Ternyata bener kata Ila-kakak saya.  Dia bilang, nambah anak tidak membuat kita repot malah membuat kita tambah nyantai dan kalem menghadapinya.  Dengar pendapat ini tentu saja ragu, aneh dan bingung, anak satu saja rasanya semua hati dan pikiran tertuju pada sikap, sifat dan segala perubahan anak yang satu ini.  Nangis dikit jadi pikiran,sakit dikit jadi pikiran, beda karakter dengan anak yang lain jadi pikiran.  Rasanya berat, cape, tidak berdaya dan segudang energi negatif lainnya walaupun satu sisi membuat hati banyak senang dan tenang juga.  Begitupun kata ibu-ibu di playgrup, mereka bilang, punya anak 2-3 menghadapinya lebih santai dan kalem.  Dalam hati kecil saya langsung meng-amini, semoga apa yang mereka bilang begitu adanya saat saya mengalami.

Mempunyai anak kedua ini tanpa rencana: jadilah! Begitu kira-kira.  Awalnya khawatir tapi hanya beberapa saat saja, tiba-tiba menelusup ke hati ada perasaan riang gembira.  Aneh.  Padahal hamil dan melahirkan itu engga enak, sakit banget rasanya. Selain fisik, banyak godaan psikis yang cukup mengganggu perasaan senang.  Namanya morning sickeness.  Suasana dan perasaan morning sick ini menyebalkan.  Melahirkan juga rasanya sakit.  Kalau kata teman saya, hamil itu sakit yang diundang, jadi tidak ada asuransinya. Heuuuum... sebel!

Masa krisis udah lewat.  13 hari yang lalu anak kedua lahir dengan cara sesar, rasanya baru sekejap mata.  Waktu terasa cepat berlalu.  Melewati masa sakit yang luar biasa dan suasana horor di ruang operasi dengan beragam alat-alat kedokteran.  Saya hanya berusaha tetap tenang, itu saja. Sekarang sudah ada di depan laptop lagi, jam 03.10 subuh, tidak bisa tidur setelah beres menyusui dan membersihkan pup Ade Bayan.  Beres itu,tidak bisa tidur jadi lebih baik nulis buat blog atau merajut.  saya memutuskan untuk menulis.  Karena kalau siang menulis pasti rebutan laptop sama Devdan.  Berdamai dengan waktu tidur, tidur saat kita mengantuk saja, tidak mengenal waktu.  Mungkin bisa jadi ya kebanyakan penyakit ibu-ibu itu adalah sulit tidur.

Semakin terasa banyak kejadian dalam hidup ini yang mungkin dan tidak mungkin yang bisa kita lakukan.  Setiap kita menyadari jumlah waktu yang kita lewati, berhitung-hitung apa yang sudah kita lakukan beberapa hari yang lalu?  Seolah hidup banyak yang terbengkalai dan tersisa tanpa arti jika kita tidak benar-benar memanfaatkan kesempatan dan mengolah diri.  Waktu terasa cepat ketika kita mengikuti perkembangan anak dari waktu ke waktu.  Perubahanya hanya hitungan bulan bahkan minggu bahkan hari.  Perkembangan mereka begitu pesat, kita seharusnya bisa belajar dari perubahannya dan kita harus selangkah lebih cepat untuk mendukung kemampuanya. 

Setelah anak kedua ada dipangkuanku, lehernya masih lemah,badanya mungil sekali, kulitnya putih, matanya besar,nangisnya kecil, sering pup, dan sering tersenyum.  Saya kembali jatuh cinta.  Semakin jatuh cinta pada anakku yang pertama, semakin mencintai suamiku, semakin ingin sering bersilaturahmi dengan keluarga besar, semakin mencintai kehidupan.  Ingin rasanya kami berempat, saya, suami dan dua anakku backpacking lagi.  Melakukan perjalanan dan menikmati alam.  Hati ini terasa lebih penuh dengan benih cinta yang semakin menggelembung. 


Love you Malaki Bayan Ahmad, selamat datang di dunia.  Semoga menjadi manusia yang berilmu, berguna, beriman, sayang keluarga, sayang lingkungan, maju, selamat, bahagia, mulia dunia dan di akhirat. Amin J



Tanggal 1 Desember adalah hari AIDS sedunia, bukanlah sebuah perayaan tapi didedikasikan guna meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan epidemi AIDS yang terus meluas.  Begitupun dengan adanya kontes menulis ODHA berhak hidup sehat, minimal mengingatkan saya tentang seluk beluk HIV dan AIDS.  Cara ini menjadi sebuah alarm penting bagi orang-orang agar lebih jeli menjaga kesehatan.  Bahkan bagi orang Indonesia sering lupa, melupakan, dilupakan dan sering harus diketuk kepalanya agar ingat bahwa, “Hey, hey… ada AIDS dan ODHA yang mesti diperlakukan serius, nih!.”  Jadi penanggalan untuk hari A, hari B ini hal yang cukup efektif agar teringat, peduli dan bergerak melakukan sesuatu.

