seperti buah yang baru dipetik. Begitu disruput, rasa kopi merata disetiap sudut fungsi rasa lidah. Segar sekali. Seperti menghidupkan setiap sel baik dan membuat hati kita riang gembira.

Betul saja, kebun pohon kopi yang dikelola mertua Hendi punya keistimewaan. Batang pohonnya besar dan punya DNA yang unik. Sayapun memutuskan untuk memiliki sebungkus kopinya untuk persediaan di rumah. 




Tak hanya Hendi yang menyediakan kopi segar khas Jawa Barat, tapi stand-stand lain pun menyediakan kopi hijau hingga yang sudah disangrai. Boleh dibilang Ngopi Saraosna buat saya surganya kopi, karena pengunjung bisa mendapatkan kopi dari berbagai gunung Jawa Barat, seperti kopi yang ditanam dari Gunung Manglayang, Gunung Padang Cianjur, Gunung Puntang, Malabar, dll. Kita bisa beli dari ukuran 200 gr hingga berkilo-kilo. Karena memang ada yang menjual kopi kiloan. Pengunjung bisa beli bijian, tapi bisa juga ikut digiling di tempat kalau pembeli tidak punya alat giling di rumahnya.

Sebetulnya saya baru kali ini datang ke acara Ngopi Saraosna setelah berjilid-jilid berlangsung. Ada aja kondisi yang membuat tidak datang, ya, mungkin kemarin waktu yang pas pisan. Jadi euforia-nya cukup lama, euy. Situasi dan pertemuan dengan beberapa teman di acara ini masih melekat diingatan. 


Pengunjung antri untuk mencecap free coffee.


Selama dua hari acara, di hari Sabtu itu cukup banyak acara. Ada panggung utama yang menyajikan berbagai artis untuk menghidupkan suasana. Beberapa stand juga menawarkan pengunjung untuk membeli kaos maupun kopi, keuntungannya digunakan untuk galang dana korban gempa di Sulawesi Tengah. Kemudian di stand yang lain, sekumpulan anak-anak muda ikut kelas seluk beluk dunia kopi dan seduh kopi dengan pemateri yang handal. Kemudian ada lomba seduh manual brew, sayangnya saya tidak lihat proses lomba ini. Cuma sempat dengar suara MC yang mengumumkan acaranya dengan menggunakan kopi dari Cianjur.

Semakin sore suasana Ngopi Saraosna #6 makin rame pengunjung, musik juga kian hingar. Di stand dekat panggung pengunjung berbaris untuk mendapatkan free coffee dengan hasil seduhan barista handal dengan jenis kopi khas Jawa Barat. 


Kesempatan foto bareng dengan Ibu Atalia Kamil.



Ditengah keramaian, rupanya ada Ibu Atalia Kamil yang ikut menikmati suasana acara. Beberapa pengunjung ikut foto bersama, kesempatan ini saya ambil juga. Ajaibnya saya mudah aja dapat kesempatan foto bareng yang diambil sama suami saya, jadi hasilnya menarik. Ibu Atalia cantik dan lembut sekali, saya kebetulan sedang memegang gelas isi kopi. Dia bilang,”Hati-hati kopinya tumpah,” Seneeeng deh dapat perhatian seperti itu dari Ibu Gubernur Ridwan Kamil.

senang sekali dapat kesempatan datang ke acara yang sudah lama sekali saya tunggu-tunggu. Sekalinya dapat waktu yang pas, suasana acara memberi banyak pencerahan tentang gerak gerik pertumbuhan dunia kopi Jawa Barat. Berbagai pihak dan masyarakat semakin terbuka terhadap sumber daya kopi dan penggiatnya. Mulai dari petani hingga penjual eceran berupa segelas kopi. 





Kopi bukan sekedar diteguk, tapi membangun ruang pergerakan budaya masyarakat sendiri. Melalui segelas minuman ini bisa menghadirkan berbagai orang dalam bentuk komunitas dan menciptakan berbagai kreatifitas, baik wacana hingga bentuk nyata. Terimakasih sudah diselenggarakan acara Ngopi Saraosna, sangat inspiratif.


“Mama, ice cream buatan Mama, enaaaaak!” Begitu sorak sorai anak-anak ketika melahap sedok demi sendok ice cream Haans rasa vanila.

Seneng ya kalau anak-anak merasa puas dengan makanan yang dibuatkan. Padahal saya bukan Ibu yang pandai memasak, karena masakannya itu itu aja. Dari pancake, brownies, bolu, donat, pokoknya yang sederhana dan disukai anak-anak. Itu pun karena saya selalu dibantu oleh bahan yang sudah lengkap keluaran Haans. Termasuk Ice Cream yang disukai anak-anak itu. Kita tinggal masukan bubuk ice cream, tambah air es lalu mix selama 3-5 menit lalu simpan di freezer. Anak-anak pun merasa keren banget punya Mama bisa bikin Ice Cream.

