Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Stasiun Tanah Abang, Ima, 6 Desember 2014

Perempuan dalam lintasan, 
Gerimis kali ini tidak terlalu lama
Ia mengalah oleh angin
Sekejap lagi

Peluklah letihmu
Meski waktu tak juga mempertemukan
Sepasang mata jernih yang tengah merindukanmu

Perempuan dalam balutan luka
Tak perlu risau
Kereta akan datang tepat waktu

imatakubesar
Ima. Serpong. 6 Desember 2014


Lampu jalanan menggantung pada bulan
Cahayanya mengantuk di tengah kabut
Kau lipat malam menjadi siang
Ketika jendela-jendela kota ditutup rapat
Televisi-televisi dipadamkan

Wahai pekerja malam dan subuh
Kau melangkah menembus malam
Dzikir ditiap nafas
Kalahkan asma dan sesakmu
Keringkan genangan air
Lapangkan jejalan sempit
Tumbuh menjadi kekuatan bumi

Untuk ribuan senyum dan perahu yang kokoh
Untukku dan anak-anakku

Bapak,
Tanpa kata kau bergerak
Tanpa ribuan nasihat
Kau beri tanda, banyak tanda
Tentang hidup dan kesungguhan

Doaku, setiap hujan dan terik
Kau tentramlah di ruang tidurmu
Tentram
Nyaman
Tenang
Kini

@imatakubesar
19 Nopember 2014
#pahlawan7

Angin sejuk menyapa mukaku
Dinding-dinding kusam sampaikan salut
Jalan sempit, udara yang dingin
Suara adzan magrib lantang di balik toa
Arahkan setiap jengkal langkah
Torehkan setiap suka dan luka
Rumahku, rumahku
Jiwaku
Rinduku
Pelepas lelah dan dahaga

Jika bumi akan menjadi semerbak bunga yasmin
Jika hujan akan mengalir mengikuti setiap tepi
Jika tanah mengeluarkan beribu tangkai
Izinkan aku untuk keluar dari gerbang
Melangkah diatas rerumput bersimbah embun
Menangkap awan
Menyelam ke dasar lautan
Berlari diantara ilalang
Terjun bersama air terjun tertinggi di dunia
Izinkan aku mengeluarkan ribuan air mata
Izinkan aku meneriakan setiap kalimat
Mengalir menuju samudera diatas dedaunan nan kokoh

Salam sore tanpa batas,
i.am.ima

foto: ima 

Hidup haruslah terus berjalan, apapun yang terjadi, karena hidup adalah pencarian solusi atas perbedaan yang kerap terjadi.  Hidup adalah ketidaktahuan menjadi tahu, kebingungan menjadi tidak bingung, perbedaan menjadi saling mengerti, sempit menjadi luas atau bahkan luas menjadi sempit.  Karena hidup kita sendiri yang menentukan dari berbagai pilihan.  Ada yang suka ada begitupun sebaliknya, tapi hidup kita sendiri yang menekan tombolnya.  Berwarna, tidak berwarna...

Selimut malam tertanam rapi diantara wajahMu yang kokoh

Tinggalkan terang, tinggalkan senja

Diantara rona kelelahan, lelap dengan selimut & empuknya bantal
Aku bangun dengan kokoh menuju ruang hingar, tanah basah & bau anyir
Langkah kakiku satu persatu hingga ribuan langkah mengikuti jejakmu
Bingar menyeruak dari balik ruang lampu-lampu los pasar
Riuh tukang parkir, pedagang daging, pedagang ikan, sayuran
Diangkut, didorong, dilempar
Bau anyir menyeruak menangkap seluruh penjuru hidung
Tukang angkut hilir mudik melangkah tergesa melawan berat & kekakuan punggungnya

Aku
Dengan tas kaneron dibahu
Ribuan dzikir, melawan segala ketakutan & kekhawatiran

Anakku, Istriku
Kerjaku adalah ibadahku

Anakku, istriku
Dihadapan kalian, aku tak mampu memberi segudang nasihat

Tapi dengan ini, dengan gerakku,
Pergiku di malam hari, pulangku di pagi hari
Ku beri kalian nasihat tidak dengan kata-kata

Bismillahi Allaahuakbar… 

Hey,
Laki-laki tanpa puisi
Kamu mampu mengalahkan ribuan puisi yang diluncurkan
Iyah, kamu… tanpa puisi
Tanpa luka
Tanpa cemburu
Tanpa ketakutan
Tak ada cerita duka kau luncurkan
Mengikatku dengan sejuta ketenangan

Laki-laki tanpa puisi
Ribuan tawamu melebarkan jiwa
Menggulung segala gelisah
Membelah sisa hidup terasa riuh

