“Mama, ice cream buatan Mama, enaaaaak!” Begitu sorak sorai anak-anak ketika melahap sedok demi sendok ice cream Haans rasa vanila.

Seneng ya kalau anak-anak merasa puas dengan makanan yang dibuatkan. Padahal saya bukan Ibu yang pandai memasak, karena masakannya itu itu aja. Dari pancake, brownies, bolu, donat, pokoknya yang sederhana dan disukai anak-anak. Itu pun karena saya selalu dibantu oleh bahan yang sudah lengkap keluaran Haans. Termasuk Ice Cream yang disukai anak-anak itu. Kita tinggal masukan bubuk ice cream, tambah air es lalu mix selama 3-5 menit lalu simpan di freezer. Anak-anak pun merasa keren banget punya Mama bisa bikin Ice Cream.

Begitu ada acara Sweet Today 5.0 yang diselenggarakan oleh Colatte and Haans di Hotel Horison Ultima Bandung, buat saya kesempatan bisa ikut dan semakin membuka dunia masak memasak. Lewat acara ini saya jadi tahu beragam dasar produk yang bisa menghasilkan makanan lezat dengan langkah-langkah mudah. Sayang sekali kalau dilewatkan, karena demo masak akan dipandu langsung 2 chef handal, Chef Arief Maulana yang spesial di bidang pastry dan Chef Nina Bertha-saya sering melihat programnya di televisi. 


Selain itu, para ibu zaman sekarang itu kan asik sekali posting foto makanannya di akun medsosnya. Di acara ini ada pelatihan food Photography bersama Sefa Firdaus. Coba deh lihat dan pelajari cara pengambilan gambar Ibu Sefa, bagus dan menarik. Soul-nya si makanan itu terasa sekali. Nah, kesempatan kali ini ,para ibu diberi tahu cara pengambilan foto dengan handphone agar foto makanan karya sendiri pun bisa terlihat menarik.



Sweet Today 5.0

Kalau perempuan berkumpul dan bicara tentang masakan dan makanan, hasilnya suka unik, menarik dan berkembang. Sama halnya ketika saya datang ke acara Sweet Today 5.0 , rupanya selain sharing ilmu memasak dan food photography, ada pula lomba mengkreasikan makanan dengan bahan dasar Haan, Bendico & Colatta oleh 6 komunitas. Hasilnya bagus-bagus dan memikat, bawaanya jadi ingin icip-icip. Saya sampai takjub sendiri, karena hasil olahan itu dibuat oleh tangan kreatif para ibu dengan langkah-langkah mudah. Jreng! Jreng! Semua ibu ternyata bisa banget membuat makanan dengan bahan-bahan yang disediakan Haans, Bendico dan Colatta. 





Lomba Memasak

Kota Bandung merupakan kota ke-5 setelah acara Sweet Today yang diadakan di Jabodetabek dan Surabaya. Sebelum acara yang menurut saya terbilang akbar-karena peserta yang mengapresiasi acara ini ada sekitar 200 orang-perusahaan yang terkenal mengusung bahan-bahan adonan kue sering mengadakan pelatihan/demo masak ke komunitas ibu-ibu di berbagai kota. 



Aktifitas ini bisa membuka kegemaran para ibu mengolah masakan menjadi lebih asik dan menyenangkan. Bahkan banyak diantara para ibu yang ikut pelatihan berharap bisa menambah keterampilan masaknya untuk mengelola bisnis makanan. Ternyata sebelum acara besar dengan tema Sweet Today-PiliHaan Ibu Semua Bisa, PT Gandum Mas Kencana sudah sering juga mengadakan pelatihan memasak dengan komunitas-komunitas para ibu. Mereka mendatangi langsung komunitas, lalu demo masak bersama-sama. Kegiatan ini tentu bisa menginspirasi kreatifitas para Ibu.

Nah, acara Sweet Today 5.0 ini ada lomba membuat kue dengan menggunakan bahan dasar produksi PT Gandum Kencana. Dari 12 komunitas, yang berhasil masuk lomba ada 6 komunitas. Semua kebutuhan dasar komunitas untuk membuat kue disediakan oleh perusahaan, dikirim ke tempat, lalu diolah oleh peserta dan hasilnya dibawa ke acara Sweet Today 5.0 untuk dilombakan. Ada yang membuatnya dari 1 hari sebelum acara, ada yang membuat malam hari. Hasil-hasil karyanya menarik dan bagus-bagus.

Para perempuan yang kreatif yang berhasil lolos dilombakan yaitu dari komunitas Sabumi, Dapur Katumbiri, Natural Cooking Club Bandung, Emak Pintar Bandung, Ikatan Wanita BRI Sumedang, Cooking & Baking Creativity. Mereka menyajikan kreasi masakan yang beragam dan bisa dipastikan rasanya pun lezat. 





Launching Produk

Peserta yang daftar ke acara ini cukup membeli tiket Rp. 100.000 untuk mendapatkan kelas workshop , makan siang dan goodie bag. Dari 200 peserta acara yang hadir di acara ini antusias sekali. Mereka punya energi yang sama, yaitu ingin mendapatkan inspirasi dan ilmu memasak yang bisa diaplikasikan untuk beragam tujuannya. Bayangkan, acara mulai jam 10.00 wib, tapi jam 09.00 wib peserta sudah cukup banyak lalu mencari kursi paling strategis. 



Sambil menunggu acara dimulai, para peserta dihibur oleh pertunjukan musik dengan lagu-lagu yang menyenangkan. Suasana tertata apik dan menarik. Di kiri kanan panggung terdapat layar untuk pemutaran video maupun presentasi. Sesekali peserta yang sudah mendapatkan kursi keliling gedung untuk melihat, memotret sajian kue-kue dan resep karya para komunitas yang lomba.

Tak lama kemudian, acara pun dimulai. Rupanya ada kejutan yang menarik, Colatta dan Haan launching produk baru. Tepatnya ada 2 jenis, yaitu Colatta Crunchy Spread (selai cokelat dengan tekstur crunchy) dan Haan Brownies Pounch (brownies cake mix) dengan harga yang lebih ramah dan cara membuatnya pun sederhana sekali. Rasanya? Nah, nanti diceritakan di saat demo masak. Karena peserta mendapat kesempatan icip-icip kue hasil olahan para chef. 



Launcingnya cukup meriah, kami dihibur oleh musik dan tarian khas Sunda, mungkin karena acaranya di Bandung jadi tarian yang disajikan pun khas setempat.



Demo Masak Bersama Chef

Ini dia momen yang ditunggu-tunggu, demo masak bersama Chef Arief dan Chef Nina. Karena pesertanya banyak dan ruangannya besar sekali. Jadi kami melihat proses masaknya di layar besar yang disediakan di kiri dan kanan panggung.

Chef Nina dan Chef Arif performing masak berbagai makanan berbahan dasar produk Colatta dan Haans, diantaranya Cheese and Crunchy Chocolate, Pie and Chocolate Brownies dan Colatta Crunchy Mooncake. Menarik sekali melihat interaksi dan cara penyampaian kedua Chef, diantara langkah-langkah mengadon bahan dasar, mereka selalu memberi tips. Misalnya memperagakan cara mencetak mooncake agar hasilnya bagus, cara bakin pie agar hasilnya bagus, tanda-tanda brownies yang hasilnya bagus yaitu yang mengkilap dan retak-retak. Saya malah baru tahu ciri-ciri brownies bakar yang berhasil seperti apa. Saya tahunya, ikutin semua cara dan takaran bahan, setelah jadi langsung makan. Kalau enak berarti berhasil. Hehe... 



Setiap selesai demo satu resep, peserta mendapat kesempatan nyicip makanan yang diolah. Saya jadi ada inspirasi membuat pie and chocolate brownies, ternyata mudah sekali membuatnya. Terutama begitu membuat adonan brownies Haans. Sesekali buat acara kumpul keluarga dan jual di toko-toko kue.