Begitu ada acara Sweet Today 5.0 yang diselenggarakan oleh Colatte and Haans di Hotel Horison Ultima Bandung, buat saya kesempatan bisa ikut dan semakin membuka dunia masak memasak. Lewat acara ini saya jadi tahu beragam dasar produk yang bisa menghasilkan makanan lezat dengan langkah-langkah mudah. Sayang sekali kalau dilewatkan, karena demo masak akan dipandu langsung 2 chef handal, Chef Arief Maulana yang spesial di bidang pastry dan Chef Nina Bertha-saya sering melihat programnya di televisi. 


Selain itu, para ibu zaman sekarang itu kan asik sekali posting foto makanannya di akun medsosnya. Di acara ini ada pelatihan food Photography bersama Sefa Firdaus. Coba deh lihat dan pelajari cara pengambilan gambar Ibu Sefa, bagus dan menarik. Soul-nya si makanan itu terasa sekali. Nah, kesempatan kali ini ,para ibu diberi tahu cara pengambilan foto dengan handphone agar foto makanan karya sendiri pun bisa terlihat menarik.



Sweet Today 5.0

Kalau perempuan berkumpul dan bicara tentang masakan dan makanan, hasilnya suka unik, menarik dan berkembang. Sama halnya ketika saya datang ke acara Sweet Today 5.0 , rupanya selain sharing ilmu memasak dan food photography, ada pula lomba mengkreasikan makanan dengan bahan dasar Haan, Bendico & Colatta oleh 6 komunitas. Hasilnya bagus-bagus dan memikat, bawaanya jadi ingin icip-icip. Saya sampai takjub sendiri, karena hasil olahan itu dibuat oleh tangan kreatif para ibu dengan langkah-langkah mudah. Jreng! Jreng! Semua ibu ternyata bisa banget membuat makanan dengan bahan-bahan yang disediakan Haans, Bendico dan Colatta. 





Lomba Memasak

Kota Bandung merupakan kota ke-5 setelah acara Sweet Today yang diadakan di Jabodetabek dan Surabaya. Sebelum acara yang menurut saya terbilang akbar-karena peserta yang mengapresiasi acara ini ada sekitar 200 orang-perusahaan yang terkenal mengusung bahan-bahan adonan kue sering mengadakan pelatihan/demo masak ke komunitas ibu-ibu di berbagai kota. 



Aktifitas ini bisa membuka kegemaran para ibu mengolah masakan menjadi lebih asik dan menyenangkan. Bahkan banyak diantara para ibu yang ikut pelatihan berharap bisa menambah keterampilan masaknya untuk mengelola bisnis makanan. Ternyata sebelum acara besar dengan tema Sweet Today-PiliHaan Ibu Semua Bisa, PT Gandum Mas Kencana sudah sering juga mengadakan pelatihan memasak dengan komunitas-komunitas para ibu. Mereka mendatangi langsung komunitas, lalu demo masak bersama-sama. Kegiatan ini tentu bisa menginspirasi kreatifitas para Ibu.

Nah, acara Sweet Today 5.0 ini ada lomba membuat kue dengan menggunakan bahan dasar produksi PT Gandum Kencana. Dari 12 komunitas, yang berhasil masuk lomba ada 6 komunitas. Semua kebutuhan dasar komunitas untuk membuat kue disediakan oleh perusahaan, dikirim ke tempat, lalu diolah oleh peserta dan hasilnya dibawa ke acara Sweet Today 5.0 untuk dilombakan. Ada yang membuatnya dari 1 hari sebelum acara, ada yang membuat malam hari. Hasil-hasil karyanya menarik dan bagus-bagus.

Para perempuan yang kreatif yang berhasil lolos dilombakan yaitu dari komunitas Sabumi, Dapur Katumbiri, Natural Cooking Club Bandung, Emak Pintar Bandung, Ikatan Wanita BRI Sumedang, Cooking & Baking Creativity. Mereka menyajikan kreasi masakan yang beragam dan bisa dipastikan rasanya pun lezat. 





Launching Produk

Peserta yang daftar ke acara ini cukup membeli tiket Rp. 100.000 untuk mendapatkan kelas workshop , makan siang dan goodie bag. Dari 200 peserta acara yang hadir di acara ini antusias sekali. Mereka punya energi yang sama, yaitu ingin mendapatkan inspirasi dan ilmu memasak yang bisa diaplikasikan untuk beragam tujuannya. Bayangkan, acara mulai jam 10.00 wib, tapi jam 09.00 wib peserta sudah cukup banyak lalu mencari kursi paling strategis. 



Sambil menunggu acara dimulai, para peserta dihibur oleh pertunjukan musik dengan lagu-lagu yang menyenangkan. Suasana tertata apik dan menarik. Di kiri kanan panggung terdapat layar untuk pemutaran video maupun presentasi. Sesekali peserta yang sudah mendapatkan kursi keliling gedung untuk melihat, memotret sajian kue-kue dan resep karya para komunitas yang lomba.

