Pagi.  Pagi sekali di bulan Syawal, saya merasa bulan Ramadhan kali ini seperti menguap.  Waktunya terasa lebih cepat dari bulan Ramadhan tahun-tahun lalu.  Pergi begitu saja seperti angin.  Bulan Ramadhan adalah bulan yang spesial, setiap langkah yang kita lakukan mendapat pahala yang banyak bahkan tidur kita pun bernilai ibadah. Di bulan ini, umat muslim wajib tidak makan, minum dan tidak melakukan hubungan suami istri dari fajar hingga terbenam matahari.  Selain mengendalikan hal-hal fisik, kita pun diwajibkan mengendalikan diri dari emosi-emosi negatif.  Seperti , marah, iri, dengki, membicarakan orang lain, sombong, dan lain sebagainya.  Mudah?  Tidak, tidak mudah.  Sekalipun kamu sudah tahu ilmu agama, proses pengendalian diri terutama masalah hati sering menggoda kita.
Malam itu, saya, Alif, Ulu, Mba Ratri dan Euis menelusuri Kota Bandung dengan menggunakan fasilitas Uber.  Ya, bukan Uber yang kita kenal sebagai panggilan pendek untuk daerah Ujung Berung, tapi Uber ini artinya cepat.   Kami memakai Uber ini sama-sama untuk tujuan yang berbeda, Mba Ratri minta berhenti di jalan Sultan Agung (Dago), saya ke Ledeng, Euis ke Dipati Ukur dan Ulu ke Ciparay.  Kami semua diantar sampai tujuan satu per satu dengan driver yang enak diajak ngobrol, kendaraan bersih dan nyaman.  Jangan harap kendaraan ini ada tulisan UBER, karena tak ada tanda-tanda seperti “Taksi”, "Rent Car" atau sejenisnya, jadi kita seolah memakai kendaraan sendiri.  Bahkan, kita tak perlu mengeluarkan uang cash di tempat, tapi begitu kita pesan , naik kendaraannya dan tiba di tempat, pembayaran akan langsung di potong dari kredit card kita.  Dan fasilitas ini ada di Bandung, lho, baru  1 bulan jalan.  Saya fikir, orang yang menelurkan ide ini keren banget dan out of the box, bisa memanfaatkan teknologi dan menciptakan sistem baru dalam dunia transportasi.  


Foto: Ima. Suasana hangat di Bober Cafe saat pertemuan dengan Id Geek Girls.

Foto: Ima. Kue Keju bikinan Ida.
Di awal-awal puasa, sahabat saya sejak SMA-Ida datang ke rumah bareng anak-anaknya yang cantik.  Dia bawakan kue keju dan kue salju, karena tanggal 5 harus sudah mudik ke Padang.  Aduh, pikirku, gawat, kue keringnya sudah datang.  Usianya pasti tidak akan lama karena saya bakal tergoda buat mengicip-icip lalu habis.  Tapi saya bertekad, pengaman toples kue kering ini mau saya buka nanti di hari raya.  Hari raya itu masih lama dan sampai suatu malam, perut tidak tertahankan dan mencari berbagai cemilan.  Ternyata yang ada cumu dua toples kue ini yang masih di plastik dan berpita.  Tekad itu kalah, saya bongkar plastik dan hiasan pita pink yang lucu lalu dilahap beberapa bongkah saja.  Malam berikutnya, rasanya sulit dilupakan, jadi saya pun menyicip dan akhirnya jadi teman menulis disetiap malam. 

Di bulan Ramadhan, malam menjadi ajang seru untuk menyicipi makanan yang tidak bisa dimakan di siang hari karena siang hari tidak boleh makan dan minum.  Setelah pulang taraweh, menjadi momen asik buat ngobrol dengan keluarga sambil melahap beberapa camilan sisa berbuka.  Tinggal di gang itu selalu hangat dengan penjaja makanan seperti cuanki dan baso tahu, jadi, kadang-kadang makanan ini sering menjadi incaran buat jajan.  Nah, kalau sedang tidak ada makanan yang bisa disantap akhirnya kue kering itu menjadi korban. Sepertinya saya tidak akan berhasil mempertahankan kue keju ini sampai hari idul fitri tiba.
Sebagai mahluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi dan berbagi banyak hal.  Blog dan media sosial lainnya merupakan salah satu ‘alat’ bersoasialisasi menembus batas dan waktu.  Dimanapun kita berada, kita dapat membangun, menjaga dan memperbaiki hubungan sosial.  Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang senang memelihara hobinya dengan memanfaatkan blog dan sosial media untuk mengasah dan mengembangkan diri.  Seperti orang yang senang traveling, dia tidak hanya mengabadikan dalam sebuah foto.  Tapi ia dapat memanfaatkan blog untuk mengabadikan perjalannya sehingga semua orang dapat menikmati bahkan mendapat informasi tentang destinasi traveling itu.  Pembaca pun bisa langsung berkomentar sehingga muncul interaksi yang hangat antara blogger dan pengapresiasinya, bahkan blogger dan blogger pecinta hobi yang sama.  Ketika seseorang bertemu dengan sekelompok orang yang memiliki hobi sama, maka disini akan terbangun sebuah kehidupan menarik.  Salah satunya blogger. 

Dokumen: Blogger Bandung
Hari Jumat tanggal 3 Juli 2015, momen "Basreng atau Buka Puasa Bareng Blogger Bandung dan Kaos Gurita” menjadi ajang kumpul Blogger Bandung di Piset Square Mall Buah Batu.  Selama ini, para blogger mempunyai kehidupan sendiri di balik aktifitas dan kreatifitas memaksimalkan fungsi blog, menciptakan rangkaian kalimat unik dan foto-fotonya.  Saya sendiri merasa, ajang pertemuan dengan para blogger selalu memberi amunisi dan energi semangat berkarya lebih baik dan tentunya memelihara jaringan.  Beberapa blogger yang datang sudah kenal, ada juga yang kenal sebatas di media sosial lalu menjadi lebih akrab saat bertemu langsung.  Ternyata, hubungan baik di dunia maya perlu dipelihara dengan pertemuan  langsung.  Kami sepakat, di acara ini tidak ada yang ngoprek gadget untuk berbagi aktifitas di media sosial.  Sehingga pertemuan dengan para blogger pun menarik, obrolan menjadi beragam, tentang anak, jerawat, oncom, makanan pedas, bahkan ada yang mencuri-curi latihan foto gorengan dan cabe di suatu sudut meja.  Makin lama suasana semakin bertambah renyah dari berjabat tangan hingga melaju ke aktifitas memicu adrenalin dan tawa seperti gorengan yang menjadi sajian di sore itu.  Membumi dan akrab di lidah.