Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan


Aku baru tahu ada istilah healthy bounderies, ternyata istilah ini sebuah ilmu hidup tentang melakukan batasan yang dibuat oleh seseorang untuk memastikan orang tersebut tetap merasa stabil secara mental dan emosional.  Sementara itu, boundaries (batasan) menjelaskan tentang ruang atau jarak antara diri kita dengan orang lain agar tetap nyaman.


Tidak mudah menjaga keseimbangan diri sendiri ketika dinyatakan ada sesuatu yang berbahaya di tubuh sendiri.  Dalam keadaan ada sesuatu yang tidak aman di dalam tubuh, kita perlu menjaga ketenangan pikiran dan hati. Saat  itu mental pasti sedang tidak stabil, keadaan tidak mempercayai hasil tes, khawatir dan takut dalam menjalani pengobatan maupun menghadapi hasil akhirnya. Kepala dan hati saling beradu. Dalam kondisi ini perlu dikuatkan dari dalam.  


Dengan hati tenang, kondisi fisik dan mental lebih mudah mengambil keputusan terbaik untuk menjalani pengobatan.  Bahkan lebih dari itu tetap bisa menjalani aktifitas sehari-hari dengan semangat.  Sebaliknya kalau kondisi tidak stabil, biasanya mental mudah terpengaruh, jadi mudah takut, cemas, tidak fokus dan tidak yakin dalam proses pengobatan.  




Waktu dokter bedah membacakan hasil patologi, yang aku persiapkan adalah mental.  Aku berbisik sama Allah kalau hasilnya jinak, itu harapanku.  Tapi kalau hasilnya ganas, ini cara terbaik versi Allah. Karena tubuh, hati ini semua milik Allah.  Intinya, aku ikut aja deh kehendak Allah.  Lalu aku minta agar dilapangkan dadaku, pengobatannya tepat, sesuai dengan yang dibutuhkan, dimudahkan rezekinya, mudah prosesnya dan tidak merepotkan banyak orang.  Karena tidak ada doa yang lemah, jadi aku minta sembuh, sehat, hidup manfaat dan dimudahkan segala prosesnya.


Ternyata hasil patologi menyatakan jenis tumornya ganas, yang artiya itu jenis kanker.  Jadi saat itu aku menyiapkan beberapa lapis mental untuk repot bolak balik tes di rumah sakit, menjalani rangkaian antri dan ritmenya, mengikuti rangkaian pengobatan, merasakan naik turun kondisi fisik dan mental, menghadapi penilaian orang tentang orang sakit, dana untuk kebutuhan pengobatan. 


Artinya aku harus menjalani situasi yang berulang: berobat, antri, rangkaian tes (tes darah, thorax, usg mammae, usg hati, jantung), siap mental menghadapi berbagai reaksi/respons orang-orang yang berbeda-beda.  


Ketika kita sakit harus disadari kita akan mudah terpengaruh.  Pasti banyak yang menaruh perhatian, banyak yang memberi masukan, pendapat, bahkan malah membahas sesuatu yang diluar kuasa kita.  Tidak disadari kadang perhatian itu ada yang membuat jadi semangat, tapi ada juga malah membuat kita lemah.  Bahkan beberapa perhatian bukanya menguatkan tapi malah membuat mental si sakit maupun yang merawatnya makin drop.  Meskipun begitu, pada dasarnya orang-orang yang memberi pandangan itu sayang dan ingin menjaga kita


Mau tidak mau situasi ini akan ada aja, engga bisa disalahkan juga.  Bisa makin ambrol kalau kita berharap orang berpikir apa yang kita mau.  Terpenting jaga saja mental kita, pupuk, kendalikan sudut pandang kita tetap positif dan melihat dari sisi lain.  Kenali dan pahami kondisi diri sendiri, kalau tidak kuat salah satu strateginya pikiran kita dialihkan pada hal lain, tidak usah diserap terlalu dalam.  


Memang dalam kondisi seperti ini maunya orang mengerti dan bersikap seperti apa yang kita mau.  Tapi berharap seperti itu tentu tidak mungkin bahkan hanya akan bertambah lelah lho.  Karena sikap orang lain bukan dalam kendali kita.  Persepsi kita sendiri yang harus dikendalikan dalam menghadapi berbagai tindakan dan opini orang lain. 


Kadang-kadang menjelaskan keadaan kesehatan ke orang-orang  bisa sekalian curhat, satu sisi senang mendapat perhatian, tapi kadang lelah juga menjelaskan tentang kondisi sakit berulang-ulang.  Tentang apa yang dirasakan, apa penyebabnya, bagaimana awal ketahuannya.  Kadang senang, kadang bingung juga karena membicarakan hal yang berat berulang.  .


Jadi ketika aku mendapat penjelasan hasil patologi dari dokter bedah di rumah sakit, yang pertama aku persiapkan sikap dalam menghadapi situasi diri dan orang lain.  Kepalaku langsung membaca diri dan berupaya agar sistem mental aku aman.  Selama ini, aku ngerasa cukup menjalani mental yang ambruk berkali-kali, ketika menghadapi situasi lahir anak pertama, kemudian waktu suami sakit, pernah juga mengalami keuangan kritis, kemudian lanjut merawat Amih yang saat itu perlu perhatian lebih karena sudah tua.  Diakhir-akhir merawat Amih, aku malah kena penyakit berat. 





Kali ini aku merasa di tengah sawah yang sejuk, angin sesekali menyapa lembut.  Aku rasa ini waktunya aku lebih santai menjalani apapun.  Aku yang berperan mengendalikan segala pikiran dan hati dalam kondisiku saat ini.  Aku harus mengelola hati agar menjalani apapun secara baik-baik saja, karena semua mahluk ada yang menjaga dengan caraNya.  Semakin disadari bahwa kita tidak bisa mengendalikan situasi diluar diri seperti, tindakan orang lain, opini orang lain, reputasi, kesehatan, kekayaan, kondisi lahir, cuaca, wabah.  Karena berharap pada diluar kendali diri akan sangat melelahkan.  Ya, kesehatan aku tidak di bawah kendali aku, begitupun situasi keluarga aku: ibu, suami, anak-anak. 


Pernah juga terbersit jangan-jangan Allah SWT menerima keinginan aku yang lalu untuk tidak panjang umur.  Atau bisa jadi Allah sedang memastikan ulang dengan memberi sedikit ketakutan dengan dihadirkan kanker di dalam tubuhku.  Karena saat itu aku sedang super gelisah merasakan betapa beratnya mengurus orang tua.  Mungkin beberapa orang akan berpikir aku kurang sabar, tapi aku pikir aku cukup sabar kok cuma sesekali capek dan butuh bantuan aja.  Tapi ya okelah, mungkin kurang sabar karena kurang ilmuNya, kurang mengelola diri.


Begitu aku kena penyakit kanker, yang terbayang justru wajah anak-anak aku yang masih tsanawiyah (setingkat SMP) sedang mondok di Pondok Pesantren.  Sementara anak aku yang kedua masih kelas 5 SD.  Mereka masih membutuhkan Ibu.  Bukan berarti aku tidak percaya sama Allah ya yang menjaga mereka, toh aku juga hidupya dijamin sama Allah.  Allah yang Pengasih –Penyayang Maha Tahu situasi apa yang terbaik bagi manusia agar hidup aku lebih baik.  Aku tahu, pasti ada yang gak bener nih di hati aku, di pola pikir aku dalam menghadapi kelelahan-kelelahan yang berlapis ini. 


Meskipun banyak pertanyaan di benak aku ke Allah, aku memutuskan berhenti bertanya lalu lebih fokus merasa yakin dan berpikir positif bahwa Allah punya rencana terbaik.  Cukup bekal percaya sama yang menjadikan aku ada di hari ini dengan apapun keadaan aku saat ini adakah baik untukku dan keluargaku.  Lalu sunatullah orang sakit ya berobat dan menjalani proses pengobatan pada ahlinya.  

  

Sambil mengikuti proses pengobatan, alhamdulillah masih diberi waktu oleh Allah membagi pikiran dan hati aku untuk membersamai Amih (tahun lalu masih ada), suami dan kedua anak aku.  Tetap menjalani rutinitas hari-hari dijalani se-biasa mungkin, menengok Aden ke pondok, lihat perkembangan berita terkini, nonton bareng sahabat, menggambar, ikut pameran di Raws Syndicate untuk Palestina, pameran di Sujiva dan banyak lagi.  





