Sakura light tunnel di Aeon Mall BSD City.
Ketika masuk ke sebuah kota, biasanya orang akan mencari fasilitas publik seperti, tempat berkumpulnya penjual makanan khas setempat, pasar, gedung budaya, mall/mini market, toko buku, masjid maupun rumah sakit. Beda lagi kalau pergi ke desa, selain mencari Pasar, kita akan mencari titik-titik pemandangan yang masih alami, seperti sawah, gunung, danau atau laut. Begitupun ketika saya ‘numpang’ tinggal di rumah kakak di BSD (Bumi Serpong Damai), nah, yang saya cari ya unsur-unsur itu. Di kota ini, saya melihat sensasi kota yang berbeda, kamu akan menemukan semacam ‘kota impian’. Rumah-rumah penduduk dengan fasilitas publik dilokasikan secara strategis. Fasilitas publik seperti perumahan, restoran, mall, supermarket, jalan raya yang luas, trotoar yang rapi, dibangun dengan tata ruang yang pas, bangunan-bangunan yang nyeni dan asik untuk dinikmati. 

Masuk ke kota ini seperti memasuki gallery besar dalam bentuk kota, bangunan pertokoan, rumah sakit dibangun dengan cita rasa seni yang menarik. Bisa jadi tadinya Tangerang Selatan ini berupa hutan karet, sawah-sawah lalu dibangun pengembang menjadi kota baru. Jadi setiap pembangunnannya terencana dengan baik dan banyak pertimbangan efek jangka panjang. Semua ruang-ruang fasilitas ini disusun, sehingga sebagai manusia saya merasa tenang, nyaman dan merasa sehat.

Jiwaku, Aden sama Bayan, lagi apa? Mama kangen, kangen berat. 


Kemaren sore waktu pulang dari rumah sakit, di perjalanan mama ketiduran di mobil Wa Alwis terus mimpi dipeluk Aden. Aden lari dan senyum sambil pelukin Mama,”Mama, Aden sayang mama,” Mama bangun, terus nyari kamu, tapi engga ada, yang ada handphone, tas dan diluar suasana udah gelap, suara hidung Ayah yang pengap dan jalanan macet. Mama masih bingung, bangun tidur tiba-tiba, Ayah duduk di depan sambil ngobrol sama Wa Alwis yang jemput ke rumah sakit. 


Opini tentang Media Sosial

Seperti kita tahu, blog merupakan media digital alternatif untuk orang-orang yang suka menulis. Penulisnya mempunyai ‘kebebasan’ dalam menumpahkan pikiran dan hati penulisnya tanpa tanggung jawab pada industri penerbitan. Penulis bloger lebih independen dan bertanggung jawab sendiri terhadap isi konten yang ia bahas. Hasil olahan tulisan masing-masing blogger bisa beragam dan mendatangkan pembacanya sendiri. Isi atau konten tulisan yang dibahas, lepas dari bagus atau tidak, akan menyaring pembacanya sendiri yang biasanya mempunyai passion dan pemikiran yang sama.

Toko aksesoris disusun artsy banget.
Foto: Ima
Piknik Ke Farmhouse

Liburan dan melakukan perjalanan ke suatu tempat yang berbeda, sering membuat pikiran dan hati lebih cerah. Katanya, segala sesuatu yang kita “lihat” akan memberi pengaruh pada hati dan pikiranmu lalu akan berakhir pada tindakan. Jalan-jalan, piknik, main, travelling, trekking, apapun istilahnya yang dilakukan di luar rumah untuk menikmati alam atau tempat tertentu, sering menjadi salah satu solusi yang bagus dilakukan sekali-kali agar meluaskan sudut pandang kita, bahkan seringkali menelurkan gagasan baru atau gagasan lama dengan energi yang lebih segar. 



Selasa lalu, saya dan teman-teman piknik ke salah satu destinasi wisata di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Kalau hari biasa, jalan menuju ke arah Lembang ini akan padat , karena di daerah pegunungan ini banyak jadi tempat wisata yang menyenangkan. Jadi, kami sepakat untuk datang di hari biasa. Makin kesini, di Lembang banyak pilihan destinasi wisata yang unik dan menarik untuk dikunjungi. Salah satu tujuan kami sekarang adalah Farmhouse, yang sudah dibuka bulan November 2015 lalu. Tempatnya tidak terlalu jauh dari terminal Ledeng tinggal lanjut saja ke atas, posisinya ada di sebelah kanan. Nah, kalau kamu datang di hari libur, kalau jalanan sudah terlampau penuh, biasanya polisi akan membelokan jalur ke Jalan Sersan Bajuri. Jadi kalau mau ke Farmhuse di waktu liburan dan pas ada perubahan jalur sementara, nanti kendaraan akan keluar di jalan Lembang, kamu harus turun lagi. Posisinya tak terlalu jauh, ada di sebelah kiri, tulisannya sangat besar jadi mudah ditemukan.