Moment ini mengingatkan saya pada sebuah Rumah Cemara yang dibicarakan seorang teman sekitar tahun 2004-an.  Saat itu teman saya bercerita bahwa mereka membutuhkan program kegiatan dan siapa tahu saya tertarik untuk menjadi volunteer.  Saya boleh bikin kegiatan yang bisa memacu kreatifitas ODHA, seperti mengadakan pelatihan teater, diskusi buku atau apapun.  Tapi saat itu situasi kurang memungkinkan.  Dulu, selain ketidakmungkinan untuk terlibat menjadi volunteer sayapun masih belum memahami kondisi mental mereka.  Dan apa hubungan program-program kegiatan yang memacu kretifitas dengan virus yang ada dalam tubuh mereka.  Meskipun akhirnya mengerti juga bahwa wadah seperti Rumah Cemara memang dibutuhkan untuk memfasilitasi teman-teman ODHA (Orang Dalam HIV AIDS) bisa berbagi hati, pengetahuan mengenai AIDS (Acquired Immune-Deficiency Syndrome) berikut pengobatanya, melakukan aktifitasnya tetap berjalan sehingga semangat hidup tetap ada.

Tahun-tahun berjalan, ada berita bahwa mereka ikut dalam Homeless World Cup 2012 yaitu sebuah kejuaraan street soccer international dengan peserta dari kelompok minoritas, beritanya ada disini.  Sebuah gerakan bawah tanah yang membuka pikiran bahwa ditengah kehidupan yang hingar bingar ini ada kelompok yang terpinggirkan dan mereka tetap bersemangat untuk tetap berkarya.  Ini sebuah bukti, bahwa dengan semangat hidup bisa mendorong siapapun dengan kondisi apapun, tubuhnya terus bergerak, berkarya dan berdaya.  Kita yang sehat sepatutnya bisa belajar dari semangat hidup mereka sekalipun vonis hidupnya tidak lama lagi. 

Kenapa menjadi minoritas?  Bukankah mereka sakit dan butuh dukungan?  Inilah kenyataan yang terjadi di masyakarat kita.  Bisa jadi karena keterbatasan wawasan mengenai HIV dan AIDS sehingga cara pandang dan sikapnya menjadi kurang baik.  Virus ini mematikan dan yang mematikan ini tentunya bisa membuat orang takut.  Sebetulnya kita tidak perlu takut, karena proses penularan HIV AIDS ini hanya bisa tertular melalui cara-cara yang intim.  Seperti melalui hubungan intim (seksual), terjadi percampuran darah melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian dan percampuran luka.  Selain takut, kebanyakan masyarakat kita langsung menghukum dengan beragam sudut pandang dan sikap yang mengucilkan.  Bahkan berkembang sebuah pendapat bahwa virus ini bisa menular melalui aktifitas yang mudah seperti melalui udara atau sesuatu yang mereka pegang.  Padahal penularannya tidaklah semudah penularan orang yang terkena flu atau cacar.  Kita tidak perlu takut untuk bersalaman, berpelukan, memakai gelas bekas ODHA, berenang bersama dan melakukan aktifitas bersama lainnya. 

ODHA bisa tetap hidup berdampingan dan masih berhak mendapatkan kesempatan untuk menjalankan kehidupannya karena semua aktifitas biasa tidak akan menularkan virus yang berbahaya tersebut.  Bahkan kini banyak ODHA masih asik menjalankan aktifitas kreatifnya, semakin berdaya dan masih hidup.  Sayangnya, tidak semua lingkungan sosial mampu memahami dan menerima, bahwa ODHA butuh dukungan semangat agar hidupnya terus berjalan.  Bukan hanya dikasihani dan dicaci, namun diberi kesempatan untuk tetap menjalani kehidupan dengan “sehat”, pikiran dan jiwanya tetap “sehat” juga tetap mengoptimalkan kemampuannya agar hidupnya lebih berarti.  Toh hidupnya belumlah selesai, hanya saja ada virus yang hinggap di dalam tubuhnya yang membuat pertahanan tubuhnya berkurang.   

Meskipun belum ada obat yang bisa menghentikan HIV, ODHA bisa melakukan terapi ARV (Antiretroviral) yaitu obat penekan perkembangan virus HIV.  Langkah ini membuat ODHA bisa bertahan hidup lebih lama.  Sampai saat ini obat yang bisa menyembuhkan virus tersebut belum ada, hal inilah yang bisa menjadi mimpi buruk dan seolah hidup hanya tinggal menunggu kematian.  Tapi siapa yang mampu menentukan waktu kehidupan seseorang.  Padahal siapapun akan meninggal dengan beragam kemungkinan, dalam keadaan sakit atau tiba-tiba, penempuh bahaya atau bahkan penempuh jalan aman.  Semua manusia akan mati dan tidak ada yang tahu waktu kematian itu akan tiba.  Bedanya ODHA sudah tahu bahwa hidupnya tidaklah akan lama, yang membuat hidupnya terasa lama dan tidak terhantui kematian adalah dukungan dari lingkungan sekitar bahwa hidupnya masih bisa berguna dan tidak terfokus pada kematian  Tak ada satupun manusia yang mau mengidap penyakit yang mematikan itu.  Bagi seseorang yang sehat, berat rasanya membayangkan tentang kematian, apalagi bagi seseorang yang terinfeksi HIV. 