Aku coba terus mengelola diri di bidang yang ingin aku pelajari di waktu dulu, lebih serius dan konsisten di bidang menulis dan menggambar, menghindari situasi yang membuat hati tertekan.  Sekarang lebih berusaha mengukur kemampuan diri, karena yang tahu kondisi diri sendiri.  Karena ternyata ada beberapa situasi  masalah yang bisa kita biarkan nanti akan selesai sendiri.  Begitupun ada juga beberapa situasi yang bisa kita selesaikan masalahnya.


Kalau muncul lagi rasa takut dan overthingking, coba ambil wudhu, mengaji, baca buku, dengar kajian di youtube-nya Kyai Nassarudir Umar, Dr. Fahruddin Faiz dan beberapa narasumber lain.  Biar tetap sadar bahwa tubuh, hati, semua hidup setiap mahluk sudah tercatat rapi olah Allah SWT di Lauhful Mahfudz.  Sementara ini aku masih terus mengeja pelan-pelan pelajaran yang dikasih sama Allah.  Begitu healthy biunderies yang berusaha aku lakukan ketika menjadi survivor.  Semoga Allah mampukan dan mudahkan urusan kita semua.  


Ima


Bulan-bulan ke belakang ini aku berhasil membuat alis mata.  Aku si paling sulit pakai make up, akhirnya harus bersikap manis pada pinsil alis akibat alis mata rontok efek kemoterapi.  Buat sebagian orang, memakai pensil alis menjadi rutinitas yang biasa dan menyenangkan.  Tapi buat aku menggunakan pensil alis perlu pembiasaan baru dan adaptasi yang tidak sebentar. 


Awalnya agak repot juga karena kemana-mana harus merapikan alis, kena wudhu alisnya hilang, tak sengaja bersihkan keringat membuat bentuk alis berubah.  Sempat kesal juga sampai harus menenangkan diri membentuk alis yang pas dan rapi.  Karena bentuk alis yang berbeda membuat kesan wajah yang berbeda.  Kadang merasa asing dengan wajah sendiri.


Mau tidak mau, aku terus mencoba, latihan, mencari referensi, sampai akhirnya mencari foto aku yang masih ada alisnya.  Sejak itu aku patuh pada bentuk alis yang sesuai kodrat.  Lumayan, agak sedikit mengembalikan wajahku yang dulu.


Melalui bantuan si pensil alis disadarkan bahwa, bulu alis yang kecil ini sudah didesain sama Allah secara dan proporsional.  Begitu detil, begitu rapi.  Dulu aku selalu ingin punya alis tebal dan bagus seperti punya orang.  Sementara aku segaris.  Tapi ternyata ketika  alis aku rontok, wajahku jadi aneh dan disadari alis yang nempel di wajahku sudah sesuai bentuknya.  Baik secara ukuran maupun bentuknya. Kalaupun ingin dibentuk-bentuk dalam bentuk yang lain maka harus mengubah detil hidung, bibir, warna pipi juga. 




Kalau dulu sempat berkeluh karena bentuk alis, sekarang tidak lagi agar tidak double keluh.  Rugi dong!  Aku akhirnya memutuskan small celebration-bersenang-senang dengan membeli pensil alis yang menarik dan enak digunakan.  Memilih untuk menikmati penggunaan pensil alis, dibawa kemana-mana, menghadiahi diriku sendiri membeli pensil alis yang aku suka. 


Berkaitan dengan small celebration, situasi kecil, langkah-langkah kecil yang dilakukan setiap detik-menit harus diapresiasi dengan penuh syukur.  Sehingga proses pencarian, pergolakan batin, melewati ketidaktahuan itu membuka jalan hikmah yang sampai pada proses menerima, berserah dan menikmati proses pembelajaran jadi ilmu hati.


Karena kalau Allah memutuskan proses kita mendapat hasil yang sesuai kita harapkan atau sebaliknya tidak sesuai kita harapkan, ternyata kedua situasi ini harus kita syukuri.  Karena semua situasi yang diputuskan Allah SWT cara Allah merawat kita agar hidup kita lebih baik.  Katakanlah untuk saat ini proses tumbuh rambut alis dan rambut kepala pelan sekali tumbuhnya/tidak merata.  Tapi dengan proses ini aku punya keahlian baru yaitu menggunakan pensil alis, tidak kagok lagi kalau lihat orang lain menggunakan pensil alis lebih dari itu lebih menghargai bentukan diri apa adanya.


Sering kali kita mengabaikan kemudahan yang dianggap kecil di tengah persoalan yang terlihat besar.   Dengan kita berhasil melewati satu persatu jalan dengan tujuan menyelesaikan masalah, sama dengan keberhasilan yang patut dirayakan.  Dirayakan di sini bukan berarti harus dibeli melulu dengan uang, tapi perayaan dengan melakukan aktifitas yang membuat bahagia menjadi situasi yang patut dirayakan.


Seperti tahun lalu ketika aku harus melewati fase biopsi untuk mendapatkan hasil patologi.  Seminggu setelah operasi rasa linu, nyeri masih ada.  Ada tekanan sedikit, tidak enak sebadan-badan jadinya banyak istirahat, tidak banyak aktifitas.  Tapi karena kesal, aku coba cuci gelas, ternyata langsung ada reaksi nyeri dibagian bekas operasi.  Keterbatasan aku mencuci menyadarkan aku bahwa tenaga dan proses merawat rumah yang selama ini aku lakukan kurang dapat apresiasi dari diriku sendiri.  Aku anggap biasa, semua orang bisa melakukannya, atau bahkan berkesan sering mengatakan hal yang jelek sama diri sendiri.  Tapi ternyata dalam keadaanku yang serba lemah dan terbatas, menyadarkanku bahwa ternyata hidup aku selama ini bermanfaat. 


Sekarang ini aku selalu mendengar tubuhku sendiri, memberi waktu istrahat pada tubuhku sendiri, mengajak dialog untuk memberi kebahagiaan pada diriku sendiri bahkan meminta maaf, mengajaknya berkegiatan yang bikin makin bagus dan menyenangkan.  


Kalau dulu ketika rumah berantakan, cucian menumpuk muncul rasa bersalah dan khawatir kalau rumah berantakan.  Takut sekali dengan komen orang yang mampir ke rumah.  Sekarang aku sesekali memberi waktu toleran pada diriku sendiri ketika rumah masih berantakan sementara aku harus menyelesaikan gambar, baca buku, juga menulis tanpa merasa bersalah ketika gelas piring belum dibersihkan. Karena nanti juga ada waktunya dibersihkan semuanya.


Ketika aku sakit ada beberapa buku yang aku baca.  Kunci sehat badan bermula dari menjaga tingkat stress dan mengelola pola pikir aku dalam menghadapi berbagai situasi.  Sekarang pelan-pelan menjalani apapun tanpa rasa beban.  Badan juga suka muncul alarm-nya, ketika pikirannya mulai tidak terkendali akan muncul reaksi tak nyaman dari tubuhku.  Jadi sekarang lebih banyak ruang pemaafan pada diri sendiri, ruang terima kasih dan berusaha mindfull pada kegiatan yang aku lakukan. 


Makin kesini banyak kejadian yang mengajarkan, sebetulnya setiap detil kejadian perlu disyukuri.  Rasa bahagia itu ada bahkan sangat dekat sama aktifitas sehari-hari.  Situasi yang terjadi, lingkungan terdekat dan menerima fisik apa adanya.  Ini rasa syukur tea yang kalau dulu sering dicuekin dan disadari belakangan.  


Dulu aku selalu mengira bahwa kebahagiaan itu tercapai cita-cita, kembali sembuh dari sakit, mendapat apa yang diharapkan, kerja di tempat impian, intinya tercapai sesuatu. Tapi sekarang beda, tepatnya setelah mengalami situasi yang betul-betul butuh berserah penuh pada Allah SWT, ternyata kebahagiaan itu menerima dan menikmati situasi apapun sekalipun kita sedang dalam lapang dan sempit.  


Ima

Foto: Ustadzh. Neng Beth.
Darul Iman 2024

Karya-karya ini merupakan sebagian buah tangan dari 150 santri-santri Pesantren Terpadu Darul Iman yang ikut acara workshop.  Saya senang sekali bisa membagikan teknik menggambar ini menjadi kegiatan yang bermanfaat buat mereka.  


Bahagia sekali melihat hasil karya mereka meski lewat foto, katanya mereka antusias dan gembira dalam proses menggambarnya.