Demo masak ini berlangsung cukup lama sampai diselingi makan siang dulu karena memang waktunya untuk makan siang. Meskipun peserta cukup banyak, makan siang peserta terpenuhi dengan baik dengan menu yang spesial.



Food Photography Bareng Ibu Sefa Firdaus 



Sesi foto makanan ini salah satu yang ditunggu, begitu lihat akun instagram Ibu Sefa Firdaus saya langsung jatuh cinta. Hasil foto-fotonya bagus sekali. Begitu sampai rumah tips dan trik motret makanan dengan smartphone langsung dipraktekan, dan BELUM BERHASIL!. Ya, namanya juga belajar.

Saya coba bagi di tulisan blog ini, ya. Ada beberapa tips yang bisa kamu perhatikan, diantaranya:

1. Kenali handphone anda: coba fitur semua yang ada di kamera, bersihkan lensa, aktifkan garis bantu (grid line).

2. Lighting:

- Kenali sumber cahaya yang akan digunakan, ada yang natural dan artificial light (cahaya buatan).

- Modifikasi cahaya yang akan digunakan: dengan diffuser dan tanoa diffuser

- Pantulan cahaya (bounce): dengan reflektor dan tanpa reflektor

3. Dengan Konsep

- Rustic

4. Komposisi (rule of third)

- Rule of Third

- Negative Space (ruang kosong)

- Kurva S

- Segitiga (triangle)

5. Sudut pengambilan

- Eye level (sejajar)

- ¾ (45 derajat)

- Atas (Bird Eye View)

6. Food Styling

- Pelajari “Hero” (makanan) yang akan difoto.

- Siapkan props dan garnish (taburan)

- Tentukan mood/suasana foto yang ingin ditampilkan.

- Siapkan “hero”

- Siapkan background/alas foto yang sesuai (Brigt BG)

7. Edit Foto

Langsung dari kamera.

Melalui Ibu Sefa Firdaus saya banyak mendapatkan ilmu motret agar hasil fotonya bagus. Karena makanan enak kalau ahsil fotonya kurang menarik, kurang bisa meyakinkan dan mewakili rasa si foto dalam memberi gambaran cita rasa makanan tersebut. 



Jadi momen Sweet Today 5.0 yang diselenggarakan cukup memberi inspirasi untuk terus bergerak dan berdaya. Sehingga kita bisa memanfaatkan kesempatan kebersamaan dengan orang-orang tercinta dengan menyajikan makanan unik dan lezat dengan cara praktis.



31 Agustus 2018

Imatakubesar

Love, love, love...

There’s nothing you can do that can’t be done

Nothing you can sing that can’t be sung

Nothing you can say, but you can learn how to play the game

It’s easy

Nothing you can make that can’t be made

No one you can save that can’t be saved

Nothing you can do, but you can learn how to be you in time

It’s easy

All you need is love, all you need is love

All you need is love, love, love is all you need



(sepotong lirik All You Need Is Love, The Beatles)



Saya suka sama kata-kata romantis pada lirik lagu The Beatles berjudul All You Need Is Love, bahwa dengan kekuatan cinta tak ada yang tak bisa dikerjakan, semua proses terasa lebih mudah dilakukan. Ringan hati, ringan langkah. Dengan dasar cinta, segala sesuatu itu sangat mugkin dikerjakan sampai tuntas.

Herannya, seringkali cinta ini memberi energi lebih ketika kita menekuni suatu bidang. Hambatan-hambatan cuaca, uang, tenaga, dan berbagai situasi lainnya bisa di-‘hajar’ begitu saja. Sehingga setiap proses terasa lebih mudah dan asik dijalankan. Ada semangat lebih sekalipun berat, entah hormon apa yang didorong oleh cinta, seringkali menghadirkan energi kreatif, kita jadi senang mengulik dan rasa ingin tahu pun lebih tinggi. Dengan begitu setiap hari ilmu semakin bertambah dan kehidupan terasa lebih luas.

Cinta disini tak hanya prihal hubungan laki-laki dan perempuan, tapi perasaan itu hadir secara alami sejak manusia lahir. Mekar, tumbuh dan berbuah.

Saya percaya, setiap orang yang mencintai aktifitasnya, baik itu di dunia seni, pendidikan, tulis menulis, memasak, teknologi, olah raga, kesehatan, apapun. Dia akan terus mengasah, mengolah kemampuannya terus menerus. Dengan begitu kualitas hidupnya semakin terasah dan ‘kaya’. Tak hanya diapresiasi oleh orang-orang, karyanya dapat memberi inspirasi, gerakan positif bagi kehidupan dan lebih dahsyatnya lagi mengharumkan nama bangsa.


Dengan Cinta Jadi Mudah

Banyak proses yang saya jalani dengan cinta. Beberapa diantaranya ketika berkegiatan teater, beraktifitas toko buku berbasis komunitas, menjadi sekretaris redasi di majalah lokal, mengelola usaha desain dan printing, blogging. Semua itu menjadi bagian dari proses yang banyak memberi ilmu kehidupan. Masing-masing memberi kontribusi pola fikir dan hati dalam menjalani hidup yang sekarang.

Kadang ketika kita menjalani kegiatan itu, ada masanya berat sekali yang melibatkan perasaan dan fisik. Tapi saya selalu percaya, setiap masalah yang dijalani hari ini kelak akan kita syukuri karena memberi kekuatan dihari-hari nanti.

Beberapa tahun lalu (laluuu sekali), ketika berkegiatan teater, kalau ingat masa-masa itu saya suka heran sendiri. Energi menjalani setiap prosesnya saat itu sangat besar. Banyak hal yang dikorbankan, terutama waktu bersama keluarga, kurang makan dan mengabaikan waktu pulang malam. Saat itu saya menjalani latihan-latihan yang panjang, aktif mengadakan berbagai kegiatan dan sibuk mengerjakan tugas. Rumah hanya sekedar tempat tidur lalu pagi-pagi sudah berangkat lagi untuk kuliah dan latihan.

Cape karena banyak hal yang menguras tenaga dan pikiran. Herannya, saya bertahan di bidang teater dan dilanjutkan begitu beres kuliah. Kalaupun bekerja, saya ambil yang freelance atau partimer agar bisa tetap berproses di bidang teater. Semua karena cinta.

Begitupun ketika membuat usaha desain dan printing bersama suami. Semua dijalani dengan asik, meskipun diawal-awal buka usaha ini, konsumen masih sangat minim. Nyaris setiap malam kami begadang, membuat desain, potong-potong kertas, bolak balik ke percetakan, belanja kertas foto dan beragam kertas untuk kebutuhan print. Semua proses dijalani seperti diatas perahu dengan ombak yang naik turun. Kadang ombaknya pelan, kencang bahkan airnya diam sama sekali.

Meskipun begitu, semua proses itu terasa berenergi dan asik. Mungkin karena usaha ini memberi kami banyak ilmu, ruang-ruang interaksi yang seru dengan para konsumen. Yang jelas kami sangat menyukai usaha di bidang ini.



Setiap Manusia Ada Persoalan

Ketika manusia memutuskan melakukan sesuatu, apakah itu kuliah, berumah tangga, membuka usaha, mengambil pekerjaan, dan usaha mencapai impian-impiannya. Bukan tidak mungkin semua itu beriringan dengan hambatannya.

Begitupun kehidupan yang kita jalani dengan cinta, bukan berarti terbebas dari persoalan. Hanya saja kita akan lebih mudah bersemangat ketika sedang lelah, mudah mendapat ide ketika harus mengambil beberapa keputusan.

Jadi, jalani semua dengan cinta, bersamaan dengan itu ada kekuatan lebih yang membuat kita tetap berdiri.