Kita hanya harus tahu apa penyebab dan bagaimana proses penularannya.  Sehinggga kita tidak perlu parno, menghindar secara berlebihan bahkan menjaga jarak.  Hal yang perlu ditanamkan adalah HIV AIDS ini ada dan tetap menjaga harmoni pola hidup.  Merubah sudut pandang berfikir dan menerima ODHA tetap sebagai mahluksosial yang tetap bisa menjalani aktifitas sehari-hari tanpa tekanan.  Sehingga meski tidak memiliki organisasi atau komunitas, setidaknya sebagai individu mampu menjadi agen untuk orang-orang terdekat kita agar tidak bertindak ikut-ikutan membuat ODHA menjadi kelompok minoritas.  

Tidak semua orang mampu berkata “Ya” pada Cinta.  Bahkan ada yang berusaha keras untuk menghindari, melupakan, menguburnya dalam-dalam.  Seolah Cinta menjadi sesuatu yang mustahil untuk digapai, digenggam dan diajak berjalan bersama dalam satu kehidupan yang tidak pernah berhenti.  Bahkan ketika banyak orang bersetuju bahwa kehidupan akan berakhir saat kematian datang, padahal kita akan melanjutkan hidup baru dan tetap hidup dalam setiap jiwa-jiwa yang masih bergerak diatas bumi.  Tapi cinta juga akan datang seperti angin, datang tepat pada waktunya.

Barangkali, bisa jadi, dapat dipastikan sekarang waktunya untuk berlatih lagi dan menjaga ketukannya.  Agar tetap semangat dan semakin mengenal dengan bidang yang dua ini: menulis dan merajut.  Beruntung sekali dulu bisa terlibat secara langsung di sebuh toko buku berbasis komunitas, tobucil, karena disana selain menjual buku-buku tapi mewadahi aktifitas hobi yang berbau kreatif, dari merajut, menulis, diskusi buku, musik, dll.  Dulu saya mengintip-ngintip dan sedikit-sedikit belajar merajut, tidak terlalu serius tapi saya sangat suka. 

Beberapa tahun lewat, beberapa bulan kebelakang ini saya tertarik untuk menggali lagi.  Dan ternyata lebih mudah dari perkiraan.  Saya coba lupakan orang-orang yang sudah melejit dan ahli dibidang tersebut bahkan sudah melanglangbuana dengan karya rajutanya.  Saya berusaha tetap fokus saja  dan mempunyai program sendiri.  Sendirian aja, yang lain engga diajak-ajak, nih?  Bukan begitu, ritme saya memang mudah terombang ambing, jadi saya lebih memilih sendiri dulu dan membuat percaya pada diri sendiri dulu. 

Nah, program beberapa bulan kemarin adalah mengumpulkan beberapa produk, melatih pembiasaan dan merapikan hasil rajutan.  Satu hari minimal 1 jam merajut dan harus karya itu harus selesai.  Sekalipun ingin berpindah benang dan model pertahankan agar tidak tergoda membengkalaikan karya yang sedang diolah.  Enaknya disebut produk atau karya ya?  Sepertinya prduk lebih berkesan industri sementara karya lebih berkesan hasil sebuah proses.  Baiklah,saya lebih memilih karya meskipun belum bagus-bagus amat.  Sambil merajut, otak saya mencari-cari nama yang tepat rajutan handmade ini,ehm… baiklah saya akan memperpanjang tangan nama blog saya, “matakubesar handmade atau matakubesar-merajut dengan cinta”  lucu juga.  Tapi akhirnya saya putuskan, matakubesar handmade. 
Suami saya sangat mendukung, ia membantu mencarikan pola-pola rajut dan tentunya mendesain logo.  Saya fikir, aduh ini keberatan ga sih?  Katanya, branding itu harus dibangun dari sekarang.  Sementara saya masih malu-malu tapi senang dia begitu serius mendesain logo dan diaplikasikan ke kartu nama.  Ini kartu namanya:



Melihat hasil karyanya, rasanya berat di logo tapi terus terang jadi memacu semangat utnuk meningkatkan kredibilitas (beu!).

Ini karya yang berhasil difoto selama bulan Oktober 2012, ada beberapa yang sudah terjual.  Itupun saudara yang beli dan nebeng jual ke keponakan:


 Juga tas selempang yang dipakai sendiri, karena suka sama yang satu ini, terasa gue banget hehe:



Pada akhirnya, saya berfikir untuk mengumpulkan karya dulu dan mencari pengrajin agar menjadi bagian dari produk handycraft yang lebih layak jual.  Sementara ini masih mengumpulkan dan menjaga semangat itu.  Itu dulu.  Sambil ngumpulin ilmu dan keahlian, semoga tetap dan selalu terjaga,minimal dengan pamer di blog bisa mencegah dari rasa malas.  Heheeee…

Hidup haruslah terus bergerak, bukan?