Art Therapi

Ramadhan hari ketiga kami berdua menjadi nara sumber acara Gebyar Ramadhan 1445 H di Pondok Pesantren Darul Iman Pandeglang (Banten).  Saya sama Ayah (mereka memanggilnya Ustadz Nung) mengisi materi Terapi Healing dengan Menggambar untuk para santri di pondok pesantren tersebut.  Buat saya ini pengalaman pertama menjadi pemateri di bidang seni rupa.  Sementara aktifitas Ayah sebagai pengajar terapi seni rupa untuk anak-anak berkebutuhan khusus.  Seperti dyslexia, autis, gifted, dll.


Saya sendiri membuat projek kecil-kecilan pada tahun 2019 sebagai objek terapi untuk diri sendiri tepatnya dari awal pandemi.  Biasanya saya membuat jurnal dalam bentuk catatan di blog pribadi.  Namun kali ini menambah aktifitas menggunakan seni rupa sebagai terapi melepaskan diri atau berdamai dengan masa lalu, menyembuhkan luka batin, maupun ingatan buruk di masa lalu.  Tidak terasa proses tersebut telah menghabiskan beberapa sketchbook, note book, kanvas.  Ternyata dengan konsisten, proses ini membuat saya ikut terlibat dalam beberapa acara pameran seni rupa.

Mungkin persepsi sebagian orang kesannya berlebihan, tapi luka batin juga sama seperti luka fisik sama-sama harus diobati.  Bahkan buat sekelompok  orang, luka batin harus ditemani orang ahli agar dapat mencari solusi mengatasi hidupnya dengan tepat. 


Terus terang, saya terkejut diundang oleh adik kami, Ustdzh. Neng Beth & Ustd.Dede Permana.  Kami diundang terlibat jadi nara sumber acara seni rupa sebagai Terapi Healing.  Kami berdua mengatasi persoalan batin kami dalam menghadapi proses pengobatan panjang dengan memelihara kegiatan yang membuat hati gembira.

Ayah pernah 5 tahun sakit (tidak bisa beraktifitas normal dan bekerja), untuk mengatasi kegelisahan hati dan respon tubuh yang tidak enak dengan melakukan kegiatan menggambar.  Begitupun saya, terus merawat mental aku yang naik turun karena harus merawat suami yang sakit, Ibu dan dua anak yang masih kecil.  Lanjut sekarang merawat diri sendiri yang sedang pengobatan sebagai survivor kanker payudara.
 

Suasana Menggambar

Karena posisi kami di Bandung, jadi materi menggambar dilakukan dengan online.  Teman-teman santri bersiap di aula, sementara kami bersiap di studio gambar.  Materi yang Ayah sampaikan neurographic art sementara saya zentangle art. 


Dua materi tersebut beririsan, berupa teknik menggambar yang melatih fokus dan memberi efek meditatif.  Bermain garis dan motif sederhana yang bisa menghasilkan karya seni.  Media yang dibutuhkan hanya dua, kertas HVS ukuran A4 dan spidol hitam.  Media dipilih paling mudah didapatkan dengan efek yang sama dan menghasilkan art.   

Meskipun jarak jauh, Ayah bisa mengajarkan teknik gambar ini setahap demi setahap.  Memperkenalkan  teori seni rupa sederhana, mulai dari bermain titik dan garis dilengkapi dengan bercanda.  Ayah kemudian mengenalkan teknik gambar neurographic art.
 Santri kemudian mendapat instruksi untuk membuat titik, lalu menyambungkan satu titik pada titik lain.  Membuat garis yang meliuk-liuk mengikuti kata hati, tanpa perlawanan pada diri sendiri, lepaskan rasa kesal, marah, sedih tanpa takut salah.  Terus dilakukan sampai merasa cukup.


Selesai membuat garis yang meliuk-liuk, Ayah mengintruksikan membuat lengkungan diantara pertemuan dua garis.  Tiap sudut yang tajam dibuat lengkungan.  Hampir semua merasa “terjebak” karena banyak yang setiap lingkarannya menghasilkan sudut tajam yang banyak. 

Sambil membuat lengkungan pada tiap sudut, Ayah mengajak untuk refleksi bahwa betapa banyak pikiran kita, kemarahan, kesedihan, beban.  Tidak apa-apa.  Kita lembutkan dengan lengkungan pada tiap sudutnya.  Perlahan semua memperbaiki sudut-sudut tajam itu.  Selesai membuat lekukan, materi dilanjutkan pada saya.

Saya sendiri melanjutkan materi yang sudah dikenalkan oleh Ayah.  Saya melanjutkan bermain motif atau saya mengenalnya zentangle art.  Saya sedikit mengenalkan tentang aktifitas harian membuat jurnal healing dengan membuat gambar dengan teknik zentangle art di dalam sketchbook dan kanvas.  Teknis gambar ini ada juga yang menyebutnya doodle, vignette dan membatik. 

Setelah sedikit mengenalkan, saya instruksikan untuk melanjutkan mengisi ruang-ruag kosong pada neurographic art yang sudah dibuat bersama dengan zentangle art.  Sebelum mengisi ruang-ruang kosong itu, saya mengenalkan 3 motif.  Lalu dipraktikan dalam kertas yang lain.   Instruksinya, kami membuat kotak sama sisi dahulu, lalu menggambar sebuah bentuk yang diulang-ulang.   Hasilnya bentuk yang berulang-ulang itu jadi karya yang menarik.  Setelah latihan membuat 3 jenis motif, motif-motif itu dipindahkan ke ruang-ruang kosong pada neurograpchic art yang dibuat bareng Ayah Holis.

Menggambar motif berulang-ulang ini menjadi momen meditasi dan melatih fokus.  Buat saya sendiri, membuat motif yang berulang-ulang ini menenangkan dan sulit dihentikan.  Pikiran kita jadi fokus, masalah seperti terulai begitu saja.  Lebih tenang dan pikiran tidak liar kemana-mana.  Sambil memberi motif pada ruang-ruang kosong itu, saya ingatkan bahwa jangan takut salah, setiap garis itu unik. Kalau merasa kurang lanjut saja, nanti juga jadi bagus.  Jangan membandingan karya diri sendiri dengan orang lain, setiap yang kita bikin unik. Ukuran motifnya bisa kecil-bisa besar, bebaskan saja. 


Karena proses memberi motif ini merepetisi bentuk, jadi kita bisa sambil dzikir, shalawat.  Tidak terasa menyelesaikan satu media gambar bisa sambil shalawat 100 kali bahkan lebih mungkin.  Karya dapat, ibadah mengingat Allah juga dapat.  Selesai menggambar, Ayah menginstruksikan untuk mengangkat gambarnya ke atas.  Seru sekali. 

Diantara proses menggambar itu, Ustzh. Neng Beth mengirimkan suasana proses menggambar para santri ini.  Haru sekali melihat mereka antusias dan menghasilkan karya yang menarik. 

Alhamdulillah, pagi yang menyenangkan bisa berbagi teknis gambar yang sederhana ini.  Semoga bermanfaat dan memberi energi untuk terus semangat berkarya dan semangat mencari ilmu. 


Bandung, 19 Maret 2024
Ima

Sumber Foto: Ustdzh. Neng Beth

Tahun lalu, dua ribu dua puluh tiga, menjadi tahun kembali pada panggung, kembali berkesenian sekaligus menjadi tahun kehilangan yang beruntun.  Kehilangan Ibu juga kehilangan payudara kiri.  Ibu dan bagian tubuh aku yang diambil oleh pemilikNya.  Iya, keduanya diambil kembali oleh Pemilik Kehidupan.

Melepas Ibu dan melepas payudara menjadi fase berpisah yang tidak mudah. Tentu tidak mudah, sesuatu yang sudah biasa melekat dari sejak lahir.  Melewati fase shock, denial, perlahan menata pecahan yang tercecer.  Sampai pada titik menyadari penuh bahwa tubuh, hati, pikiran, segala sesuatu yang melekat dengan tubuh dan di luar tubuh, dari yang tampak hingga kasat mata, semua adalah milik Allah SWT-Maha Pemilik seisi bumi dan langit. Ya, termasuk aku.  Aku adalah milikNya.  Kelak, entah kapan, aku pun akan kembali.  Membawa segala langkah baik dan buruk. 


Saat aku berhenti menjalani hari-hari bersama Amih, ketika Amih pulang pada Pemiliknya, aku bingung.  Ketika masih ada Amih, hampir tidak ada waktu untuk diri sendiri.  Bahkan hampir setahun aku tidak ada waktu mendampingi Bayan belajar.  Menulis juga menggambar hampir tidak ada waktu, ketemu teman benar-benar mencuri waktu, semua serba terburu-buru.  Kadang mencuri waktu untuk minum kopi sejenak di Ind*mart depan rumah sambil sekalian beli pampers dewasa.  