Sampai di gerbang, ada petugas tiket tanpa pos, dia akan menghampiri kita lalu menanyakan jumlah orang yang akan masuk. Melalui petugas itu kami membeli tiket yang katanya bisa ditukar dengan susu atau sosis. Wah, meraik juga tiket ditukarkan dengan makanan, rasanya saya ingin segera beranjak ke tempat penukaran tiket. Saya jadi agak bingung karena banyak kendaraan yang parkir, tempat parkirnya sangat luas, banyak pohon jadi mobil pun adem. Mobil parkir agak jauh, meskipun bukan liburan, cari tempat parkir agak pelan padahal lahan parkir cukup luas. Begitu lihat sekeliling, sudah terlihat sebuah botol susu dengan ukuran raksasa berwarna putih. Cantik sekali, saya seperti dibawa ke sebuah film bule gendre keluarga tahun 80-an yang selalu disisipi cerita ada pengirim susu murni dengan kemasan botol kaca. Dibelakang sana, ada atap dengan cat putih dan salur putih, rumah-rumah dengan dinding batu, tapi hanya terlihat sedikit karena tertutup pohon. Saya jadi semakin penasaran ingin segera masuk. 




Begitu mendekati loket penukaran karcis, ada tiga jalan setapak yang mengarah pada tujuan yang berbeda-beda sebagai pintu masuk tanpa pintu permanen, kamu bisa keluar masuk begitu saja, kiri kanannya dipenuhi pohon pagar. Ada tiga pintu masuk, ke kanan disambut dengan rumah sosis dan susu lanjut menuju kandang-kandang binatang dan rumah hobbit. Jalur tengah kita mengikuti jalan setapak disambut dengan air terjun yang menarik dan bikin adem, sedangkan ke kiri kita seperti masuk ke sebuah labirin. Kiri kanan dipenuhi pohon pagar yang tinggi menjulang. Saya ingin sekali berlari-lari mengikuti setiap jalan setapak seperti anak-anak yang berlari dan saling berteriak karena senang. Tapi, sebelum keliling kami memutuskan untuk makan dan berbincang-bincang di Restoran Backyard. Saya setuju saja, kebetulan ini waktu makan siang, perut saya sudah mulai merajuk. Jadi, kami melangkah ke jalan setapak yang tengah dan dikejutkan dengan rumah kayu yang indah sekali. Percis rumah-rumah pedesaan di Belanda. Rupanya rumah itu dibagi dua, sebelah kanan restoran dan sebelah kiri factory outlet. Selain makan, disini saya hunting-hunting pakaian dan beragam oleh-oleh.

Saya fikir Farm House ini rumah-rumah peninggalan jaman kolonial Belanda dulu, jaman tanah Jawa ini dikuasai oleh mereka, lalu sekarang dibuka, diolah dan dibuka untuk umum. Ternyata wilayah ini tanah kosong, banyak pohon, tanah berundak-undak yang sengaja dibangun khusus sebagai tempat wisata dengan konsep pedesaan Belanda. Sebelum masuk ke restoran, saya lihat ada perempuan-perempuan cantik memakai baju tradisional Belanda di lantai 2 rumah batu. Rupanya, di rumah batu itu, kita bisa menyewa baju tradisional Belanda selama 1 jam, bisa dipakai keliling dan mencari spot yang cantik di sekeliling Farmhouse untuk foto cantik. Wah, tempat ini bagus sekali buat hunting foto, foto-foto seru, karena banyak spot yang unik di tiap sudutnya.


Makan di Backyard sambil Menikmati Karya Seni


Rumah desain klasik pedesaan Belanda ini rupanya rumah makan dengan ruang-ruang yang luas dan atapnya tinggi. Rumah bertingkat 2 lantai, dari luar sampai masuk saya langsung jatuh cinta pada konsep ruang yang dibangun pada restoran ini. Kamu akan menginjakan kaki pada ubin-ubin patern yang antik, tangga kayu, dengan tiap sudut diisi dibuat unik seperti ada rak menyusun barang antik seperti galeri, lalu di sudut atas merapat ke ujung atap dipenuhi kepala rusa, di sudut yang lain mengantung rapi beberapa lukisan gaya realism disusun sangat estetis. Interior ruang dilengkapi dengan meja-kursi, tempat cuci tangan yang unik, klasik dan memboyong pengunjung bisa menikmati makanan dan menumbuhkan suasana hangat.