Menghabiskan banyak waktu di rumah, artinya otak kita diajak untuk terus berfikir, “Apa yang harus dilakukan hari ini?”.  Ketika ada sesuatu yang bisa dikerjakan, rasanya hari itu terasa lebih hidup.  Menghidupi jiwa, menghidupi tubuh.  Memang, sampai saat ini apa yang saya lakukan tidak (dalam hati kecil saya berbisik: belum) membuat kaya secara  keuangan, tapi setidaknya jiwa lebih hidup dan kaya.  Cukup satu hari 1-2 jam menulis dan merajut,maka sehari itu terasa lebih cerah dan membanggakan.  Setidaknya membanggakan dan menghormati diri sendiri, teriak saya dalam hati.  Bisa kita bayangkan, sehari –hari hanya bersih-bersih rumah, mencuci, masak, bermain dengan anak, merenungkan nasib, kadang semua aktifitas ini jika terus menerus dilakukan akan membuat hati kita menjadi kosong dan meracau kemana-mana.  Satu hal yang membuat kita merasa berarti adalah menjalani hobi karena pilihan untuk tinggal di “rumah” sudah di putuskan tapi bukan berarti memutuskan impian.  Masih banyak cara menuju Roma, toh.


Kalau diingat-ingat ke belakang, saya termasuk suka mencomot sana sini alias mencoba sesuatu bidang yang menarik hati saya.  Dari belajar teater, mengenal musik, kursus menjahit, kursus broadcasting, ikut pelatihan membuat film, belajar menulis,kursus merajut, jualan makanan bikinan sendiri dan hanya satu yang membuat saya memperjuangkan mati-matian bahkan bisa memotong perhatian yang sedang dipelajari yaitu dunia teater.  Tapi hal ini menyedot perhatian yang sangat tinggi dari keluarga bahkan jadi berkesan pembangkang, sebetulnya satu hal yang membuat mereka berat yaitu karena latihan teater itu malam hari sehingga pulang ke rumah sudah larut.

Berdasarkan hal itu, kini hal yang paling mungkin dilakukan oleh perempuan yang menjabat sebagai ibu rumah tangga adalah; menulis dan merajut.  Dan sayapun suka, ketika dijalani dunia terasa cerah dan luas.  Ketika fokus sedang terpecah dan kehilangan ide, mampirlah ke blog-blog kreatif, memburu buku atau sekedar lihat-lihat majalah.  Cara ini selalu menstimulus otak dan hati yang sedang sesat.  Sesat dari menggerutu sepanjang hari dan keluhan dari segala tekanan.  Karena, berada di rumah terus menerus efek negatifnya banyak juga, jemu, jenuh,lelah, terjebak, seolah hidup itu no way out lah, lieur!.  Persoalan rumah itu ibarat, apa yah, ibarat tidak tahu apa tapi dia selalu datang silih berganti, memakan sebagian hati dan otak kita, menyudutkan kita di satu sudut yang paling pekat.  Waas pisan, tapi kenyataanya memang begitu.  Jalan keluarnya adalah tetap bergerak dan mencari pembaruan.  Untuk saat ini memang tidak bisa lagi bermain teater lagi, mengapresiasi panggung secara langsung, tapi ternyata banyak juga hal yang bisa menghidupkan kehidupan selama kita mau dan menjalaninya.  Merinci, menggali, memulai lagi sesuatu yang pernah kita suka dan hal yang paling mungkin dijalani di rumah.  Kita masih diberi kesempatan hidup, jadi saya rasa kita masih diberi kesempatan untuk terus berkembang.  Kuncinya, teruslah melangkah, teruslah bergerak, seperti menelusuri  gunung, menuruni lembah jika lelah duduklah sejenak menikmati kopi atau teh lalu melangkah lagi.  Seperti lari marathon,seorang kakak kelas pecinta alam di SMA pernah bilang, “Larinya jangan cepat-cepat, nanti lekas lelah. Pelan saja dan jaga ketukannya, nanti larinya malah tidak terasa cape dan lebih kuat.”  Alhasil, waktu latihan fisik itu kami sering lari keliling lapangan Gasibu 4 hingga 5 putaran tanpa merasa terbebani malah terbiasa dan nikmat sekali. 

Petuah kakak kelas ini membekas sekali, disaat saya terburu-buru dan malah juntai di tengah jalan.  Intinya sama, tetap menjaga ketukan dan konsisten dalam menjalankan apapun.  Karena dengan begitu, kita akan terbiasa dan tidak cepat lelah.  