Sekarang ketika banyak waktu, justru bingung.  Entah berkarya, aktivitas apapun menjadi tidak ada energi. Saat itu apapun yang aku lakukan selama ini terasa seperti sia-sia.  Apalagi yang bisa aku upayakan untuk Amih?  Waktu seperti ikut berhenti, sampai akhirnya aku menyadari bahwa aku masih harus terus hidup.  Mulai berobat yaitu kemo, operasi, mengisi hati kembali, merapikan pola pikir, juga memperbaiki tujuan hidup. 


Saat aku sedih dan merasa kehilangan, aku ingat saat Rasulullah kehilangan orang-orang tercintaNya sehingga disebut tahun berduka.  Jadi aku pikir, aku rasa, aku tidak apa-apa bersedih dan tidak ada energi hidup.  Saat tahun berduka itu, Rasulullah sampai diajak Allah melakukan perjalanan Isra Mi'raj, diperlihatkan segala kekuasaan Allah dalam satu malam.  Mungkin itu sebabnya, ketika kita berduka, saat itu kita pun sepertinya sedang diajak untuk berdekatan dengan Allah SWT.


Kalau disadari, kita sebagai manusia sama seperti pegunungan, pepohonan, bunga, bebatuan, air, tanah, tumbuh-bergerak sesuai fungsinya.  Sama-sama makhluk Allah.  Bedanya catatan hidup kita yang sudah tertuliskan di Lauh Mahfidz itu bisa kita imani atau kita tolak.  Kita diberi otak untuk memelihara hidup menjadi lebih baik atau sebaliknya.  Dalam diberi ujian suka dan duka, kita diajarkan untuk terus percaya dan bergantung penuh pada Allah SWT sebagai pemilik isi bumi dan isi langit. 


Dalam proses melepas ini, aku seperti, hmmm, apa ya, hmmm... diajarkan untuk mensifati air.  Terus bergerak, terus berbuat, terus belajar menerima apapun si-aku yang keras kepala-keras hati ini.  Mengikuti semua aliran yang bergerak membentuk air yang lambat, deras, berdiam, menjadi es, menguap, menetes.  Mengikuti alurNya dengan tenang dan yakin pada cara Allah mengelola kita.  Ternyata jika berhenti pada rasa takut dan terus mempertanyakan kesalahan diri/mempertanyakan perbuatan baik yang sudah aku lakukan hanya berakhir pada rasa letih.  Menyalahkan diri sendiri atau bahkan sombong.  Dua sisi yang terus tarik menarik yang tidak memberi jalan keluar sama sekali selain letih dan gelisah.


Melepas tidak mudah, tapi rasa tidak mudah ini tidak perlu dibiarkan terlalu lama.  Karena setiap diri dan apapun yang melekat pada diri adalah milik Allah.

  

 


Hampir setiap pagi saya antar anak ke sekolah dengan jalan kaki.  Meskipun bisa naik angkutan umum dan ojek online, saya lebih memilih jalan kaki untuk melatih otot dan melancarkan peredaran darah.  Memang sekolahnya tidak terlalu jauh, tapi suasana pagi cukup untuk mendapatkan sinar matahari pagi, bisa melatih tubuh tetap aktif, selain itu mata juga mendapat stimulasi suasana pagi. 


Satu sisi tubuh lebih segar karena mendapat udara dan sinar matahari pagi.  Namun polusi pagi dari kendaraan bermotor cukup banyak juga karena masyarakat banyak beraktifitas di waktu tersebut.  Sehingga pada waktu yang bersamaan, tubuh mendapat keduanya: udara dari pohon, vitamin D dari matahari dan polusi. 


Karena cukup rutin dilakukan, ternyata bagian kulit tubuh yang tidak tertutup baju terlihat lebih gelap dari bagian tubuh yang lain.  Awalnya  biasa saja, lama-lama semakin kentara. Reaksi tubuh sekarang terhadap radikal bebas maupun efek sinar matahari ternyata cukup cepat, ya.  Apalagi buat kulit saya yang cenderung sensitif. 


Bisa jadi karena regenerasi kulit saya tidak sebaik saat usia muda, sehingga kulit pun mudah menjadi kering maupun berubah warna.  Kalau dibiarkan bisa membuat kulit iritasi.  Yah, bisa jadi reaksi ini dipengaruhi oleh fungsi tubuh yang mulai melemah karena usia, sehingga mudah rusak ketika terpapar radikal bebas. 


Untuk mengantisipasi efek dari radikal bebas dan meregenerasi kulit, sebaiknya kita memberi perhatian lebih.   Cukup menyisihkan sedikit waktu  untuk menjalankan beberapa tahap body care, kita bisa banget melakukan hal ini di rumah disela kesibukan kita.  Saya rasa cukup lakukan beberapa tahap perawatan Body Care secara rutin.  Perawatan ini penting agar kulit tubuh tetap terjaga, cerah, segar.  Kalau kulit tubuh kita terawat, bisa membuat kita semangat menjalani sehari-hari.


Body care atau merawat diri itu sebetulnya cukup mudah dan praktis.  Apalagi buat kita yang aktif terpapar sinar matahari, sebaiknya rawat diri dengan menggunakan rangkaian Body Care seperti produk kecantikan yang dikeluarkan oleh Scarlett. 


Buat Ibu seperti saya yang banyak sekali aktifitas yang dilakukan, merawat rumah, merawat anak dan merawat suami.  Seringkali banyak alasan waktu yang terbatas dan merasa tanggung saat harus merawat diri.  Padahal kita bisa lho menyisihkan waktu sebentar untuk merawat diri.  Minimal, lakukan segera setelah mandi.


Berikut tahapan yang bisa dilakukan para Ibu yang punya sedikit waktu untuk melakukan body care, diantaranya:

  • Selain mandi pagi dan sore, sebaiknya segera aplikasikan Scarlett Body Serum.  Scarlett Body Serum ini kini menjadi pilihan penting buat para Ibu yang makin bertambah usia yang kerap medapat paparan radikal bebas.  Baik dari polusi udara, tekanan masalah dan tingkat stress yang disebabkan banyak tanggung jawab diembannya. 
  • Kemudian, karena Scarlett Body Serum lembut dan mudah meresap, sehingga kita bisa segera mengaplikasikan Fragrance Body Cream ke seuruh tubuh untuk menjaga kelembapan kulit.

Cukup mengggunakan serum dan body lotion Scarlett setelah kita mandi, bisa mendapatkan beberapa manfaat, diantaranya:

  • Bisa membuat 3x lebih mencerahkan kulit karena mengandung Glutathione yang berfungsi meregenerasi setelah menangkal radikal bebas (anti oxidant).
  • Lalu dapat meratakan warna kulit dan menyamarkan hyperpigmentasi karena mengandung Niacinamide dan Glycolid Acid.

3.       Sehingga secara alami, kulit akan terawat keremajaan dan kekencangan kulit.

Scarlett Body Serum ini banyak membantu merawat regenerasi kulit.  Apalagi buat kita yang semakin hari semakin bertambah usia.  Fungsi tubuh juga secara alami semakin menurun.  Oleh karena itu tidak apa-apa kok menaruh perhatian lebih pada kecantikan kulit, kesehatan tubuh, pola makan, memperbaiki gaya hidup sebagai bentuk rasa syukur kita.    

 
Scarlett Fragrance Body Cream Lotion
Foto: Ima

Persiapan jalan kaki hari Minggu ini simple saja.  Karena cuaca belakangan ini cukup terik, jadi saya oleskan Scarlett Fragrance Body Cream Lotion ke seluruh tubuh terutama bagian badan yang tidak tertutup baju untuk menjaga kelembapan kulilt.  Seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya, kulit saya cukup sensitif terutama kalau terpapar cuaca panas.  Lalu biar enak jalannya, saya pakai celana trekking quick dry biar terasa ringan, kaos putih, kerudung yang menyerap keringat, topi, tas simple isi dompet, sebotol air minum, sabun tangan dan Scarlett Fragrance Body Cream.


Beberapa hari sebelumnya saya diajak keponakan jalan kaki menyusur pedestrian Kota Bandung.  Iyap, saya punya keponakan yang usianya sepantaran, lebih cocok jadi sepupu sebenarnya. Tapi buat saya seru-seru aja, mereka udah seperti sahabat.  Mereka membuat grup Hiking Boxwa.  Hampir tiap Minggu pagi mereka melakukan jalan kaki menyusur perbukitan maupun kota.  Setelah sekian niat mau ikutan, baru minggu lalu saya dan Bayan (9 th) ikut keseruan sehat tersebut.