Spaghetty Carbonara. Foto: Ima
Katanya, rencana awal tempat ini mau dibuat restoran saja, lalu ide pun bisa berkembang menjadi tempat menarik untuk sekedar dikunjungi, dinikmati untuk jalan kaki, duduk-duduk, foto-foto, mengenalkan miniatur peternakan pada anak-anak. Dengan begitu, bisa menjadi sarana edukasi buat pengunjungnya juga, kita bisa memberi pakan dan bersahabat dengan binatang.

Ah, ya, sebelum cerita lebih panjang tentang spot-spot menarik, saya mau cerita makanan-makanan yang disediakan di Restoran Backyard atau Backyard Kitchen. Menu disini beragam, dari makanan Asia dan Eropa, mungkin tidak semua menu Eropa cocok di lidah kita. Seperti diakui teman saya, Rany, dia belum cocok dengan makanan Eropa karena rasanya yang tidak tajam. Saya mengerti, karena kita biasa dengan bumbu-bumbu yang lengkap dan rasa yang gurih. Sementara, biasanya, jenis makanan Eropa biasanya suka tawar. Saya termasuk lidah adventurer, mau coba apa saja dan bisa punya sensasi sendiri untuk mix dan max makanan. Meskipun tidak selalu jadi pavorit, tapi setidaknya cukup mencoba saja. 

Pelayan menjelaskan bahwa menu jagoan di Backyard Kitchen ini ada Wagyu dan Butterfly Chicken. Tapi, karena yang lain kebanyakan sudah pesan menu itu, saya mau coba spaghetti carbonara with mushroom, katanya jagoan juga, lalu tambah dengan green fresh salad dan minumnya saya pilih hot green tea, yummm… penasaran untuk mencoba rasanya. Angin sejuk masuk hilir mudik diantara kami, suasana ruang ini menumbuhkan imajinasi sendiri dan membawa saya ke sebuah spirit yang menarik. Sayangnya, saya tak begitu lihai mengambil sudut poto, padahal imajinasi saya ingin begini tapi hasil jepretan jadi lain. Padahal apa yang saya lihat, aslinya jauh lebih menarik. 

Butterfly Chichen lengkap dengan ubi yang lembut dan manis.
Foto: Ima.

Wagyu daging lembut dan sausnya yang lezat.
Foto; Ima

Seru menikmati makanan istimewa.  Foto: Ima
Tak perlu menunggu lama atau entahlah, saya larut dalam suasana ruang yang menarik. Satu persatu makanan hangat, harum dan segar yang kami pesan datang menuju meja kami. Saya mulai dengan melahap spaghetti dengan saus keju, potongan smoked beef dan jamur. Jamur dan sausnya banyak, rasa asin kejunya terasa gurih, dengan garam yang pas. Kekenyalan mienya juga matang sempurna. Lalu saladnya ini, isinya potongan paprika, sayuran lalapan dengan saus yang saya tidak mengerti apa, rasanya agak asam dengan taburan seperti keju tapi bukan. Mirip bibit susu dengan butiran lembut dan tawar. Sayuran segar dan crunchy membuat saya bersemangat makan dan menyeimbangkan perut saya yang melahap banyak karbohidrat. Saya sulit berhenti dan tidak tega menyisakan makanan yang enak-enak ini. 

Sementara, teman saya pesan Wagyu. Saya coba sedikit, dagingnya empuk, rasa sausnya istimewa lengkap dengan taburan keju dan kentang goreng. Sambil ngobrol-ngobrol ada camilan taco dengan rasa saus carbonara yang lezat dan seperti tak ada tambahan instan. Saus tomatnya segar dengan taburan oregano yang khas, asam, manis, pedas.  Oh, ada Butterfly Chicken sebagai protein hewani dilengkapi zat gizi penyeimbang dengan ubi kukus, membuat paduan makanan ini lebih istimewa. Ide bagus untuk memadukan makanan di rumah sekali-kali menyediakan ubi sebagai teman makan bukan sekedar makanan selingan. Meja makan terasa semakin hangat membahas satu makanan dengan makanan yang lain. Kepala saya menerawang, betapa bahagianya orang-orang yang bisa mengeksekusi idenya lalu bisa diterima dan dinikmati oleh banyak orang. Tentu yang saya maksud pemilik dan asitek Farm House yang merupakan pasangan suami istri dimana istrinya merupakan arsitek, yang menurut saya jenius dan matang.