Setiap kita melangkah ,selalu saja ada masalah
Sebuah tanda bahwa kita mundur atau tetap melangkah

Gairah merajut muncul kembali, perpaduan menulis dan merajut ternyata sebuah aktifitas yang menyenangkan.  Memadukan warna benang sama halnya memadukan kata untuk menghasilkan kalimat yang indah.  Seperti perpaduan panggung pertunjukan yang harus mengemas tokoh, kostum, pencahayaan, artistik dan musik.  Tekad itu muncul dengan melatih konsistensi dulu dengan mengumpulkan beberapa produk, setiap hari haruslah merajut dan menyelesaikannya.  Penting menyelesaikan sebuah rajutan, karena kalau sebuah pekerjaan tidak diselesaikan sampai tuntas maka semangat itu akan kembali pudar lalu kegiatanya akan ditinggalkan.  Akhirnya rasa malas akan kembali menyelimuti kita.  Enak aja!

Lagi-lagi di tengah semangat selalu saja ada sesuatu yang menghalangi semangat itu sendiri , kali ini jari tengah saya terasa sangat sakit.  Efeknya lumayan, jadi agak sulit merajut lagi.  Beberapa hari tidak merajut rasanya tidak enak, hari-hari menjemukan kembali muncul.  Serius, rasanya tidak enak!   Saya memutuskan untuk kembali ke laptop.  Menulis apa saja, termasuk keluhan sakit jari tengah ini.  Ajaibnya, setelah menulis, biarpun rasa sakit jari tengah ini mendera, saya tetap merajut dan menyelesaikan beberapa bando.  Nyam! Rasanya puas dan bahagia sekali.

Kalau di ingat-ingat, jari tengah ini seolah hanya mempermanis kelima jari kanan dan kiri.  Terlihat presisi, mendominasi dan indah dengan susunan jari yang paling panjang diantara jari-jari yang lainnya.  Kalau dilihat dari fungsi seolah jari bagian jempol yang paling penting.   Tapi ternyata masing-masing jari merupakan satu kesatuan dan memberi keseimbangan.  Itulah manusia, kadang harus diberi sakit dulu untuk menyadari dan mensyukuri keadaan dirinya yang tidak terperhatikan.

Lovely November J

Hai, bulan Agustus, hai, blog matakubesar.  Kemana aja? Hmmm… tepat 2 bulan blog ini tidak diberi nutrisi.  Iya, matakubesar mengalami ‘sesuatu’ yang berpengaruh sekali terhadap hobi nge-blogging dan tulis menulis lainnya.  Tampaknya tidak perlu diungkapkan, tapi yang jelas membuat matakubesar menjauh sebentar dari berbagai keramaian dunia maya.  Barangkali angan terlalu besar, pandangan saya terlalu polos ketika dihadapkan pada sebuah kenyataan dibalik keindahan itu atau bahkan merasa lelah mengalami proses yang dulu pernah dilakukannya, semuanya buyar dan menjawab sedikit kegelisahan dari proses itu.  Ngomong apa, sih? Biasalah, bicara sendiri, ngawur boleh juga kan.

Agustus pun bulan Ramandhan pun tepat 16 minggu kehamilan, banyak kejadian yang sebetulnya terlewati.  Sayang memang tidak sempat ditulis, pengalaman pertama mengantar anak playgroup, morning sickness yang tidak seberat dulu tapi cukup mengganggu, dapat hadiah scoopy dari sebuah Bank tempat ibu menabung, menjadi cewek gaul ber-bbm (hahaha… akhirnya menyerah pada keadaan) dan banyak lagi. 

Tapi saya harus memaafkan situasi ini pada diri saya, saya harus memaklumi, meskipun sedikit jengah dan hengkang, saya percaya ini bagian dari proses.  Akhirnya matakubesar memutuskan untuk menata dan menyentuh bagian kecil dari hidup sehari-hari yang sering terabaikan.  Seperti bersih-bersih rumah, siram tanaman, renovasi wc, menginap di rumah kakak,mempersiapkan dan mengantar anak ke sekolah, menikmati sisi hidup lain dan perlahan mengabaikan keramaian dunia maya yang cukup mengganggu hati dan pikiran.  Seberat itu?  Mungkin penilaian ketakutan dan kehawatiran itu sedikit demi sedikit terjawab.  Mundur? Tidak.  Hanya kembali bertanya dan menyusun kembali state of my mind.  Hadeuuuh… setiap orang punya prinsip, visi hidup sendiri-sendiri hanya seringkali sedikit buyar oleh beberapa situasi yang mengecewakan.


Bisa jadi, matakubesar terlalu membebani dirinya sendiri padahal lingkungan sih engga gitu-gitu amat, cuek-cuek aja tuh, tapi ternyata sifat introvertnya cukup mendominasi disaat situasi terlalu ramai.  Ternyata memutuskan untuk menyendiri dulu, cukup ampuh dan menyenangkan ruang-ruang hati yang terlalu penuh.  Bukankan setiap orang punya caranya sendiri untuk bahagia, begitupun dengan matakubesar.   Sepertinya tema berani memerdekakan diri sendiri untuk bulan ini asik juga yah… hmmm… boleh dicoba.  BismillahJ

Anak saya suka sekali naik bis dan angkot. Barangkali penyebabnya bisa jadi karena dulu waktu hamil, saya gemar sekali jalan-jalan sekalipun perut rasanya tidak nyaman karena plasenta di bawah.  Nah, waktu Alif masih agak-agak bayi, saya suka mengajaknya keliling-keliling gang sambil mulut saya tidak berhenti berkicau mengenalkanya pada daun, angin, awan, dinding, atap, poster pada apapun yang ada diseputaran gang.  Sampai akhirnya dia mengenal yang namanya bis.