Bandung, 28 Agustus 2018

@imatakubesar

Begitu anak ingin di sunat, saya mulai mencari info biaya sunat, harga bahan dasar makanan dan camilan yang enak tapi sesuai anggaran. Menyiapkan acara keluarga seperti sunatan, nikahan, arisan, kekahan itu ribet-ribet gampang tapi nyenengin. Namanya juga momen syukuran, jadi pas mengurusnya juga perpaduan antara asik dan deg deg-an takut makanan gak cukup buat tamu.

Paling suka kalo mulai menata rumah, beres-beres dan menyiapkan menu makanan yang lezat. Yah setidaknya begitu ada tamu datang, rumah agak-agak rapi, ada wangi-wangi dikit, ada makanan berat, camilan enak sambil duduk-duduk di atas karpet, ngobrol seru sambil nge-teh atau ngopi. Biasanya kalau rasa makanan enak dan rumah nyaman, tidak hanya yang punya acara, tamu pun jadi ikut terbawa senang.

Saya rencananya engga bakal bikin acara yang heboh, rame, apalagi sampai ada musik panggung. Kumpul biasa aja, gelar karpet di ruang tengah dan menyiapkan makanan secukupnya di meja makan. Paling tidak kami siapkan makanan agak spesial sebagai bentuk rasa syukur aja dan membuat para tamu yang nengok bisa ikut merasa senang. Kedatangan mereka biasanya menambah energi yang positif buat kami sekeluarga.

Nah, rencananya beberapa minggu ke depan saya mau nyunatin 2 orang anak saya yang masih kecil-kecil. Di usia mereka sekarang rasanya udah cukup umur buat di sunat. Anak yang pertama masuk usia 8 tahun 11 bulan dan yang kedua 5 tahun 8 bulan. Melihat pertumbuhan mereka, rasanya baru kemaren deh di gendog-gendong sambil menatap mata beningnya.

Sebenarnya, saya udah lama ngenalin mereka tentang kewajiban di sunat buat anak laki-laki. Salah satunya kalau ada temannya yang disunat, saya mengajak mereka memenuhi undangan untuk memancing keinginan. Sambil jalan saya cerita-cerita seru tentang anak yang disunat. Awalnya mereka tidak mau dan terus tidak mau karena takut sakit, terutama anak yang pertama. Tapi sekarang sudah mulai bertanya-tanya.

“Ma, di sunat itu sakit, ga?”

“Ma, kalau di sunat itu nanti bakal banyak uang, ya?”

Katanya kalau anak sudah ngasih tanda ingin disunat maka segerakan, dan sayapun mulai menganggarkan biaya dan merencanakan waktu yang tepat untuk disunat. Saat itu pikiran saya langsung ke isi tabungan untuk menyiapkan kebutuhan kesehatan anak-anak, sajian makanan sampai bentuk acara sunatannya seperti apa.

Kalau melihat kebiasaan masyarakat disini, acara sunatan itu dirayakan seperti layaknya acara nikahan. Dengan banyak pertimbangan, saya dan suami sepakat engga akan bikin acara sunatan yang rame-rame. Tapi tetap sih di rumah menyediakan nasi tumpeng, lauk pauk, camilan enak kaya brownies kukus Amanda, kue-kue basah, untuk kedatangan keluarga dan sahabat sebagai tanda syukur.

Ya, yang penting anak selamat dan makin sehat. Kalau harus bikin acara rame-rame, saya belum sanggup, euy. Mending dananya dipakai buat kebutuhan yang lain, seperti buat kursus renang, kursus gambar atau beli peralatan sekolah.

Jadi saya mulai cari tempat berikut harga buat sunat dan mengotak ngatik menu untuk acara sesuai anggaran yang saya punya. Rencananya kedua anak saya disunat sekaligus, lagian mereka sudah sama-sama cukup umur untuk disunat. Jadi setidaknya saya harus menyiapkan makanan untuk keluarga, orang tua teman-teman Aden dan Bayan, tetangga, pengurus DKM, teman-teman dekat saya dan suami, setidaknya menyiapkan makanan untuk 150 orang.

Banyak ya, hmmm... iya sih,jumlah segini itu masih biasa, soalnya adik kakak aja udah 32 orang belum keponakan dan anak-anak keponakan. Tapi biasanya yang suka dateng ke acara arisan aja sekitar 40 orang-an (udah termasuk anak-cucu). Jumlah segitu masih terbilang setengahnya, masih banyak kakak-kakak yang gak bisa atau kurang suka ke acara kumpul keluarga. 




Begini perkiraan tamu yang bakal dateng ke acara sunatan, keluarga dihitung 50 orang, teman-teman Bayan dan Aden sekitar 20 orang, pengurus DKM sekitar 15 orang, tetangga dan teman-teman sekitar 30 orang. Hitungan kasarnya sekitar 150 orang. Nah, engga pakai acara undang-undang serius aja udah masuk ratusan.

Kalau acara serius biasanya suka ada idangan (sunda: bingkisan) yang bisa dibawa sama tamu. Isinya bisa makanan basah maupun makanan kering. Dengan berbagai pertimbangan, kayanya saya engga bakal menyiapkan idangan buat tamu. Acaranya kumpul-kumpul aja, asal anak udah selamat, sehat, menunaikan kewajiban dan menyediakan makanan apa adanya kalau-kalau ada yang menengok. Jadi saya lebih fokus ke proses sunatnya dan makanan yang enak. Setidaknya momen ini bisa dijadikan kumpul keluarga dan sahabat. 




Setelah berhitung dan orat oret menu, kayanya bakal menarik kalau makanan beratnya berupa nasi tumpeng, ayam serundeng, perkedel kentang, bihun sambel, kerupuk dan air mineral. Sementara camilannya saya pilih brownies amanda, risoles, soes, kripik-kripik. Untuk minumannya ada cendol, teh dan kopi. Kayanya segitu juga sudah cukup, ya.

Memilih nasi kuning biar terasa lebih istimewa dibanding nasi putih walaupun lauknya biasa aja. Malah tadinya engga bakal pakai ayam serundeng tapi telur aja, tapi berasa kurang afdol kalau engga ada ayam, ya.

Terus camilannya saya pilih camilan brownies kukus karena keluarga dan sahabat suka sama brownies keluaran Amanda ini. Reaksinya suka lebih heboh gitu. Di potongnya pun bisa kecil-kecil, setiap satu piring yang disajikan ada 3 jenis camilan. Setiap piring itu disusun rapi di atas karpet. Jadi kalau ada tamu datang bisa menikmati camilan sama segelas minuman dingin maupun hangat.

Kesannya kalau ada brownies Amanda di sebuah acara itu mewah ya, padahal harganya masih ramah di kantong. Lagian sekarang kan di Amanda Brownies ada 3 jenis paket dengan harga hemat, namanya Paket Amanda Brow. Setiap satu paket ada 3 macam rasa, jadi kan bakal asik kalau kita menghidangkan camilan dengan beragam rasa. 







Paket pertama namanya paket pink: jenisnya ada rasa pink marble, original dan sarikaya pandan cuma Rp. 112.900 aja. Paket kedua ada Paket Blue ada 3 jenis rasa juga, blueberry, original dan tiramisu marble cukup dengan harga Rp 114.900. Dan paket yang ketiga namanya paket choco, ada choco marble, original dan cheese cream cuma di bandrol dengan harga Rp. 133.900. Harganya masih masuk akal, jadi angggaran buat camilan bisa lebih hemat. Para tamu pun bisa nikmatin beragam rasa brownies kukus yang enak bahkan terasa lebih mewah. 



Sementara kalau risoles sama soes, saya biasanya pesen ke tukang kue langganan. Rasanya cukup enak dan harganya juga masih ramah di kantong. Tinggal telepon, kuenya nanti diantar ke rumah atau janjian ketemu di luar. Seperti juga tukang kue, Brownies Amanda juga sekarang ada fasilitas antarnya dan gratis ongkos kirim. Asik, kan.

