Ternyata sudah 16 tahun kami menikah, kadang sampai sekarang saya masih belum menyangka kalau kami bisa menikah. Karena kami tadinya berteman, teman proses dalam teater kampus. Kadang saya jadi aktor dia jadi pimpinan produksi, saya jadi pimpinan produksi dia jadi asisten sutradara, saya jadi aktor dia jadi pemusik, saya jadi aktor dia jadi sutradara, saya jadi aktor dia bagian artistik, saya bagian make up dia sutradara, begitu seterusnya. Situasi seperti ini yang membuat kami terus terhubung.
Hingga 8 tahun kami berteman, dia menyatakan sikap dengan mengajak menikah. Kejutan. Tentu saja karena hubungan kami tidak lebih dari teman, ya, teman baik. Jangankan teman-teman kami, kami pun sampai sekarang sering tidak percaya kalau kami pasangan suami istri.
Dalam hubungan suami istri, kami sangat luwes. Seperti mimpi saya, saya ingin memiliki hubungan yang setara. Salah satu alasan saya menerima Holis, ketika dia mengatakan bahwa dia membutuhkan partner hidup. PARTNER. Setiap hurufnya sengaja saya tebalin dan besar semua. Kata ini yang saya cari dari lelaki yang berniat meminang saya menjadi istrinya.
Mungkin karena kepercayaan diri Holis cukup tinggi dan dia percaya pada saya, banyak situasi yang membuat saya justru lebih leluasa paska menikah. Saya lebih mudah dapat izin bekerja, ikut kelas-kelas pelatihan/workshop, bertemu dengan teman-teman, tetap berkarya, bahkan melakukan kegiatan yang bisa mengasah hal-hal baru tanpa merasa bersalah karena dipercaya.
Banyak terjadi, perempuan yang sudah menikah biasanya memiliki ruang yang terbatas untuk berkreasi setelah menikah. Kondisi saya setelah menikah justru sebaliknya. Sebelum menikah, saya sulit punya sikap, sulit memberi pendapat dan sulit mendapat izin. Justru setelah menikah banyak kesempatan, mendapat kepercayaan, apapun bisa disampaikan dengan cara-cara yang baik tentu saja dan bebas bersikap dengan nyaman.
Mungkin karena Holis percaya, saya pun jadi lebih percaya diri dalam melakukan banyak hal. Tepatnya, Holis memiliki peran banyak menumbuhkan rasa percaya diri dan mengapresiasi pada apapun yang saya lakukan. Dia selalu menganggap apapun yang saya lakukan itu keren dan bagus. Tidak mudah buat saya mendapat apresiasi seperti ini yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri seperti ini. Karena selama ini saya kurang mendapat apresiasi dan dukungan dari lingkungan terdekat.
Banyak situasi terjadi yang harus dihadapi dalam proses rumah tangga. Mulai dari masalah keuangan, masalah keluarga besar, masalah anak, masalah kesehatan dan pekerjaan yang disikapi berdua. Semua dimulai dari keterbukaan dalam berkomunikasi lalu langkah ini membentuk sikap berdua.
Masalah terberat pun pernah dilewati, kadang suka merasa ngeri sendiri kalau ingat situasi ke belakang. Dari tidak mengerti hingga belajar banyak dari masalah itu sendiri. Tidak mudah menjalaninya. Tapi efeknya sekarang lebih banyak bersyukur atas apapun. Tidak tergesa dalam bersikap, mengambil keputusan dan menyadari penuh bahwa jiwa/ruh ini ada pemiliknya, bahwa ketika kita berserah penuh, maka Pemilik Hidup akan memberi jalan terbaikNya untuk kita.
Terima kasih 16 tahun, saya belajar banyak hal tentang penerimaan dan memaafkan.