Ini dia babak baru, saya harus berhadapan dengan jurus goak Alif yang yahud pas lihat bis.  Artinya, dia ingin naik bis.  Hanya naik bis lalu turun di suatu tempat terus pulang lagi.  Tidak tiap hari, memang,  tapi cukup sering.  Saya sendiri tidak mau aktivitas naik bis ini jadi monoton dan melelahkan, akhirnya cari strategi dimana kita harus turun dan melakukan sesuatu yang menyenangkan.  Pilihan tempat untuk berhenti yaitu di jalan Braga yang akhirnya menjadi jalan favorit untuk berhenti.

Disana kami bisa jalan kaki menelurusi jalan yang klasik ini.  Ada gedung-gedung tua, bisa makan di toko roti Sumber Hidangan atau makan sandwich di Frenc Bakery.  Sepanjang jalan ini memang asik, karena banyak toko roti, jadi kalau jalan pagi di wilayah ini maka harum roti semerbak keluar dari pintu-jendela memenuhi hidung yang lewat didepannya.  Masa-masa ini mengingatkan pada waktu masih kecil, beli roti sandwich atau roti yang berbentuk bola softball berlumuran coklat, lalu pergi nonton bareng kakak atau dibawa pulang lalu makan di dalam kamar sambil ngopi.  Sedap.  Sekarang, selain menikmati bangunan tua dan roti, bisa jeprat jepret sana sini.  Motret sama seperti menulis dan main di atas panggung, ada kesenangan yang intim dan mampu membalut luka.

Alif cukup antusias, ia tak henti berlari lalu berhenti sesaat untuk melihat pesawat yang lewat dan melihat rel kereta api.  Kebetulan ketika tidak ada kereta kami bermain disana, berjalan diatas besinya dan memotret rel kereta.  Aduh, ternyata untuk amatir seperti saya, angle foto tidak dramatis seperti hasil potografer asli. Belum puas cari angle rel kereta, penjaga rel kereta tak henti memperhatikan kami cukup lama.  Mungkin dia khawatir kami melakukan sesuatu yang tidak-tidak, hehe…


Rupanya di Braga selalu menjadi objek menarik untuk motret.  Beberapa kali kesana, selalu ada rombongan atau seseorang yang menikmati paginya dengan motret.  Ada motret untuk pra wedding, para sekelompok abg, pelancong, bahkan di lokasi ini ada yang sedang syuting.  Rame tapi teratur.  Seandainya semua sudut kota Bandung seperti ini tentu menyenangkan.  

Beberapa hari yang lalu, suatu sore datang sebuah buku yang dikirim dari penerbit medium berjudul Perjalanan Ke Atap Dunia.  Buku ini merupakan buku perjalanan Daniel Mahendra menuju Tibet.  Entahlah, keinginan saya begitu kuat untuk memiliki buku ini.  Sebuah perasaan yang luar biasa bisa membeli langsung dari pada penulisnya.  Malam itu, ketika anakku sedang bermain mobil-mobilan sendiri, saya mulai membaca kata pengantar oleh Gol A Gong-penulis Balada Si Roy dan pendiri Rumah Dunia.

sumber: https://www.goodreads.com/topic/show/857158-bukan-bincang-buku-biasa-perjalanan-ke-atap-dunia-oleh-daniel-mahendra


Kalimat yang membuat saya tertegun dan membuat hati saya muringkak adalah ternyata cita-cita Gol A Gong keliling dunia meyakinkan mimpi saya untuk keliling dunia merupakan   keinginan yang tertunda.   Semua impian saya yang berhubungan dengan perjalanan seolah-olah hanyalah sebuah mimpi.  Tapi selama ini beberapa tempat kota di Indonesia bisa di datangi dengan cara yang unik.  Seperti, perjalanan ke Tasikmalaya dan Surabaya dengan gratis karena terlibat beberapa pertunjukan teater, ke Bali juga karena diajak survey di tempat saya kerja waktu itu dan diajak teman yang baru menikah.  Mengenal beberapa hutan, karena ikut kegiatan diklatsar saat kuliah. Lalu bisa ke Ujung Kulon, Malang, Gontor di Jawa Timur, terwujud karena sebuah ketiba-tibaan, misal disuruh orang tua untuk menengok kakak dan diajak orang tua karena sebuah acara.  Bisa jadi ini bagian dari cara Allah mewujudkan satu persatu impian saya mengenal tiap tempat di Indonesia dengan cara berbeda.