Buat saya fasilitas-fasilitas antar kaya gini bantu banget menghemat tenaga dan pikiran. Selain fasilitas delivery, outlet Amanda juga udah menyebar di beragam kota. Di Jawa Barat ada 39 outlet yang semakin dekat dengan pusat-pusat wisata, jaraknya semakin mudah dijangkau. Keren, ya! Dulu saya suka pesen Brownies Amanda sama teman yang tinggal di daerah Margahayu. Soalnya tahun 2002-an gitu, brownies ini disukai oleh banyak orang termasuk saya. Kalau sekarang outlet Amanda sudah ada di dekat rumah, jadi tinggal naik angkot atau ojek, gak sampai 10 menit sudah sampai deh.

Selain itu, rencananya, kalau ada keluarga suami datang dari Pandeglang. Kayanya bakal pas juga buat dibawa pulang. Kemasannya juga tangguh dan browniesnya tahan lama, apalagi kalau disimpan di lemari pendingin.

Nah, sekarang saya tinggal mencari yang bantu masak buat acara hari-H. Biasanya sunatan itu anaknya dibawa ke tempat sunat subuh-subuh dan setelah sunat anak-anak pasti minta perhatian lebih. Jadi saya harus minta bantuan kakak yang mengurus masalah makanan beratnya, dari masak sampai menyajikan. Mudah-mudahan bisa tertangani dengan baik dan semua bisa menikmati acaranya dengan menyenangkan.



Bandung, 20 Agustus 2018

Imatakubesar

Beberapa hari lalu, Lembaga Penjamin Simpanan LPS) mengadakan acara Temu Media dan Influencer di Caffee Momo Bandung.  Melalui Bapak Samsul Adi, kami mendapat banyak pencerahan tentang tumbuh kembang dunia perbankan dan seberapa penting aktifitas menabung.  

Menariknya di acara ini, kami mendapat banyak penjelasan tentang perkembangan dunia perbankan dan kondisi masyarakat yang menabung.  Saya jadi kembali menata ulang dan menguatkan diri untuk menabung walaupun jumlahnya kecil.

Tabungan, punya sih tapi...


Bicara tabungan, rasanya nyaris setiap orang menjadi nasabah di Bank. Setidaknya untuk menerima gaji. Namun menariknya ada 2 karakter nasabah di Bank. Karakter penabung pertama kerap menggunakan rekening bank untuk transaksi saja. Jadi uang yang masuk hanya sekedar lewat lalu diambil semuanya, bisa untuk menerima gaji maupun bisnis. Karakter kedua, penabung yang benar-benar menyisihkan dananya untuk disimpan di Bank sebagai uang dingin, dipersiapkan untuk masa depan.

Memang sih, menabung itu susah-susah gampang dan ditambah faktor kebiasaan. Susah-susah gampang karena “godaan” untuk belanja dan kebutuhan-kebutuhan yang mendadak seringkali mengancam di akhir bulan atau ketika dagangan sepi. Seringkali nasabah sering mengambil uang tabungan untuk menambal keuangannya yang menipis. Akhirnya isi tabungan pun kosong lagi, kosong lagi. Begitu seterusnya.

Selain alasan terjepit, ternyata ada juga beberapa alasan lain yang merasa takut menabung di Bank. Ada yang takut hilang, haram dan dibobol secara online. Sikap dan ketakutan tidak mau menabung di Bank itu juga bermula karena pernah ada kasus bank yang gulung tikar sehingga penabung tidak bisa mengambil uang simpanannya. Kita tentu ingat kasus ekonomi negara yang terpuruk sehingga nilai uang jadi berkurang pada tahun 1998.

Pada tahun itu kondisi politik Indonesia tidak stabil, hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Begitu presiden Soeharto turun (diturunkan), terjadi gonjang ganjing kondisi ekonomi yang membuat 15 Bank di Indonesia gulung tikar dan ditutup oleh pemerintah. Sehingga banyak masyarakat yang kehilangan uangnya.

Kalau melihat pengalaman tersebut bisa jadi wajar sih muncul ketakutan dan rasa was-was untuk kembali menabung di Bank. Namun berdasarkan perkembangannya, pemerintah mengalami proses adaptasi terhadap perubahan situasi politik, sosial dan ekonomi. Situasi yang berdampak pada berbagai kreatifitas masyarakat. Pemerintah belajar banyak dari kejadian tersebut, sehingga mereka membuat solusi dengan membuat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).



Kini setiap Bank di Indonesia tempat kita menabung telah dijamin keberadaannya oleh LPS. Sehingga kalau Bank tempat kita menabung mengalami masalah, sebaiknya kita tenang saja. Karena uang yang kita simpan di Bank tetap aman dan bisa diambil atau dialihkan ke Bank lain. Jadi, fungsi LPS itu melindungi dan menjamin uang yang kita tabung di Bank.



Menabung, Yuk!

Mengingat pertumbuhan zaman, biaya pendidikan dan kebutuhan hidup semakin tinggi saja. Kita harus terus mengolah diri dan bekerja lebih cerdas agar bisa bertahan diantara kehidupan yang dinamis. Dalam menghadapi kehidupan yang terus bergerak tentu kondisi finansial keluarga harus selalu terjaga. Menabung menjadi langkah penting untuk menjaga kondisi “kesehatan” keuangan. Karena kita tidak pernah tahu dihadapkan pada situasi seperti apa di masa depan.

Seberapa sehat kondisi keuangan kita? Nah, ini ada beberapa tolak ukur untuk melihat keadaan tersebut:

1. Punya tabungan

2. Mampu investasi

3. Utang kurang dari 30% aset/penghasilan

Namun jangan berfikir semakin besar isi tabungan menjadi tolak ukur sehatnya keuangan kita, ada lho hal penting lainnya yaitu bagaimana mengelola pola hidup kita. Apalagi banyak alternatif tempat kuliner, destinasi wisata, supermarket, fashion terbaru seringkali kita mudah tergoda untuk mengeluarkan uang dan melupakan prioritas pengeluaran diri dan keluarga. Situasi ini kerap mengganggu kesehatan keuangan, sehingga besar kecilnya keuangan kita jadi tidak berpengaruh banyak kalau gaya hidup tidak tertata.

Kadang saya suka salut sama orang tua zaman dulu, gaya hidup mereka biasa-biasa aja tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya, menikahkan dan memberi peninggalan. Semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lho.

Berdasarkan cerita Ibu saya, mereka rajin menabung dengan cara menyimpan sebagian kecil hasil usahanya ke celengan. Celengannya bisa dengan cara melubangi pintu, lalu uangnya dimasukan kesana. Ada juga yang menyimpan uangnya ke dalam kaso-kaso bambu, bambunya di kasih lubang sedikit, ada juga di celengan tanah liat, bawah kasur, dan banyak lagi.

Bagi mereka langkah seperti itu menjamin masa tua dan membantu mewujudkan impian-impian mereka. Seperti membiayai pernikahan anak-anaknya, menyekolahkan, naik haji, punya beberapa investasi dalam bentuk sebidang sawah, kebun dan banyak lagi.

Selain menabung, cara lain membuat kondisi keuangan kita sehat yaitu dengan investasi. Tapi jangan sampai kita memilih investasi bodong dan membuat kondisi keuangan kita bertambah parah. Seringkali kita tidak sabar dan ingin cepat dapat untung yang banyak sehingga salah memilih investasi. 



Sering kita dengar berita tentang investasi bodong, kita harus mengeluarkan sejumlah uang dan dijanjikan mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Jangan sampai uang tabungan yang sudah susah-susah kita kumpulkan malah digunakan untuk investasi bodong. Nah, agar tidak terjebak, kita perlu tahu ciri-ciri investasi bodong:

1. Keuntungannya tidak masuk akal.

2. Tidak terdaftar di lembaga resmi.

Jangan mudah terayu oleh keuntungan yang tinggi dengan pola bisnis yang tidak masuk akal.