Tak lama kemudian, acara pun dimulai. Rupanya ada kejutan yang menarik, Colatta dan Haan launching produk baru. Tepatnya ada 2 jenis, yaitu Colatta Crunchy Spread (selai cokelat dengan tekstur crunchy) dan Haan Brownies Pounch (brownies cake mix) dengan harga yang lebih ramah dan cara membuatnya pun sederhana sekali. Rasanya? Nah, nanti diceritakan di saat demo masak. Karena peserta mendapat kesempatan icip-icip kue hasil olahan para chef. 



Launcingnya cukup meriah, kami dihibur oleh musik dan tarian khas Sunda, mungkin karena acaranya di Bandung jadi tarian yang disajikan pun khas setempat.



Demo Masak Bersama Chef

Ini dia momen yang ditunggu-tunggu, demo masak bersama Chef Arief dan Chef Nina. Karena pesertanya banyak dan ruangannya besar sekali. Jadi kami melihat proses masaknya di layar besar yang disediakan di kiri dan kanan panggung.

Chef Nina dan Chef Arif performing masak berbagai makanan berbahan dasar produk Colatta dan Haans, diantaranya Cheese and Crunchy Chocolate, Pie and Chocolate Brownies dan Colatta Crunchy Mooncake. Menarik sekali melihat interaksi dan cara penyampaian kedua Chef, diantara langkah-langkah mengadon bahan dasar, mereka selalu memberi tips. Misalnya memperagakan cara mencetak mooncake agar hasilnya bagus, cara bakin pie agar hasilnya bagus, tanda-tanda brownies yang hasilnya bagus yaitu yang mengkilap dan retak-retak. Saya malah baru tahu ciri-ciri brownies bakar yang berhasil seperti apa. Saya tahunya, ikutin semua cara dan takaran bahan, setelah jadi langsung makan. Kalau enak berarti berhasil. Hehe... 



Setiap selesai demo satu resep, peserta mendapat kesempatan nyicip makanan yang diolah. Saya jadi ada inspirasi membuat pie and chocolate brownies, ternyata mudah sekali membuatnya. Terutama begitu membuat adonan brownies Haans. Sesekali buat acara kumpul keluarga dan jual di toko-toko kue.

Demo masak ini berlangsung cukup lama sampai diselingi makan siang dulu karena memang waktunya untuk makan siang. Meskipun peserta cukup banyak, makan siang peserta terpenuhi dengan baik dengan menu yang spesial.



Food Photography Bareng Ibu Sefa Firdaus 



Sesi foto makanan ini salah satu yang ditunggu, begitu lihat akun instagram Ibu Sefa Firdaus saya langsung jatuh cinta. Hasil foto-fotonya bagus sekali. Begitu sampai rumah tips dan trik motret makanan dengan smartphone langsung dipraktekan, dan BELUM BERHASIL!. Ya, namanya juga belajar.

Saya coba bagi di tulisan blog ini, ya. Ada beberapa tips yang bisa kamu perhatikan, diantaranya:

1. Kenali handphone anda: coba fitur semua yang ada di kamera, bersihkan lensa, aktifkan garis bantu (grid line).

2. Lighting:

- Kenali sumber cahaya yang akan digunakan, ada yang natural dan artificial light (cahaya buatan).

- Modifikasi cahaya yang akan digunakan: dengan diffuser dan tanoa diffuser

- Pantulan cahaya (bounce): dengan reflektor dan tanpa reflektor

3. Dengan Konsep

- Rustic

4. Komposisi (rule of third)

- Rule of Third

- Negative Space (ruang kosong)

- Kurva S

- Segitiga (triangle)

5. Sudut pengambilan

- Eye level (sejajar)

- ¾ (45 derajat)

- Atas (Bird Eye View)

6. Food Styling

- Pelajari “Hero” (makanan) yang akan difoto.

- Siapkan props dan garnish (taburan)

- Tentukan mood/suasana foto yang ingin ditampilkan.

- Siapkan “hero”

- Siapkan background/alas foto yang sesuai (Brigt BG)

7. Edit Foto

Langsung dari kamera.

Melalui Ibu Sefa Firdaus saya banyak mendapatkan ilmu motret agar hasil fotonya bagus. Karena makanan enak kalau ahsil fotonya kurang menarik, kurang bisa meyakinkan dan mewakili rasa si foto dalam memberi gambaran cita rasa makanan tersebut. 



Jadi momen Sweet Today 5.0 yang diselenggarakan cukup memberi inspirasi untuk terus bergerak dan berdaya. Sehingga kita bisa memanfaatkan kesempatan kebersamaan dengan orang-orang tercinta dengan menyajikan makanan unik dan lezat dengan cara praktis.



31 Agustus 2018

Imatakubesar