Perjalanan seorang diri yang pernah dilakukan oleh DM saat masih SMP, bagi saya masih sebuah angan-angan.  Karena izin dari orang tua yang begitu ketat dan sulit, membuat kesempatan atau kenekatan hanya menjadi angan untuk melakukan perjalan sendiri ke Jogya, Solo, Semarang, Lombok, Mahameru, Bromo, Keliling gunung-gunung di  Indonesia, Kampung Naga, Baduy.

Ada impian lain, betapa menyenangkan jika kita bisa keliling daerah karena sebuah pekerjaan yang kita cinta.  Seperti pekerjaan menulis dan kita harus menulis perjalanan itu, apalagi jika perjalanan itu dibayar dan menghasilkan.  Tentu akan lebih lepas dan asik.  Dulu saat masih remaja,  agar bisa naik turun gunung tidak konyol, akhirnya saya masuk pecinta alam di ekskul SMA tapi baru satu bulan amih sudah demo.  Dia tidak setuju dengan keputusan saya.  Lalu waktu kuliah tadinya mau nekat masuk organisasi pecinta alam tapi tertera sebuah perjanjian “kontrak mati”.  Saya tertawa dalam hati, okey, kemungkinan dan resiko itu pasti ada tapi bisakah anda bayangkan jika ibu saya membaca kalimat ini dan harus ia tandatangani.  Hehe…


Tapi impian dan harapan itu seolah terus disimpan di sudut hati yang paling dalam.  Menyakitkan? Kadang-kadang, tapi tidak membuat menderita karena suka kehidupan.  Banyak hal yang bisa dilakukan agar lebih hidup dan menyenangkan.  Dan saya selalu bertanya pada hati, apa yang ingin kamu lakukan, Ma?.  Munculah keinginan untuk mempunyai pasangan dimana kami bisa kemping setiap bulan, melakukan berbagai perjalan bersama.  Lalu bisa melakukan perjalanan dengan menggunakan mobil sendiri, sambil bawa tenda, kalau di tengah perjalanan menemukan pemandangannya bagus, maka bertendalah kita disana bersama anak-anak kami.  Menyenangkan bukan!

Bahkan ketika saya hamil, setiap ada acara jelajah dan semacamnya.  Saya selalu bertahan di depan televisi dan menikmati semua perjalanan mereka, seolah saya berada disana.  Buntut-buntutnya, selalu diselingi dengan derai air mata karena terharu melihat keindahan alam yang luar biasa.  Saat itu keinginan kuat untuk menelusuri alam, bisa tidur dibawah bintang-bintang, membaca dibawah sinar bulan, melahap sarapan dan menyeruput kopi ditengah dinginnya angin.  Tapi suamiku terlalu khawatir karena kondisi kehamilanku yang tidak mendukung.  Tapi saya tidak pernah mematikan impian ini, ia terus hidup ditengah perjalanan hidup yang penuh teka-teki.  Kini hidup dengan lelaki yang membuat saya bisa jujur bersikap dan tertawa lepas, mendapatkan anak lelaki yang luar biasa., “pengasingan” ini yang membuat peta kehidupan terasa lebih jelas kelihatan.  Ini bagian dari sesuatu kehidupan yang luar biasa atas teka teki yang rumit.

Ada quote yang menyentuh sekali di awal-awal halaman buku itu,

“Betapa pentingnya sebuah tindakan.  Ketika kita mulai memutuskan sesuatu, tiba-tiba isi kepala kita bekerja dengan sendirinya: bagaimana untuk mencapai sesuatu tersebut.”

Saya selalu yakin,  apapun yang kita lakukan hari ini tidak akan sia-sia selama dikerjakan dengan kesungguhan.  Sekalipun bidang yang sedang kita pelajari tidak menjadi profesi tapi akan selalu menjadi manfaat saat kita mengambil keputusan.  Impian seolah dilewati satu persatu tanpa terasa bahwa kita telah melewati beragam proses yang luar biasa.  Katakanlah ketika kita mengambil keputusan menjadi ibu rumah tangga.  Rupanya rumah tangga adalah sebuah kehidupan yang menarik.  Kita bisa mengambil pelajaran saat belajar teater, manajemen dan beragam event yang pernah kita lakukan, rupanya memberi manfaat yang luar biasa yang bisa diterapkan pada segala unsur kehidupan rumah tangga.  Karena kehidupan rumah tangga tidak akan menjadi dinamis ketika kita sendiri tidak menciptakan suasana itu. 

Artinya, saya selalu yakin selalu banyak jalan yang bisa kita tempuh untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan cara yang aneh dan penuh kejutan.  Dari keinginan itu maka akan muncul kebutuhan lalu naluri akan memilih kehidupan apa yang sangat mungkin kita jalani sekarang.  Kuncinya lakukan apapun yang kita kerjakan sekarang dengan penuh cinta dan kesungguhan hati dan kejutan selalu datang diwaktu yang tepat.

Saya memang bukan siapa-siapa dan sedikit kemampuan, terlalu banyak keinginan dan kesukaan, melaluinya setidaknya saya ingin hidup saya lebih berarti dengan cara yang dipilih oleh hati.  Menjadi ibu, istri, menjalani hobi dengan kesungguhan dan menyenangkan, disana selalu siap beragam jalan dan kesempatan yang baru tahu dan semakin banyak tahu mengarahkan kita pada impian.