Oke, Alis juga cerita rencana jalan kaki kami.  Titik temu di rumah saya di Ledeng, lalu lanjut menyusur Cipaku, Ciumbuleuit, Gandok, Siilwangi, Jalan Juanda, belok ke Jalan Teuku Umar, tembus ke Dipati Ukur lalu taraaaa… kita akan ngemil-ngemil tahu goreng di Gasibu.  Karena, setiap hari Minggu di Gasibu ada pasar kaget yang jualannya beragam.  Mulai dari tanaman, baju-baju, makanan, mainan anak, sudah deh tumpah di sana.  Begitulah rencana jalan kaki kami.


Sesuai rencana, pukul 07.00 WIB, keponakan sudah siap.  Ada Mina, Medin, Rani, Alis, Tasdik, Neng Disti, Ezha dan Ingga (2 th).  Mereka berkumpul di teras rumah dengan setelah baju lari, saya dan Bayan sudah siap hanya tinggal menghabiskan sisa kopi dan sepotong roti.  Sengaja hanya bawa sebotol air mineral saja tidak bawa camilan dari rumah, rencananya ingin beli camilan di tengah perjalanan.  Karena jalurnya ke perkotaan.  Jadi dalam benak saya, bakal asik nih menikmati beberapa jajanan di warung-warung dan pinggir jalan lainnya.


Syukurlah suasana pagi itu cerah, matahari terasa hangat dan memainkan setiap celah daun dan ilalang.  Sesekali matahari tampak seperti mengintip di balik atap rumah megah yang menjulang tinggi.  Sementara kami jalan menyusur jalan setapak kiri kanan dinding seperti lorong.  Setapak demi setapak kami melangkah dengan kecepatan pelan namun terus sehingga tak terasa lelah.  Hanya sesekali duduk sebentar agar degup jantung tetap stabil. 


Setelah merasa cukup istirahat, kami lanjut berjalan kaki berbaris karena harus menyusur jalan utama di daerah Ciumbuleuit dengan kondisi jalan pejalan kaki yang tidak begitu baik.  Kita harus lebih awas dalam melangkah.  Karena sering ditemukan jalan yang berlubang, terhalang pohon, banyak bebatuan, tertutup tiang listrik juga tiang spanduk reklame dan situasi lainnya. 


Panas matahari mulai bertambah tinggi.  Namun cuaca terasa adem karena banyak pepohonan kiri kanan di sekitar jalan Siliwangi.  Kami seperti berjalan di lorong pepohonan.  Bayan dan Ingga juga menikmati perjalanan jalan kaki sambil berpegangan tangan.  Sesekali Ingga digendong lalu minta turun lagi karena ingin jalan kaki.  Bayan menemukan kursi dan beberapa sudut yang membuat dia ingin difoto. 

 

Tak terasa perjalanan sampai juga di Simpang Dago.  Biasanya di lokasi ini ada car free day setiap hari Minggu.  Meskipun tidak ada car free day,  jalanan Juanda di ramaikan oleh pejalan kaki dan pesepeda.  Ada kumpulan pesepeda BMX juga beberapa yang lain berseliweran dengan berbagai model.  Asik sekali!  Rasanya sejak pandemic, ini pertama kali saya jalan kaki lagi di sekitar Juanda. 


Jalur di Juanda berakhir di belokan jalan Teuku Umar.  Imajinasi saya terbawa ke masa-masa kerja di daerah itu.  Cukup sering jalan kaki di sekitar Teuku Umar, Imam Bonjol daan sekitar pemukina tersebut karena banyak lokasi tempat makan yang enak dan bersih.  Namun kami tidak berhenti di sana untuk makan, karena kami akan ke Gasibu untuk makan tahu. 


Hore! Sampai di Gasibu.  Begitu keluar dari Jalan Teuku Umar yang rimbun dan tentram, kami berhadapan dengan suasana kota yang berbeda.  Karena banyak sekali pepohonan yang ditebang.  Waktunya menikmati tahu kering dengan cocolan sambal dan kecap. Yum!  Kami masuk lewat gerbang Monju (Monumen Juang).  Di dalam monumen ini terdapat museum yang dikelola untuk memberi informasi mengenai sejarah Jawa Barat.  Mulai dari pakaian daerah, para pahlawan yang berjasa, hingga kampung adat yang masih dipelihara oleh masyarakatnya. 


Paparan terik matahari terasa beda, mungkin karena itu, kulit saya agak sedikit kering, ditambah kurang minum.  Karena kulit terasa agak kering, saya keluarkan sedikit Scarlett Fragrance Body Cream lalu segera mengoleskan ke tangan.  Cara ini untuk mengatasi kulit saya yang sensitif. 


Oh ya, botolnya cukup besar, karena menampung 300 ml Fragrance Body Cream.  Tapi satu sisi membawa botolnya tidak khawatir cream-nya keluar sendiri, karena kepala pump bisa di kunci ke arah kanan.  Kalau diperhatikan, di atas kepala pump ada tanda panah dengan tulisan stop dan open.  Kita cukup menggerakan ke kiri atau ke kanan untuk membuka dan menutup jalur keluar pump.  Sehingga kalau tidak sengaja pumpnya tertekan, Scarlett Cream tidak akan keluar karena dikunci. 


Saya merasa nyaman kemana-mana membawa Scarlett Fragrance Body Cream, kalau tas saya isinya banyak, biasanya memindahkan isi Scarlett Fragrance Body Cream secukupnya ke wadah kecil agar tetap bisa digunakan saat dibutuhkan.  Selain menjaga kelembapan, juga membuat tubuh tetap wangi.  Bisa jadi begitu karena mengandung berbagai bahan yang bisa menjaga kondisi kuilt kita dari berbagai kemungkinan.   


Hiruk pikuk terasa, kiri kanan penjual berdempetan dengan menyisakan jalan untuk 2 orang saja untuk lewat dan bertransaksi.  Banyak sekali barang yang dijajakan menarik hati.  Karena kami jalan bareng, jadi saya tidak terlalu minat untuk beli ini itu yang harus menghabiskan waktu memilih dan menawar barang.  Jadi saya hanya bisa menikmati suasana dan ingin segera duduk dan makan tahun. 


Tak terasa kami tiba di lokasi, ternyata jarak tempuh yang kami lakukan sampai 10 km.  Kami berangkat jam 07.00 WIB tiba pukul 09.00 WIB.  Perjalanan cukup jauh dan keren buat Bayan juga saya yang sudah lama tidak melakukan jalan kaki sejauh itu.   Ayo, next hiking ikutan lagi, yaaa. 








Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap manusia akan terus bergerak sampai waktu ditentukanNya. Waktu dan usia akan terus bergerak membawa kita pada berbagai kisah. Setiap kisah menjadi fase bagaimana diri beradaptasi dan mengelola dalam menghadapi berbagai situasi. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi tubuhnya, garis muka dan pembawaan diri.

Melewati usia 40 tahun membuat saya menyadari bahwa melewati usia tersebut merupakan fase yang paling istimewa sehingga tertulis dalam kitab suci. Fase matang karena melewati perjalanan hidup paling “istimewa”. Pada usia ini, biasanya manusia mengalami kejadian yang paling berat kemudian akan terus berproses dengan berbagai hal yang disikapi dengan ringan hati.

Perasaan ringan hati dilalui secara bertahap, mulai menolak hingga menerima berbagai situasi. Sampai suatu titik membuat diri merasa ajeg pada pilihan dan keyakinan, bahwa berbagai tempaan dan berbagai perubahan sebagai bentuk syukur.

Rasa syukur ini kerap membuka kejadian dan berbagai pertemuan yang membuat hidup bertambah menarik. Kita tidak bisa menghentikan waktu, yang perlu kita kelola yaitu bagaimana kita mengelola waktu dengan menghargai keberadaan diri dan kehidupan. Bentuk syukur itu berproses, bahkan bisa jadi tadinya belum disadari bahwa bersungguh-sungguh dalam proses menjadi bagian dari rasa syukur itu.

Rasa syukur itu ternyata perlu disadari penuh. Proses penyadaran ini seringkali unik dan tidak disangka-sangka. Saat saya membuka folder foto, saya temukan beberapa foto saya saat masih remaja SMA, kuliah juga foto saat punya anak pertama. Ingatan mental saat itu terbangun kembali, saat itu saya tidak pernah merasa cantik karena kulit muka yang tidak bagus. Tapi begitu saya lihat saat ini, pada usia berlipat-lipat, saya seperti melihat sosok perempuan yang harusnya saat itu merasa cantik. Karena ternyata wajah saya cukup menarik juga.