Memetik Makna Kisah Nabi Yusuf

Tentu kita ingat kisah Nabi Yusuf, sosok nabi yang ahli menafsirkan mimpi. Ada salah satu kejadian yang menarik, yaitu tentang seorang Raja yang bermimpi sangat aneh sampai tak ada satu orang pun yang bisa menafsirkannya. Lalu muncul seorang pelayan Raja yang menyarankan Nabi Yusuf untuk menjelaskan arti mimpi tersebut. Raja pun memanggil Nabi Yusuf yang saat itu tengah di penjara, begitu Raja menceritakan mimpina, Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi tersebut. Katanya bahwa Sang Raja akan dihadapkan pada hasil panen yang melimpah selama 5 tahun dan 5 tahun kemudian akan dihadapkan pada musim kemarau.

Sehingga Nabi Yusuf menyarankan agar menyimpan sebagian hasil panennya untuk menghidupi kebutuhan mereka selama masa kemarau itu. Ternyata tafsirannya benar, masa kemarau itu tiba sehingga banyak masyarakat terbantu oleh tindakan Sang Raja yang menyimpan sebagian hasil panennya.

Nah, dalam kisah ini ada hikmah yang bisa aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sama saja ketika kita mendapatkan keuntungan dalam setiap usaha kita, sebaiknya digunakan dengan hemat dan tidak berfoya-foya. Setelah digunakan untuk berbagai kebutuhan kita, sebaiknya sisihkan sebagian dana sebagai simpanan. Karena kita perlu mempersiapkan masa depan dengan baik dan terencana. Apalagi bagi kita yang sudah berkeluarga, kita perlu menyimpan dana untuk pendidikan, kesehatan juga kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Kalau saya, masih karakter yang kesulitan menabung dan masih terus berusaha untuk menabung. Padahal belajar pada kisah Nabi Yusuf di atas, mestinya bisa jadi contoh hidup yang bisa kita lakukan. Karena naik turun kehidupan, musim “panen” dan “kemarau” datang silih berganti, kondisi ini berlaku buat siapa saja.

Punya simpanan itu sama seperti kita melakukan perjalanan ke hutan dengan membawa tas ransel yang diisi berbagai perbekalan. Perbekalan itu berisi berbagai makanan, pakaian, alat-alat bantu untuk perjalanan. 
Kita harus bisa memperkirakan berapa lama perjalanan dan berapa banyak bekal yang kita bawa untuk memenuhi kebutuhan kita selama perjalanan hingga kembali pulang ke rumah. 

Bedanya, di kehidupan nyata kita tidak pernah tahu berapa lama waktu yang dijalani. Oleh karena itu, kita perlu melakukan perencanaan keuangan dan merancang progres hidup ke depan. Ayo menabung, menata hidup menjadi lebih baik.

Bandung, 17 Agustus 2018

Imatakubesar




Idul Adha, Perayaan Kebersamaan
Sebentar lagi umat muslim akan merayakan Idul Adha. Saya jadi ingat bahwa Dompet Dhuafa mengelola peternakan di Lombok. Beberapa hari lalu daerah ini mendapat ujian goncangan gempa yang berulang-ulang, sehingga lokasi disana banyak yang hancur berantakan. Ini momen yang pas untuk berbagi kebaikan dan rezeki dengan menyalurkan bantuan berupa daging kurban ke Dompet Dhuafa.

Biasanya Idul Adha selalu menghadikan suasana yang menyenangkan, bisa berkumpul dengan saudara, tetangga dan menikmati daging merah bersama-sama. Di kampung saya, pas hari Idul Adha menjadi kesempatan yang dapat menguatkan rasa persaudaraan. Para pemuda datang bergotong royong untuk menyembelih, mengguliti, memotong daging, menyortir, memasukan ke dalam plastik, mendata penerima daging dan menyebarkannya ke warga sekitar.

Wajah-wajah riang dan tawa kerap hadir diantara ketukan golok saat proses memotong daging. Sementara para perempuan, anak-anak dan sepuh, duduk-duduk di samping lapang menunggu jatah pembagian daging yang siap dinikmati.

Situasi seperti ini tidak hanya di lingkungan rumah saya, tapi terjadi diseluruh dunia yang merayakan Idul Adha. Ada kegembiraan sendiri, selama 3 hari umat muslim diberi waktu untuk melakukan penyembelihan kambing maupun sapi lalu dinikmati oleh masyarakat. Ini adalah sebagai bentuk ketakwaan dan hikmah teladan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Bahkan di hari-hari itu, kita tidak boleh puasa. Artinya bisa jadi momen ini sebagai perayaan kemanusiaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.

Nah, fenomena yang muncul, seringkali titik-titik penyembelihan dan distribusi hewan kurban tidak merata. Sehingga ada saja masyarakat yang berhak mendapat daging kurban malah terlewat.

Persoalan ini direspons oleh Dompet Dhuafa (DD), sehingga sejak tahun 1994 mereka mengupayakan membuat program menyalurkan daging hewan kurban ke berbagai perkotaan, pelosok daerah, hingga negeri muslim yang tengah konflik. Dari sinilah lahir Tebar Hewan Kurban (THK) yang telah berlangsung selama 25 tahun. Usaha ini jelas menjawab panggilan zaman, bagaimana mereka bergerak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai pelosok.



Kualitas Hewan Kurban Dompet Dhuafa
Dalam prosesnya, DD kerap melakukan Quality Control sebelum mendistribusikan hewan kurban ke berbagai daerah. Berikut standar hewan kurban yang menjadi kualitas dasar Dompet Dhuafa yang perlu diperhatikan:

1. Bobot hewan kurban

Bobot kambing ada 2:

- Standar: 23-28 kg

- Premium: 29-keatas

Bobot sapi 230-250 kg

2. Kesehatan

Wajah dan mata cerah, badan lincah, tidak ada borok dan tidak ada cacat.

3. Umurnya diatas 1 tahun

Bisa dilihat dari jumlah giginya. 


Kambing usia 1 tahun.
Foto: Ima

Semua point ini selalu diperiksa oleh DD untuk menjamin standar hewan kurban, supaya bisa terjaga hingga sampai ke penerima manfaat. Tujuannya agar manfaatnya lebih luas dan masyarakat yang menikmati pun bisa lebih banyak lagi.


Untuk perawatan, peternak selalu mengontrol pola makan dan mengecek kesehatan ternak setiap 4 jam sekali. Kambing-kambing itu diperiksa setelah makan dan istirahat. Biasanya ternak tiba-tiba dapat serangan kembung dan dalam beberapa jam bisa mati. Biasanya kambing yang sakit punya ciri-ciri badannya lemas dan kotorannya cair. Sementara ciri-ciri kambing yang sehat yaitu gerakannya lincah, mata cerah, bawah hidung basah mengkilap, kotorannya bulat dan keras.



Peternakan Dompet Dhuafa Subang

Langkah menyebarkan hewan kurban ini disambut baik dan dipercaya orang-orang muslim yang ingin menyalurkan hartanya untuk berkurban. Untuk memaksimalkan upaya THK secara merata, DD membuat titik-titik peternakan di berbagai pelosok, seperti di Lombok, Madiun, Subang, dll.

Melihat perkembangannya, di tahun 2017 ada 1310 Desa, 455 Kecamatan, 118 Kabupaten dan 19 Provinsi yang mendapatkan manfaat hewan kurban. Bahkan selain manfaat daging kurban, kehidupan dan pengetahuan para peternak lokal menjadi lebih luas. Karena peternak-peternak ini mendapat pendampingan dari pihak DD agar kualitas hewan kurban terjaga dan lebih baik.

Seperti beberapa waktu lalu, saya ikut rombongan mengunjungi agroindustri Dompet Duafa di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang. Kami harus menempuh perjalanankurang lebih 15 menit dari jalan utama Subang menuju perkebunan dan peternakan DD. Jalan aspalnya sudah semakin bagus meskipun lokasi di pegunungan.