Laki-laki tanpa puisi
Mengubah luka menjadi suka
Mengubah rapuh menjadi riang
Seolah berjalan diatas udara
Kau membuat kita mampu melewatinya

Laki-laki tanpa puisi
Ribuan kata hangus tertelan jiwamu yang luas
Seluas samudera dikeheningan fajar

Laki-laki tanpa puisi
Demi sejuta kalimat indah
Langkahku adalah sebuah keajaiban bersamamu

Thankyou, ima for cholis
Luka itu masih ada
Bergumul dan tercecer ditiap musim
Pagi ini 
Angin bertiup kencang
Hingga matahari bersembunyi 
Kedinginan diantara awan yang berkumpul
Luka itu, masih juga ada 
Seperti perputaran musim
Ia hanya menjadi bentuk yang berbeda
Luka itu masih ada
Bercecer disetiap musim

 

Hey tongeret... apa kabarmu?Pagi ini seperti pagi tahun yang lalu, riuh terdengar suara tongeret silih berganti. Sepertinya kalian sedang bermain, ada yang meloncat, menari, bersenda gurau mempermainkan tiap daun, dahan pepohonan yang mulai terasa hangat oleh sinar mentari pagi.
Hey tongeret, musim ini apakah menjadi kemarau yang lama atau sebentar saja? Karena alam kini tak lagi seimbang. Rupanya kau pun merasa kebingungan karena musim penghujan begitu lama mendera dan musim panas hanya datang sejenak. Seperti orang yang kehausan dan dalam hitungan detik air es itu habis seperti terserap spons
tak ada puisi lagi yang dapat membandingi segala kenyaman ini
perasaan yang begitu tenang
ku temukan kau bagai oase dan pertemuan itu menumbuhkan seribu oase
dulu seribu pelarian aku cari
ternyata dia ada di depan mata,
selama ini
kau selalu disebelahku, menemani tawa, peluh dan tangisan


ternyata, itu adalah kamu
membuatku selalu tertawa
memandang bumi tandus menjadi seribu warna
bunga, aliran air, bebuahan

tak ada kata-kata yang sanggup menampung segala kenyamanan ini

untuk suamiku, ahmad nurcholis

pict: welly lennon
sore itu begitu sendu dan kelabu
ombak berhenti beradu
angin berhenti berhembus
hujan tak seperti biasanya kering
sedetik
semenit
semua nafas berhenti berhembus
terbawa hembusan nafas bapak
tak ada rasa sakit di rautnya
tak ada rasa ngilu dan mengerikan di tubuhnya
hanya sisa keringat yang deras mengaliri dahi dan tubuhnya
tubuhnya ringkih termakan usia
tidurlah yang nyenyak
dialuni dawai yang lembut di telinga
dan harum yang tak pernah ada

i miss u, dad

27 Nopember 2008
Hujan datang sedari pagi
menenteng hari-hari lalu
menampakkan foto hitam putih dari hari ke hari

Riuh rendah gitar kalian
riuh rendah gelak menyala dilorong itu

luka menjadi nyanyian riang
nyanyian riang menjadi buah kesakitan, hari ini

...berlalu
berjalan begitu lambat
namun ruang begitu cepat berubah
aku-kalian entah dimana
tapi lahan begitu subur menapaki jejaknya

berlari aku
berlari kamu
diladang masing-masing


bersama

berlari bersama
hati kita tetap menyatu
didalam segelas kopi yang kerap kita minum bersama

di sore
pagi
siang
malam
menggelayutkan kefanaan
bersama
aku
kamu
kita kerap bertemu didalam bisu
... riuh sekali
kertas putih berbalut senja
menyeringi dikedlman waktu
tak ada rentang
angin membawaku kesebuah rimbun
hijau dan senyap
decak air terjun menampar parit
meriak
bergetar

beri sejenak loncatan gerimis air terjun
biarkan terjun kearahku
menampar bagian kecil dari tubuhku
biarkan

ya, hampiri aku
barang sejenak

tampar aku
....
hei, kawan lama
ssttttt
tampar aku
Langkah kaki
Membawa ketrotoar-trotoar kota
Tak ada lagi lara
Tak ada lagi kebahagiaan

Jiwaku tak nyata
Terhembus knalpot dan sinar lampu
Rayuan mesin serta merta mendesing
Membiarkan badanku melangkah
Tapi tidak jiwaku

Ia terperangkap
Sebuah lingkaran putih mendekap dadanya
Lalu membawanya terbang
Tak ada air mata
Tak ada cercah sinar
Lenyap
Termakan kala