Akhirnya saya coba lebih menyukuri apa yang sudah menerap/kejadian tubuh dan wajah saya sekarang ini. Caranya, saya coba untuk lebih memelihara dan menghargai tubuh yang sudah diciptakanNya. Mau membuka diri untuk mencari tahu cara merawat agar kulit saya yang sudah sering terpapar radikal bebas akan lebih bahagia menjalani hidupnya.

Memelihara diri dalam usia seperti sekarang ini terus dipelajari, karena saya bertekad mau lebih berbuat baik dan mensyukuri apa yang ada dan apa yang saya miliki sekarang ini.




Pertemuan dengan Scarlet Serum

Dulu saya asing dengan serum kulit muka. Saat ini saya menyadari, merawat kulit muka itu penting. Banyak contohnya yang berhasil merawat diri dengan baik dan disiplin bisa membuahkan hasil.

Pertama, harus disadari dulu bahwa apa yang tersimpan di dalam hati akan berpengaruh pada garis muka dan sorot mata. Semua syaraf di hati akan tarik menarik dengan segala unsur syaraf kerut wajah, sorot mata, garis bibir lalu berbagai hormon emosi akan menyampaikan pada berbagai sudut tubuh. Hal ini yang menyebabkan garis-garis halus lebih banyak.

Kedua, kenali kebutuhan tubuh dan wajahmu. Kalau kulit kita berjerawat, berarti wajah perlu perawatan rangkaian face care. Kalau seperti saya membutuhkan serum yang membuat kulit wajah jadi cerah dan menyamarkan garis-garis halus di wajah.

Ketiga, olah raga yang sesuai dengan usia saya sekarang yaitu yoga, jalan kaki dan senam ringan.

Ketiga, mengolah hati dengan beribadah dan baca buku.

Keempat, lakukan hobi, terus berlatih lalu belajar dari orang memiliki keahlian yang bagus.






Saat ini saya menyadari pentingya rutin melakukan face care terutama setelah melakukan perjalanan jauh. Namun rutinnya setiap pagi sesudah mandi pagi. Ah, tidak apa-apa baru menyadari dan diusahanan untuk terus merawat kulit wajah.

Informasi Face Care Scarlett muncul di berbagai beranda media sosial. Saya tertarik untuk mencoba sampai akhirnya terus menggunakan sampai saat ini. Terutama sabun muka, toner, serum dan cream malam. Saya memutuskan menggunakan rangkaian face care dari Scarlett karena cocok dan terasa ringan di kulit muka. Kalau tidak cocok, kulit wajah saya reaksinya cepat, seperti tiba-tiba muncul jerawat, gatal-gatal, kulit kering.

Saat ini serum Scarlett sudah habis, terasa sekali kalau pakai serum kulit wajah jadi terasa lebih lembut dan tidak gatal-gatal karena sering tertutup masker. Rupanya Scarlett mengeluarkan serum baru, yaitu Glowtening Serum Scarlett. Berdasarkan info dari berbagai media, kalau serum ini memberi banyak manfaat, diantaranya:
  • Membantu mencerahkan kulit wajah.
  • Membantu kulit wajah jadi glowing.
  • Membantu memudarkan bekas-bekas jerawat.
  • Menyamarkan garis-garis halus dan flek hitam pada wajah.
  • Menenangkan dan memperbaiki skin barier.

Sebelum memutuskan menggunakan face care Scarlett, saya coba perhatikan secara teliti mulai dari izin dari pemerintah dan memperhatikan bahan-bahan yang terkandung dalam produk tersebut.

Contohnya seperti ini, saya tertarik untuk membeli Glowtening Serum Scarlett karena serum ini baru dikeluarkan oleh Scarlett. Alasan saya membeli dan menggunakan produk tersebut diantaranya:
  • Teruji bebas Mercuri dan Hydroquinone.
  • Registered by BPOM
  • Saya membutuhkan serum agar kulit wajah lebih sehat, terawat dan bersih.

Jadi, tidak ada kata terlambat untuk terus merawat diri. Ini langkah-langkah sederhana tapi rutin yang bisa dilakukan untuk terus merawat perubahan tubuh tetap sehat dalam usia yang terus bertambah.


***Mencari info keaslian produk melalui link: 
https://verify.scarlettwhitening.com/

***Agar lebih aman mendapatkan produk asli, lebih baik order melalui:
https://linktr.ee/scarlett_whitening





Mengenal Diri dari Inner Child

“Tidak mungkin kita bisa menjalin hubungan hangat dengan orang lain, kalau kita belum bisa menjalin hubungan hangat dengan diri sendiri.” - Diah Mahmudah , S. Psi

Saya lahir dari keluarga besar dalam artian jumlah. Banyak pengalaman positif maupun negatif yang didapat dari proses hidup. Saat tumbuh remaja, rasanya makin hari situasi bertambah rumit. 

Kakak saya 15 orang, bahkan ada yang sudah menikah lalu memiliki anak saat saya belum lahir. Saya anak bungsu yang berteman dengan keponakan juga beberapa kakak yang masih sekolah. Sementara kakak-kakak saya yang udah berkeluarga terkuras perhatiannya dengan proses membangun keluarga kecilnya.

Saya kecil ingin banyak tahu dan aktif. Selain mendapat pengalaman batin yang menyenangkan tentu saja mendapat pengalaman buruk pula. Baik dalam lingkungan keluarga maupun luar lingkaran keluarga yang berpengaruh pada iklim suasana pertumbuhan diri. Saya kecil hingga tumbuh dewasa, kerap melihat, mendengar, merasa berbagai masalah. Sehingga saya bisa cepat merasakan suasana kemarahan, permusuhan maupun pengabaian. Mungkin karena itu saya sering mengalihkan pikiran dan perasaan dengan membaca dan duduk di atas atap.

Selain itu, seperti halnya keluarga besar lain dengan ilmu pengasuhan orang tua yang turun menurun. Kami sering mengalami pengasuhan dengan cara dibandingkan, dinilai secara fisik, hingga perlakuan perhatian, sampai kurang apresiasi. 

Sehingga muncul perasaan-perasaan iri, cemburu, menahan amarah, muncul pergesekan dan persaingan satu sama lain yang membentuk masing-masing memiliki sikap, karakter dan kepribadian berbeda-beda. Ada yang mengelolanya menjadi kekuatan namun ada yang menjadi lemah. Meskipun setelah dewasa baru bisa memahami dan menerima, bahwa cara itu “dianggap” salah satu cara orang tua untuk memotivasi.

Proses pengalaman saling dukung, suka bercanda, pergesekan, saling bersaing antar saudara, menjadi referensi mental dalam membentuk pola pikir dan tentu saja mengasah pergulatan diri. Hal ini mempengaruhi pengalaman kehidupan bertumbuh saya. Baik yang diintervensi dari orang tua, kakak-kakak, kakak-kakak ipar hingga keponakan. Semua kejadian dari masa kecil, seperti slide film yang terus menerus mempengaruhi dalam proses naik turun dalam mengelola diri.

Seringkali, saya dihadapkan pada situasi untuk mengambil keputusan. Ternyata, meskipun sudah memaafkan bahkan melupakan, ternyata di alam bawah sadar, seringkali luka dan suka di masa lalu mempengaruhi sudut pandang dan tingkat keberanian/ketakutan dalam melihat masalah.

Bisa jadi ketika masalah muncul, seperti membongkar luka batin maupun rindu kehangatan di masa lalu. Beberapa situasi saat ini memunculkan berbagai emosi, ada yang tepat namun ada yang salah dalam menempatkan emosi. Rupanya semua itu dipengaruhi oleh inner child atau ada masa lalu yang belum pulih.



Memulihkan Inner child




Inner child adalah sekumpulan peristiwa masa kecil yang baik atau buruk yang membentuk kepribadian seseorang. Kompleksitas mental yang mempengaruhi kepribadian itu dipaparkan secara lepas dalam acara Bincang ISB pada hari Sabtu kemarin, 19 Maret 2022.

Saya dan teman-teman ISB (Indonesia Social Blogpreneur) mendapatkan pengetahuan tentang jiwa dan proses batin perilaku manusia yang dipengaruhi oleh inner child. Dengan narasumber pasangan psikolog, Diah Mahmudah , S. Psi dan Dandi Birdy, S. Psi (Psikoterapi dan founder biro psikologi Dandiah) yang dipandu langsung oleh Ani Berta (Blogger dan founder komunitas ISB).