Di depan kami disambut dengan pepohonan buah naga, buah nenas, jambu kristal dan pepaya. Di tengah ada saung untuk pertemuan dan rumah inap yang terbuat dari kayu, asri sekali. Ada spanduk dengan tulisan Indonesia Berdaya, ini menggugah hati saya. Mereka pasti bahagia karena hidupnya lebih berkembang, karena sinergi tim DD bersama warga lokal dalam mengelola lahannya. Oh, ya, disana saya bertemu Bapak Amud, Bapak Kharisma dan beberapa petani/peternak lokal yang menjelaskan sistem pengelolaannya.

Rupanya di lahan seluas 5000 meter yang dikelola oleh 30 petani/peternak ini, tidak ada limbah yang terbuang lho atau pengelolaanya menggunakan sistem integrated farming. Yaitu sisa limbah pertanian dijadikan pakan kambing, sementara kotoran kambing diolah sedemikian rupa menjadi pupuk organik untuk perkebunannya.

Ini dia menariknya kami diajak ke lokasi pengelolaan tempat pembuatan pakan hewan. Setahu saya biasanya pakan kambing itu rumput, disana beda. Karena peternakan disana satu lokasi dengan perkebunan nanas, daging nenasnya pun diolah jadi selai nenas. Nah, untuk memanfaatkan limbah kulit nanas, peternak mengolah limbah kulit nenas menjadi pakan hewan yang dicampur dengan jerami, gula/kecap manis, dedak padi, bakteri (soc). 

Pakan olahan dari kulit nanas dan jerami.
Foto: Ima

Sementara untuk membuat pupuk di perkebunan, petani mencampurkan kotoran kambing dengan rumput yang dibakar. Jadi di agroindustri saling silang manfaat, sehingga tidak ada limbah yang dibuang.

Pakan hewan tiap peternakan berbeda-beda, karena di Subang satu lokasi dengan kebun nenas maka yang digunakan untuk pakannya yaitu olahan kulit nanas. Beda lagi dengan peternakan yang di Lombok maupun Madiun. Meskipun begitu, kualitas daging kambing tetap terjaga kesehatannya. 

Limbah kulit nanas.
Foto: Ima

Di peternakan ini ada 3 kandang kambing, masing-masing kandang berisi 80 ekor. Satu kandang untuk pembibitan, terdapat 6 ekor jantan dan sisanya betina. Masing-masing jantan membuahi sekitar 12 ekor betina. Sementara dua kandang lainnya digunakan untuk penggemukan yang berisi jantan semua. Kenapa jantan semua? Soalnya untuk memenuhi kebutuhan kurban dibutuhkan jenis kelamin jantan.

Kandang Sentra Ternak Subang.
Foto: Ima

Karena permintaan yang banyak, DD melakukan program intiplasma yaitu bermitra dengan warga sekitar untuk memberdayakan masyarakat. Ada 30 kepala keluarga yang memelihara kambing, masing-masing kepala keluarga memelihara 5 ekor dan bibitnya disiapkan oleh DD. Mereka pun mendapat penyuluhan dan dikontrol terus menerus dalam proses pemeliharaannya agar kualitasnya sama dengan yang dipelihara di peternakan DD.

Menarik sekali mengikuti proses perjalanan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh DD dalam menciptakan Indonesia Berdaya. Dengan niat awal ingin menyebarkan hewan kurban secara merata, rupanya memberi manfaat efek luas bagi masyarakat. Dibelakang penerima manfaat ini, bertumbuhan masyarakat yang mendapat efek baik berupa pemberdayaan diri yaitu mengolah ternak yang berkualitas. Dengan pendampingan yang intens dari para ahli, para peternak pun mendapat pengetahuan luas dan perbaikan ekonomi.

Saya percaya, setiap momen selalu memberi makna dan kehidupan yang lebih baik bagi setiap manusia yang berfikir. Sebagai bentuk rasa syukur yaitu dengan mengolah alam, manusia, hewan dengan baik dan bersungguh-sungguh.

Selamat Idul Adha, semoga kita selalu tumbuh dan berkembang pribadi yang lebih baik setiap harinya.


Bandung, 11 Agustus 2018

@imatakubesar
Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, saya sedang menyisihkan waktu selama 20 menit untuk me-replay ingatan-ingatan bahagia, seperti di link ini.

Setiap hari itu, ada aja sih yang bikin jengkel, masalah datang dari kiri kanan. Tapi kalau saya fokus sama persoalan itu, biasanya suka jadi engga produktif dan hari-hari jadi engga asik. Yang penting pas ada persoalan, tinggal cari solusinya dan jalani semuanya.  Jadi, disini saya mau menuliskan kejadian yang bisa bikin bibir jadi senyum aja. Nah, kita lanjut, ya. 



Foto: Evi Sri Rezeki.



Kamis, 2 Agustus 2018

1
Cuaca di Ledeng cukup stabil. Hari ini suami saya-si Ayah, Tasdik dan Kang Isa diajak Kang Tisna ke sungai Citarum untuk melihat situasi disana dan berencana merancang mural. Saya tadinya ingin ikut juga, tapi diurungkan, saya lebih memilih antar jemput anak-anak sekolah dan belanja bahan bolu ketan. Lihat ekspresi Ayah yang bersemangat, saya jadi ikut terpacu untuk melakukan aktifitas yang lain.

2
Melihat kondisi perkembangan kesehatan suami 7 bulan ini sangat mencengangkan. Ini pertama kalinya Ayah keluar rumah tanpa saya ikut menemaninya. Kadang-kadang saya suka bingung sendiri melihat kondisi Ayah yang kini semakin “mandiri”. Kini saya sedang beradaptasi mengubah kebiasaan siaga dalam menghadapi ‘kejutan’ dalam menghadapi kesehatan Ayah. Seperti menyediakan segala buat Ayah, sekarang tidak begitu repot lagi. 


Katakanlah, makanan harus diantar ke kamar kalau kondisi sedang lemas, menyiapkan air hangat untuk mandi, menyusun dan menyiapkan obat, memasak makanan serba segar di waktu-waktu makannya, menjaga kondisi agar anak-anak tidak rewel (karena ini suka mengganggu psikis Ayah), mengangkut barang-barang kebutuhan dia kalau kami harus ke rumah sakit bahkan kalau harus pergi kemana-mana dan sebagainya dan sebagainya. Sekarang kondisinya jauh lebih lengang, kadang suka bingung, saya ngapain ya sekarang? Banyak sih yang dikerjakan. Banget! Tapi salah satu kesibukan mengurus Ayah perlahan jadi berkurang.

3
Sekian tahun saya menulis review produk di blog dengan maksud mengalihkan pikiran dan membuat hati tetap bergerak dan stabil. Sekarang, pikiran yang dulu kerap ditahan/tidak dilepas, seringkali bermunculan lagi. Situasi-situasi berat yang kadang membuat saya heran sendiri, ko dulu saya bisa menghadapinya tanpa menangis bahkan seringkali dipikirkan sendiri. Di hati terasa sangat tidak enak, tapi sama sekali tidak bisa menangis.

Tapi belakangan ini saya jadi mudah menangis kalau ingat semua kejadian itu, dengar adzan di sore hari, dengar cerita yang inspiratif, melihat sepasang suami istri yang akan naik haji, lihat Amih yang duduk di ruang makan sendirian, melihat anak-anak tengah tidur, ingat kelakuan-kelakuan gak bener di masa lalu dan banyak lagi. Saya lega, setelah sekian tahun, akhirnya saya mudah menangis lagi, dengan menangis maka hati dan pikiran saya jadi lebih nyaman dan terasa lebih enak. Saya bahagia bisa menangis lagi. 



Foto: Imatakubesar. 

4
Kata teman-teman dan saudara, tubuh saya menjadi semakin mengecil. Ya, kalau dibandingkan beberapa bulan lalu, tubuh saya naik drastis dan sekarang turun drastis juga. Ini terjadi karena sekarang saya tidak bisa makan terlalu banyak lagi, terutama porsi nasi yang dikurangi. Kalau kebanyakan dikit, maka siap-siap saja dapat keluhan di lambung.