Hunting Foto 

Selesai menikmati makan siang, kami lanjut keliling dan menikmati spot yang unik, seperti rumah untuk ruang foto, taman gembok cinta, peternakan, ruang pertemuan, rumah hobbit, tempat camilan, tempat bermain anak, factory outlet, toko roti sandwich. 




Di seberang restoran, ada rumah batu yang unik, di lantai dasar ada semacam toko buah-buahan segar, buah-buahan ini asli bukan untuk pajangan. Lalu di lantai dua ada tempat peminjangan kostum dengan ruang yang mungil dengan tata ruang yang seperti ruang make up artis dengan menggantung kostum-kostum dan alat make up, ruang ganti dan kaca. Diatas ada balkon yang menghadap ke pemandangan yang segar dan unik. 


Studio foto, menyediakan kostum Eropa yang unik.
Foto: Ima
Disini kamu bisa pinjam kostum dengan biaya sewa cukup murah sebesar Rp. 75.000 selama 1 jam, bisa dipakai keliling Farm House dan bisa jepret sana sini. Kalau ingin difoto oleh fotografer dan di print ukuran 4R ada ongkos tambahan. Rupanya, selain bisa sewa kostum dan dan fasilitas foto, disini boleh difoto untuk prewed tapi harus melewati reservasi dulu ke Bapak Tony. Kamu dapat fasilitas voucher makan, kostum Eropa, ruangan untuk make up, dan yang pasti harus weekday. Karena kalau weeked sebagai antisipasi pengunjung yang datang cukup padat.

Kura-kura menikmati pakannya. Foto: Ima
Sayangnya piknik kali ini saya tidak ajak anak, karena ada kebun binatang mini dan bisa memberi pakan, anak-anak pasti suka dan bersemangat. Mereka pasti bisa bersenang-senang sambil mendapat nilai edukasinya, pakannya sudah disediakan dan anak-anak bisa kasih pakan agar menumbuhkan rasa senang, suka dan sayang binatang. Binatangnya cukup banya, ada kelinci, kambing, iguana, sapi, kuda, anak sapi, kucing. Eh yah, selain kita bisa kasih pakan, kita boleh mencoba memeras susu sapi, jangan khawatir setiap titik ada pemandunya. 

Pengunjung memberi pakan untuk kambing.  Foto: Ima
Ada yang unik lagi, kamu masuk ke rumah aksesoris yang menyedikan handmade yang lucu-lucu dan gembok. Gembok? Iya, soalnya ada pagar kawat sepanjang jalan setapak hingga naik ke puncak. Di pagar itu kita bisa pasang gembok dengan nama kamu dan pasangan kamu. Jadi wilayah ini diankanan gembok cinta. Lucu buat seru-seruan. Kiri kanan dipenuhi pohon cemara, setiap sudut dipenuhi tumbuhan yang membuat suasana tetap segar dan menenangkan. 

Taman gembok cinta.  Foto: Ima
Datang ke tempat ini menyenangkan untuk memanjakan hati dan berbagi kesenangan bareng-bereng dengan teman atau keluarga. Karena pemandangannya dapat, cuaca dinginnya dapat, makanan enaknya dapat, edukasi hewan dan tumbuhan dapat, dan bisa belanja pula. Setiap orang punya tujuan dan kepuasan tersendiri. Kalaupun disini hanya menikmati pemandangan saja sudah cukup, soalnya memang tempatnya di desain untuk dapat spot foto. Tapi ada juga yang merasa belum lengkap jika belum menikmati makanannya dan belanja. Sesekali penting pergi ke luar rumah bersama teman maupun keluarga untuk piknik, sekedar jalan kaki menelusuri alam, pemandangan sebagai upaya membina hubungan baik dengan teman maupun keluarga. 

Bangunan kiri adalah restoran, rumah batu yang kanan
di lantai 2 adalah studio foto & peminjaman baju.
Foto: Ima

Bandung, 12 Maret 2016
@imatakubesar

Saya sering bingung dengan kondisi wajah saya yang sering mengkerut, kusut, berminyak, banyak komedo dan terlihat lelah. Kadang kalau sedang di mini market atau di angkot, lalu mencuri penglihatan ke kaca spion atau kaca di atas rak, saya suka kaget sendiri ketika melihat ekspresi wajah saya yang sering terlihat serius, dikening mengkerut atau tegang. Bahkan, untuk beberapa orang yang baru kenal lebih terkesan galak. Hehe… ternyata, ekspresi wajah mengkerut seperti itu, salah satu tanda saraf kita tidak tenang atau stress. Duh, saya fikir saya butuh perawatan wajah, nih, biar otot-otot wajah lebih tenang. Selain lebih menjaga kesegaran tubuh dengan olah raga, senam-senam ringan di rumah.