Selama ini prioritas kita mengelola hidup saat ini untuk mendapatkan masa depan yang baik. Namun dalam perjalannya, seringkali sikap, sifat dan prilaku kita dipengaruhi oleh emosi masa lalu.  Ingatan itu, baik rasa maupun pikiran, terus menggelantung dalam ingatan kita. Meskipun saat ini sudah berperan sebagai orang tua, konselor dan profesi lainnya, ternyata akan kesulitan jika kita masih belum membasuh, mengobati dan belum menyelesaikan luka masa lalu.

Emosi yang belum diperbaiki ini akan berpengaruh pada kualitas mindfullnes diri. Seringkali tubuh ada disini, namun pikiran membelah kemana-mana. Situasi semakin rumit dan kacau ketika tubuh ada di sini namun pikiran terbelah ke masa lalu, memikirkan masalah yang terjadi pada saat ini, lalu bercabang pada masa depan.

Mindfullness ini berpengaruh pada cara berinteraksi dan sudut pandang dalam menghadapi hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas mindfulness kita, salah satunya yaitu inner child.

Pada dsarnya, anak perlu tahu dan mengalami berbagai macam rasa/emosi. Baik senang, bahagia, sedih, marah, dan perasaan lainnya sebagai referensi emosi yang berpengaruh pada interaksi dalam hidup. Jika perasaan ini diperoleh lalu dapat mengelolanya, maka kita bisa memiliki kendali yang bagus dalam mengendarai kehidupan. Tentu saja mengelola emosi ini bagian penting dari proses belajar berinteraksi dengan lingkungan.

Mengenal inner child tidak melulu tentang diri yang terluka, bukan hanya sisi gelap saja. Kita dapat memaknai fase ini dengan benar, sungguh-sungguh sehingga kepribadian kita utuh dan penuh dalam menyambut tujuan di masa depan. Berikut kalimat yang pas dari Gus Baha:

“Manusia diberi masalah agar menjadi pintar.”

Inner child ini adalah masalah yang perpengaruh pada pergolakan pikir dan batin manusia yang membentuk karakter. Namun jika kita mampu mengelola inner child dari sisi positif, akan menjadi kekuatan tersendiri dengan melakukan:

Forgiveness (memaafkan)

Empowering

Keberdayaan

Gratefull (bersyukur)




Tujuan mengenal inner child agar kita bisa terus berjalan ke depan.  Tapi ketika pergerakan itu masih ada ganjalan di hati tentu akan menjadi sulit. Karena ketika inner child itu belum dikelola dengan baik, akan membuat tubuh kita tidak sesuai dengan usianya. Meskipun usia kita 40 tahun, namun usia mental kita bisa jadi masih 10 tahun. Yang terjadi, kita kesulitan dalam menghadapi tantangan.

Jika kita tidak dapat mengelola mental sesuai usia tubuh, hal ini akan berpengaruh buruk dalam melakukan hubungan sosial, baik dalam pekerjaan, interaksi dengan pasangan, hingga proses pengasuhan. Ketika usia mental kita masih anak-anak, akan menghadirkan:

1. Egosentris (berpusat pada diri). Sifat ini kerap menuntut orang lain untuk berprilaku baik kepadanya. Seperti:

- Kamu yang kasih, nanti aku kasih

- Kamu yang berubah, nanti aku berubah

- Kalau kamu berbuat baik, aku juga akan berbuat baik padamu



2. Bad angger management

Anak-anak akan mudah terluka batinnya jika diasuh oleh orang tua yang punya kualitas angger management buruk. Oleh karenanya, kenali emosi marah kita lalu kendalikan sesuai proporsinya.

Masalah akan terus hadir sesuai usia dan kemampuan diri, baik dalam bentuk suka maupun luka. Intervensinya dari lingkungan terdekat kita, yaitu orang tua, saudara, teman-teman dan lingkungan sekitar. Menjalani semua proses interaksi itu akan mempengaruhi mental dan sikap kita. 

Situasi yang menyebabkan suka maupun luka akan menjadi kekuatan atau melemahkan tergantung bagaimana sudut pandang kita melihat masalah itu.  Setiap kejadian pasti ada maknanya dengan cara dicari ilmunya agar kita dapat memahami setiap kejadian.

Karena, kita tidak bisa menuntut mengembalikan masa kecil sesuai harapan.  Juga kita tidak bisa terus menerus menyalahkan salah pengasuhan, salah orang tua dan orang lain. Tapi kita bisa memulai dari menerima situasi dan memperbaiki yang ada di dalam diri dengan mengubah sikap dan paradigma berfikir kita. Sikap itu domainnya ada 3:

1. Mengelola mindset dalam melihat masalah

2. Feeling: konten positif atau konten destruktif

3. Acting: Laku. Mindset dan feeling tidak akan terjadi jika masih negative thinking dan negative feeling

Menyelesaikan luka inner child itu bukan untuk mengubah takdir, bukan untuk menyalahkan orang tua. Tapi untuk mengubah reaksi dan sudut pandang kita pada takdir. Karena tetap yang bertanggung jawab memulihkan berbagai hal yang melukai mental kita adalah diri kita sendiri

Saya percaya, setiap orang sebetulnya ingin hidup tenang.  Lelah dengan mengingat sesuatu yang buruk, lelah dengan penyesalan, lelah dengan rasa-rasa negatif dan ingin lepas dari pikiran-pikiran buruk.  

Ternyata kuncinya ada di diri kita, mengubah persepsi dan mengelola hati secara positif.  Mengubah persepsi luka batin masa lalu direspons dengan positif.  Mau menerima berbagai respons negatif dimaknai positif.  Rupanya tidak hanya batin lebih tenang, tubuh pun terasa lebih sehat.


Waktu pandemic, saya lebih banyak melakukan kegiatan di rumah dan bergerak seputar teras rumah. Sekalinya keluar rumah pun sekalian melakukan kegiatan penting lainnya. Perhatian saat itu hanya mengolah makanan sendiri, menjaga kebersihan rumah, lantai, wc, mencuci pakaian yang habis dipakai dari luar rumah. Begitu berulang.

Saking perhatian sama kebersihan rumah, saya lupa ngasih perhatian sama kebersihan kulit wajah. Bahkan sekalinya ingat membersihkan kulit wajah hanya menggunakan facial wash (sabun wajah) lanjut dibubuhin pelembab wajah. Karena biasanya efek sabun muka ini sering membuat kulit berasa ditarik dan kencang. Kurangnya perhatian merawat wajah mungkin karena ada anggapan kalau di rumah aja tidak perlu merawat wajah secara maksimal. Ternyata pikiran saya itu sok tahu.

Ternyata meskipun di rumah saja, proses facecare tetap harus dilakukan, lho. Selama “di rumah saja” saya abai sama kesehatan wajah, efeknya kulit wajah jadi kusam dan mulai muncul bruntus (titik-titik kecil).

 

Facecare, apaan sih? Apa tidak cukup pakai sabun muka saja lalu dibubuhkan bedak tabur saja biar tampak segar. Owh! ternyata tidak, untuk perawatan luar kulit wajah yang sehat dan segar kuncinya dengan melakukan facecare.

Sebelum berbagi secuil pengalaman saya melakukan facecare, saya pengen berbagi sedikit tentang pentingnya merawat kulit wajah. Penting, ya? Rasanya semua sepakat bahwa merawat kulit wajah itu perlu, tapi saya sendiri sering abai karena saya lebih seneng beres-beres rumah dibanding merawat diri. Aneh memang, padahal tingkat stress dan beban kerjaan di rumah juga sama tingginya, tapi cuek merawat diri.



Akhirnya dengan mengelola pikiran dan menyadari pentingnya merawat wajah, ternyata saya mulai enjoy merawat diri secara santai dan tulus. Tidak mudah buat saya yang cuek dan merasa cukup memakai sabun dan cream/lotion lalu menambah kebiasaan merawat diri dengan menggunakan rangkaian perawatan kulit wajah yang “serius”. Apalagi buat saya yang “nasib” kulitnya sensitif dan gampang “protes” kalau rangkaian perawatannya tidak cocok.



Mengenal Kulit Wajah Sendiri

Hal yang harus disadari betul bahwa wajah merupakan identitas seseorang, tampilan utama yang terlihat secara kasat mata. Melalui wajah ini, kita bisa mengenal satu sama lain. Ada nama disana, ada ekspresi, ada pembawaan yang membuat kita bisa mengenal satu sama lain. Saya sering mengingat seseorang hanya melihat pipinya, matanya, hidungnya, dari cara bicaranya. Karena aku punya ingatan tidak sebaik teman-teman. Jadi copying strategi saya mengingat seseorang maupun sesuatu dengan memperhatikan poin-poin uniknya.