Agak membingungkan sih kalau dibilang kondisi disyukuri. Badan mengecil tapi karena lambung yang belum bisa diajak kompromi makan. Tapi setidaknya saya jadi lebih gak slengean dan lebih mengatur pola makan. Kadang suka pengen deh makan mie instan, kopi instan, minuman-minuman berwarna yang berjajar di rak-rak mini market, hahahaaa... tapi segera saya ambil air mineral. Huy!


3 Agustus 2018

1
Hari Jumat ini Bayan libur sekolah, sepertinya sekolahnya mau beres-beres dulu karena hari Senin mau ada akreditasi. Saya suka sama sekolah Bayan ini, walaupun tempatnya ada di tengah penduduk yang padat, tapi sistem pengajarannya rapi. Ada tempat mainan, shalat duha bareng, sebelum masuk baca iqro dan baris berbaris dulu sambil bernyanyi. Seru deh lihat mereka. Bayan terlihat lebih ceria.


2
Sudah 2 hari ini Aden punya teman main baru, masih tetangga, rumahnya agak jauh, tapi baru kali ini mereka bermain bersama. Bahkan, Aden yang jarang bahkan tidak mau main bola, baru kemarin saya lihat dia main bola dengan teman-temannya ini.


8 Agustus 2018

1
Jam 13.00 wib saya jemput Aden ke sekolah SD nya. Naik angkot dikit lalu jalan kaki dikit. Biasanya jalan kaki dari rumah ke sekolah Aden, lewat kampus UPI bis amemakan waktu 15 menitan, lumayan bikin kaki dan badan seger. Tapi waktu udah siang banget dan badan lagi ga nyaman, jadi saya memutuskan pakai angkot saja. Jam 13.30 wib anak-anak masih di kelas, saya intip dikit anak-anak lagi seru-serunya menulis di bukunya. Beberapa bergerombol duduk di depan meja bu guru biar segera beres menulis apa yang mesti di catat. Lihat pemandangan seperti itu jadi inget masa SD, kami selalu berlomba membereskan catatan agar bisa segera pulang. Seru.

Sambil jemput sebenernya saya pengen sekalian pinjem buku paket dan di foto kopi. Soalnya bukunya ga diharuskan beli karena sudah disediakan di sekolah tapi engga bisa dibawa pulang. Jadi saya pengen foto kopi buat sesekali mengulang pelajaran di rumah sebagai bahan bacaan. Alhamdulillah dapat pinjaman dari Mamanya Khansa. Dia juga dapet pinjaman dari anak yang sudah naik ke kelas 4. Senang!

2
Senangnya hari ini pun bertambah, karena begitu jalan pulang ada yang jual sendal keteplek harganya Rp 25.000. Pas di coba enakeun. Kebetulan sendal saya sudah mulai semrawutan sana sini. Ada yang sobek dikit dan mulai agak licin. Jadi saya pun beli.

3
Jam 20.12 wib, cuaca Bandung lagi dingin-dinginnya. Di lapang ada sekelompok orang sedang latihan silat dengan musik khasnya. Saya nyalain soundrack film Elizabeth Town di laptop si merah. Waas pisan. Saya jadi inget 10 tahun yang lalu jam segini masih buka warung printing dan desain di Jl. Sersan Surip. Jam segitu di Sersan Surip biasanya masih rame, rame lalu lalang motor, orang-orang dan sekelompok mahasiswa yang mencari makan malam.

Kebetulan di depan warung saya ada gerobak nasi goreng Padang yang rasanya enak. Hampir tiap malam kami beli nasi atau mie gorengnya. Lalu teman-teman Ayah datang, ngobrol, ketawa-ketawa, apapun lah obrolan yang menghangatkan.

Hah! Ternyata kalau mengingat-ingat kejadian yang menyenangkan, pikiran buruk semakin terkikis, ya. Perut dan tubuh saya jadi terasa lebih enakeun, gak banyak keluhan seperti biasanya. Jadi, sepertinya memang ya selain faktor daya tahan tubuh karena serangan kuman/virus, faktor hormon itu berpengaruh banget sama kondisi kesehatan tubuh kita.

Smileee... :)

Bandung, 9 Agustus 2018
Imatakubesar
18 Juli 2018

Mulai sekarang saya akan mencoba menuliskan kejadian yang menyenangkan sekalipun sederhana. Niat ini dimulai begitu membaca tulisan berjudul Cara Membuat Bahagia di blog Rumah Inspirasi. Di dalam tulisan itu ada poin yang dibahas, yaitu The 20 Minutes Replay. Maksudnya, di poin ini kita diajak untuk menuliskan pengalaman yang menyenangkan biarpun kejadian sederhana dan ditulis kembali selama 20 menit. Saya rasa, langkah ini sangat menarik untuk dicoba. Dengan begitu, kesadaran saya mulai dialihkan pada ingatan-ingatan yang menyenangkan sebagai upaya memelihara pikiran dan hati. 




Proses ini dimulai ketika muncul pertanyaan di benak saya, “Kenapa ya ingatan menyedihkan selalu lebih melekat dibandingkan ingatan yang membahagiakan?” Ingatan itu seringkali muncul ketika ada tanda-tanda yang menyerupai situasi yang sama. Seperti mendengar alunan musik, wangi tertentu, suasana-suasana yang membangun pengalaman tertentu, dll. Lama-lama kondisi ini “menggangu” perasaan dan membuat lambung saya bermasalah. Beberapa hari lalu saya masuk IGD lagi karena keluhan yang sama: GERD.

Biasanya gejala yang timbul berupa gas yang penuh di lambung, kali ini dilengkapi dengan perih yang melilit sampai sulit jalan. Setelah ditangani, dokter jaga bilang,”Biasanya keluhan seperti ini, 40% dipengaruhi oleh faktor hormon.” Begitupun dokter yang meng-endoskopy lambung beberapa bulan lalu, dia bilang,”Masalah utama Ibu ada di pikiran.”

Oke.

Saya harus cari cara untuk membuat pikiran saya mudah segar. Namanya hidup, ada senang ada sedih, kondisi hati bisa turun dan bisa naik, itu biasa. Tapi ada yang butuh waktu lama untuk bangkit lagi, ada juga yang sebentar saja dia bisa semangat lagi.

Seorang teman akupunturis bilang, katanya, orang yang punya masalah penyakit seperti saya biasanya “terlalu baik”. Maksudnya, saya seringkali tidak suka pada suatu hal tapi karena tidak enak untuk menegur atau menyampaikan pendapat akhirnya dibiarkan saja. Sampe akhirnya seringkali merugikan diri sendiri. Jangan-jangan ini bawaan dari Ibu saya, dia juga seringkali mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang lain. Sepertinya saya harus belajar cuek dan tidak terlalu memikirkan segala. Ya, ya, akan saya coba.

Akhirnya, saya iseng browsing bahan bacaan seputar bahagia. Bukan berati hidup saya tidak bahagia lho, tapi karena beberapa keadaan memang cukup membuat stress. Rasanya, setiap perempuan dewasa akan merasakan hal yang sama, apalagi kalau bukan masalah anak-anak, kebutuhan sehari-hari dan ingatan-ingatan masa lalu yang masih sulit dilepaskan.

Tadinya, saya ingin menuliskan suasana batin suasana sore yang kerap mengingatkan saya pada situasi di RSCM, semasa tinggal di Pandeglang maupun di Serpong (saat suami saya sakit). Tapi setelah membaca The 20 Minutes Replay, saya urungkan niat itu dan coba menggali ingatan-ingatan bahagia yang kerap dan mudah dilupakan. Saya mau coba projek ini sebagai upaya self healing dengan menggali ingatan bahagia dan menuliskannya selama 20 menit.

Kita mulai. Tarik nafas. Dimulai dengan bibir tersenyum. 





Satu.

Pagi tadi cuaca sangat cerah. Saya suka cerah dan udara pagi. Hari ini anak-anak mulai sekolah lagi setelah liburan yang super panjang. Liburan lebaran dan liburan sekolah.

Hal yang menyenangkan berita dari sekolah Aden yang masuk tanggal 16 Juli kemarin adalah, jam masuk Aden jadi jam 10.00 WIB, pulangnya jam 14.00 WIB. Sementara Bayan yang mulai Kelompok Bermain (Kober) TK B masuknya jam 09.00 WIB pulangnya jam 12.00. Nah, tapi karena masih pengenalan, jadi seminggu ini Bayan pulangnya jam 11.00 WIB. Kenapa menyenangkan? Karena saya punya banyak waktu untuk menyiapkan ini itu di pagi hari. Dari masak buat sarapan, belanja ke warung, menyiapkan bekal, menyiapkan sarapan, membuat air hangat untuk mandi, beres-beres rumah, mandi, mengatur waktu antar jemput Aden dan Bayan.

Karena masih pagi, matahari hangat sekali, membuat badan jadi segar dan pandangan mata lebih jernih. Setelah selesai antar Bayan ke Kober TK, saya kembali ke rumah untuk antar Aden ke sekolah SD dengan jalan kaki melewati kampus UPI yang rindang dengan pepohonan. Mudah-mudahan dengan jalan kaki, kondisi fisik saya juga semakin kuat.

Mungkin karena sudah lama tidak antar jemput anak, aktifitas ini jadi begitu memberi energi yang menyenangkan.

Dua.

Setelah libur panjang kondisi keuangan saya tidak begitu baik. Sementara hidup harus terus bergerak kan. Pelan-pelan saya mulai merancang usaha berupa warung kopi. Tapi kemudian terhambat masalah modal.

Oke.

Ketika mencari berbagai informasi di internet tentang seluk beluk dunia usaha, rupanya ada keponakan saya (Ulu) yang sedang “berlibur” di Ledeng. Saya fikir, dia bisa diajak buat bertukar pikiran, jadi saya ambil kesempatan ini buat ngobrol-ngobrol tentang usaha untuk kelangsungan hidup saya yang paciweuh pisan. Saya ungkapkan niat saya mau buka usaha dan minta pendapat dia tentang berbagai kemungkinan. Sampai akhirnya point yang saya dapat adalah:

1. Kalau mau bikin warung artinya saya harus menyiapkan mental. Sementara tanggung jawab saya kan banyak, ya, ngurus anak-anak, masak, beres-beres, ngurus suami kontrol ke rumah sakit, dll, dll (ga usah di ceritakan lagi, kamu engga bakal kuat, begitu kata Dilan). “Kalau buka usaha, artinya tanggung jawab Bi Ima akan bertambah. Nah, kira-kira siap ga?” Begitu kira-kita obrolan dimulai, masalah mental. Saya agak merenung. Melamun dikit.

2. Coba seminggu dulu, sebulan, 2 bulan.

3. Atau, coba mulai usaha Bolu Kukus Ketan lagi. Upayakan konsisten. Kalau usaha Bolu Ketan kan bisa di titip-titip dan jual online.

Jadi hari itu saya senang karena obrolan dengan Ulu bisa menguatkan dan meyakinkan langkah-langkah nyata yang paling mungkin dilakukan.



19 Juli 2018

“Just do it!”

Dan, tepat di hari Kamis ini, Bolu Ketan Hitam Kukus mulai dijual di warung nasi Ma Ida (warung nasi kakak saya). Teh Ida ini konsisten banget dalam menjalankan warung nasinya dari puluhan tahun lalu. Saya? Saya sebenarnya menjalankan berbagai profesi, dari pemain teater, penjaga toko buku berbasis komunitas, merajut, blogger, tukang jalan-jalan, penjual ayam dan banyak lagi. Banyak pelajaran yang didapat: ilmu kehidupan, bahagia, meluaskan kehidupan. Sangat menyenangkan dan penuh energi kreatif.

Kemudian saya kembalikan ingatan pada anak-anak dan masa depan mereka. Saya mau, proses hidup yang pernah dijalankan ini bisa membuahkan hasil yang bisa dinikmati oleh anak-anak, Amih, keluarga kecil ini dan bermanfaat bagi orang banyak.

Hari pertama selain di titip jual di warung Ma Ida, saya sebar info bolu ketan di berbagai whatsapp grup. Lumayan, bukan cuma lumayan tapi senang sekali karena keponakan dan para kakak pesan bolu ketan. Tak hanya mereka, Amih juga pesan buat acara pengajian di hari Sabtu. Tentu apresiasi mereka membuat saya tambah semangat menjalaninya.

Pola hidup saya jadi berubah dan semakin terisi. Subuh-subuh, suara mixer, ceramah dan shalawatan Hanan Attaki di channel youtube menemani saya dalam membuat satu persatu bolu ketan. Dan ketika ada yang wapri dari saudara dan sahabat untuk pesan bolu ketan, rasanya hati menjadi hangat.

Wajah saya jadi terlihat lebih cerah, meski di sudut mata mulai terlihat garis-garis halus.



20 Juli 2018

Mendadak dapat ajakan dari Evi Sri Rezeki untuk ikut acara Miniloka Penulisan Kritik Film di Swissbell hotel Bandung. Acaranya tanggal 25-27 Juli 2018. Senang sekali!

Begitu dimasukan ke grup koordinasi di WA, rupanya yang ikut miniloka ini banyak penulis handal, aktifis film dan para guru. Tak kalah asiknya, yang jadi nara sumbernya pun praktisi-praktisi handal. Saya sempat agak minder dan agak takut ilmu yang disampaikan tidak dapat dicerna dengan baik. Malah lebih jauhnya lagi, saya tidak bisa lebih berdaya dan tidak dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang nanti bakal didapat.

Lalu saya ngobrol dengan Amih, dia malah berfikir sebaliknya. Katanya kesempatan ini harus disyukuri, saya harus tenang dan semangat menjalaninya. Saya akhirnya percaya diri lagi.

Saya tahu, saya baru saja mulai usaha buat bolu ketan hitam. Suami saya sempat mempertanyakan ulang dengan maksud memastikan saja, tapi saya punya keyakinan dua hal ini bisa dijalani. Saya tidak mau melepaskan dunia blog yang sudah bertahun-tahun dijalani. Kalau kata Pa German G Mintapradja,”Jangan berhenti menulis, tetap menulis, karena obat menulis itu adalah menulis.”

Jadilah, saya dan teman-teman ikut acara miniloka yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Selama dua hari diasah dan beri berbagai pengetahuan tentang dunia perfilman dan bagaimana cara menganalisa/membedah sebuah film sehingga menjadi bentuk pemikiran yang mengedukasi bagi pembacanya.

Hari-hari yang menyenangkan meskipun jadwalnya cukup padat dan melelahkan. Begitu melihat wajah sendiri di cermin, garis muka saya terlihat lebih segar .



31 Juli 2018

Sejak 2 minggu lalu saya mulai mengesampingkan ingatan kejadian-kejadian buruk di masa lalu dan menggali kembali ingatan menyenangkan. Rupanya, saya merasakan muncul beberapa kejadian yang menarik menghampiri hidup saya dalam hitungan hari. Energi ini menyambut situasi-situasi menyenangkan yang datang silih berganti. Mulai dari hal yang luar biasa yaitu Bayan bersemangat sekolah, saya ikut miniloka kritik seni, sahabat dan keluarga suka dengan rasa bolu ketan buatan saya, mendapat undangan libutan blogger, tiba-tiba ada yang bayar kos-an padahal belum waktunya dan rencana membuat kursus gambar di rumah.

Benar saja,”Semakin kita mensyukuri nikmat maka nikmat itu akan ditambah...”

Semoga ada tulisan The 20 minutes replay dari blog matakubesar ini akan terus berlanjut, semakin tumbuh, berbunga, berbuah.

Bandung, 1 Agustus 2018

Imatakubesar