 

Mau menerima atau menolak, bahwa setiap orang memiliki jenis kulit, proporsi tubuh dan karakter wajah yang berbeda-beda. Ada kulit yang berwarna kuning, putih, hitam, sawo matang. Melalui perbedaan warna tersebut, kita bisa mengenal asal negara dan suku bangsa seseorang. Bahkan banyak juga yang memiliki karakter warna wajah unik karena lahir dari orang tua campuran.

Tak hanya itu, melalui garis wajah dan pancaran mata seseorang, secara kasat mata kita dapat memperkirakan situasi kesehatan seseorang atau bahkan bisa menimbulkan persepsi tertentu bagi yang melihatnya. Keren, kan? Situasi ini, seringkali dilupakan bahkan sering diantara kita menanggapi dengan “aneh” perbedaan itu.

Hampir setiap orang berharap keberadaan dirinya dapat memberi kesan menarik ketika melihat wajah kita. Sehingga tak sedikit orang-orang melakukan langkah perawatan untuk mendapatkan wajah yang didambakannya. Seringkali wajah yang menarik mendapat apresiasi dari lingkungan sosialnya. Bisa jadi alasan inilah yang membuat orang-orang lebih peduli memperhatikan penampilan diri untuk membuatnya lebih percaya diri agar bisa diterima lingkungannya.

Tindakan ini tidak salah bahkan bisa jadi dibenarkan, karena merawat kulit wajah dan badan penting. Merawat diri merupakan bentuk syukur atas kondisi fisik yang ada. Efek menjadi menarik itu adalah bonus disamping alasan utama untuk mendapatkan kesehatan kulit.


Kalau difikir-fikir, kulit kita, apapun warnanya, merupakan organ tubuh yang memiliki peran luar biasa.  Berikut fungsi kulit:*

1. Pelindung bagi sistem pertahanan atau pelindung tubuh dari kuman, cuaca, pencemaran, sinar matahari terutama ultraviolet, dan melindungi organ dari cedera.

2. Menjaga keseimbangan antara air dan garam dalam tubuh.

3. Menjaga suhu tubuh

4. Indra perasa.

5. Mencegah kehilangan air pada tubuh.

6. Menyimpan energi dari lemak pada lapisan subkutaneus.

7. Tempat dihasilkannya vitamin D.

Itulah sebab kita mesti memberi perhatian pada kesehatan kulit wajah karena kulit menjadi tampilan utama. Perhatian pada kesehatan kulit wajah ini tidak hanya diharapkan oleh perempuan saja, laki-laki pun ingin menampakan fisik yang menarik. Perawatan kulit wajah tidak melihat gendernya, sudah seharusnya dilakukan secara rutin agar mendapatkan hasil maksimal.



Cara Merawat Kulit Wajah

Untuk mendapatkan wajah segar terawat, kita harus memberi perhatian secara menyeluruh. Menurut Zainah Moktar dari buku Rahasia Awet Muda (Rahasia Kesehatan Holistik), untuk mendapatkan kulit wajah yang sehat dan segar harus dirawat dari dalam dan dari luar. Mengelola kesehatan “hati” dari stres, menjaga nutrisi makanan juga minuman, dan perawatan nutrisi dari luar. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi kulit wajah, diantaranya radikal bebas, banyak mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi dan tentu saja stress.


Sahabat saya selalu mengingatkan, sebaiknya kita mulai “mendengar” kondisi tubuh sendiri, karena kondisi kulit dan tubuh setiap orang berbeda-beda. Oleh karenanya, apa saja sih yang perlu diperhatikan untuk merawat fisik dari dalam dan luar, yaitu:

· Kita perlu persiapan pikiran yang mantap dan konsisten.

· Mempunyai daya tahan terhadap stres; memiliki kemampuan mengatasi dan melihat stres secara tepat.

· Mengonsumsi air mineral dan memperhatikan pola makan.

· Olah raga rutin atau rutin beraktivitas, untuk mengontrol DNA dan menyeimbangkan hormon.

· Konsumsi vitamin.

· Perawatan kulit.

Seringkali kita melihat wajah seseorang yang tampak enak dilihat, segar dan menarik padahal wajahnya biasa saja. Wajah yang biasa namun terawat akan terpancar keindahannya. Sama seperti rumah yang memiliki model biasa, namun terawat kebersihannya akan membuat tamu dan penghuni rumah merasa nyaman dan istimewa.

Untuk perawatan kulit, sebaiknya kita menggunakan rangkaian face care yang sesuai dengan keadaan kulit kita. Saya sendiri biasanya hanya menggunakan sabun muka dan pelembab muka. Ternyata tidak hanya menggunakan sabun muka tapi sebaiknya dilanjut dengan tonic, serum, day cream dan night cream. Langkah ini dilakukan untuk memberi nutrisi menyeluruh untuk memelihara kesehatan kulit wajah.

 

Selama pandemi saya kurang perhatian dengan kondisi kulit wajah, karena jarang keluar rumah. Awalnya saya fikir tidak perlu merawat sampai menggunakan rangkaian fececare karena di rumah saja, tidak terpapar matahari, radikal bebas tapi ternyata anggapan saya ini salah. Karena ternyata lama-lama disadari kondisi kulit wajah kualitasnya jadi menurun. Meskipun banyak di rumah saja, facecare tetap harus dilakukan untuk menjaga nutrisi kulit dan mengangkat kulit mati. Kalau muka kita terlihat kusam, itu ternyata kulit mati yang mesti diangkat caranya kulit diberi cream day dan cream night bahkan lebih maksimal lagi sebelumnya menggunakan serum.

Sekarang ini kulit wajah saya tidak berjerawat, jerawat hanya muncul sesekali saja tidak sesubur saat remaja. Mengingat kondisi kulit wajah yang kusam dan tidak segar, akhirnya saya coba lagi konsisten facecare dengan menggunakan Rangkaian facecare series dari Scarlett.


 
Rangkaian facecare series dari Scarlett ini ada 2 jenis, produk facecare acne (untuk kulit berjerawat dan beruntusan) dan facecare brightly (untuk mencerahkan). Melihat kondisi kulit saya yang kusam dan kurang cerah, jadi saya memilih produk Facecare Scarlett Brightly. Rangkaian produk Cream Scarlett ini ada 5 jenis, diantaranya:

1. Brightly Facial Wash

2. Brightly Essence Toner

3. Brightly Ever Serum

4. Brightly Ever After Cream Day

5. Brightly Ever After Cream Night

Saya pilih Scarlett karena bebas Mercuri dan Hydroquinon, teregistrasi oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Selain itu, dari beberapa pengalaman teman-teman yang menggunakan rangkaian facecare Scarlett ini cocok dan membuat kulit wajah jadi lebih lembut.

Mengunakan Facecare Brightly Scarlett ini cukup mudah,

Pertama bersihkan wajah dengan seksama menggunakan facial wash. Keringkan wajah dengan handuk yang bersih.

Kedua tuangkan secukupnya Brightening Essence Toner ke tangan, dapat digunakan dengan atau tanpa kapas. Usapkan secara merata sampai meresap sepenuhnya ke wajah.

Ketiga teteskan 2-3 serum, usap dan pijat secara perlahan samapai merata pada kulit wajah. Diamkan beberapa saat agar serum meresap ke kulit wajah.

Keempat pakai Scarlett Brightly Ever After Cream Day pada wajah yang bersih dan kering, atau setelah pemakaian serum. Pijat lembut sampai merata. Cream Day ini digunakan waktu aktivitas pagi, sementara Cream Night digunakan pada waktu malam. Urutan penggunaan nutrisi kulit sama saja, facial wash, toner, serum lalu pakai cream untuk hasil yang maksimal.


Ternyata begitu saya coba beberapa hari, manfaat yang ditawarkan oleh produk ini mulai terasa. Kulit lebih lembut dan mulai enak dilihat. Tinggal rutinnya saja, karena begitu saya coba serum, terasa wangi dan tekstur cair serum ini seperti vitamin yang siap menutrisi kulit dan siap menjaga kulit dari radikal bebas.

Jadi, menjaga kulit dan mengurangi penuaan dini ini bisa kita upayakan dengan rutin melakukannya. Karena perubahan kearah baik itu butuh proses dan hasilnya pun akan terasa jangka panjang. Selamat mencoba.

*Untuk peran kulit, lihat misalnya Connor, S. 2003. The Book of Skin. New York: Cornell University Press. Hal. 176