27 April 2012
Pernah baca novel trilogy Dukuh Paruk karya Achmad Tohari? Dalam novel ini kita diajak berimajinasi ke sebuah daerah yang kering dan mereka percaya bahwa kesuburan tanahnya bergantung pada ritual tari ronggeng.  Keberadaan tarian rongeng dipercaya mempunyai daya mistis untuk mengawinkan langit dan bumi lalu melahirkan hujan dan mampu menyuburkan tanah.  Lalu dengan berkembang dan percampuran budaya modern barat yang bersifat sekuler, rasionalistik dan empirik, makna ronggeng menjadi terkikis dan terpinggirkan lalu melahirkan konotasi berbeda.

Ada  referensi yang berkaitan tentang proses panjang mengenai peradaban tanah Sunda yang memiliki keterkaitan kuat dengan keberadaan ronggeng, judulnya ‘Perempuan dan Ronggeng’.  Dari buku terbitan Pusat Kajian Lintas Budaya & Pembangunan Berkelanjutan (LBPB) ini, kita diajak untuk mengenal, memahami proses makna bersejarah ronggeng di tanah Sunda.  Penulis, Dr. Endang Caturwati, M.S.  menuturkan dengan lugas dari fungsi ronggeng yang spiritual sampai dimanfaatkan keberadaanya oleh kolonial Belanda sebagai alat prostitusi terselubung yang mampu mempengaruhi runtuhnya gaya hidup individu atau kelompok di daerah perkebunan. Sapai dituturkan pula upaya yang dilakukan para pecinta seni tari untuk merubah citra ronggeng mewujud dengan nama baru yang kita kenal sekarang adalah jaipongan.  Sebuah proses tidak sederhana dan penuh kretivitas yang menarik.


Rasanya sulit menerima kenyataan saat menyusur sejarah kita yang begitu kelam, banyak intrik dan  eksploitasi dari berbagai sudut.  Memang seolah penguasa saat itu menciptakan situasi yang serba salah bagi penduduk lokal dalam mempertahankan stabilitas hidupnya.  Para perempuan merangkap sebagai kuli perkebunan dan partner seks yang dibayar untuk melayani kebutuhan domestic penduduk laki-laki di daerah perkebunan. Hal ini terjadi karena kebijakan upah bagi kuli perempuan saat itu 50% dari upah laki-laki.  Sementara agar para kuli laki-laki betah menjadi pekerja diperkebunan, didatangkanlah hiburan ronggeng, disediakan minuman keras, judi dan ketiga kebisaan ini semakin melilit mereka pada jurang kemiskinan karena memaksa mereka berhutang agar bisa saweran dan berjudi. 

Buku ini tidak melulu membicarakan proses panjang sejarah ronggeng, namun diceritakan pula sisi lain kehidupan ronggeng sebagai manusia biasa.  Pada bab Ronggeng sebagai perempuan biasa, kita diajak untuk memahami bisikan dari hati kecil perempuan yang mendapatkan pelecehan dari para lelaki maupun suaminya.  Keinginnanya sebagai perempuan yang ingin dihargai, disayangi dihormati dari pasangannya seolah hanya menjadi sebuah harapan, sangat terbalik kondisinya ketika begitu banyak laki-laki yang memuja disaat ia diatas pentas pertunjukan. 


Buku ini semakin membuat kita tersadar bahwa proses panjang pembersihan nama baik yang kini menjadi seni tari, tidaklah sesederhana yang kita fikirkan.  Dengan melewati sejarah panjang dan kelam, keindahan tariannya disalah arti dan disalahgunakan.  Kini tari sunda dalam hal ini jaipongan, ditangan orang yang kreatif dan strategi yang cantik mampu menarik hati banyak kalangan bahkan mampu mendunia. 

27 April 2012

Sudah lama melirik sebuah tempat yang nyaman di sudut jalan Lamping, tepatnya di wilayah Cipaganti Bandung.  Namanya kopi lamping, dari nama tempatnya bisa diduga itu sebuah tempat nongkrong, ngobrol maupun diskusi sambil menikmati kopi panas dan makananan hangat.  Menariknya, tempat itu sederhana, memanfaatkan bangunan klasik rumah Belanda, tidak terlalu luas bahkan berkesan cozy, dipercantik dengan ornamen ukiran jawa, kursi kayu dan kap lampu yang unik.  Ada yang unik lagi, di depan pintu gerbang dihiasi sado, delman model lama.

Setelah sekian lama menunggu waktu yang tepat, akhirnya kami tidak lagi melirik tapi memasuki gerbangnya lalu duduk dengan nyaman di kursi kayu gaya kuno.  Warna lampu dan kayu-kayu  menggugah selera dan menciptakan suasana yang tenang.  Pelayan cantik berkerudung datang dengan membawa buku menu, disana tercantum beragam kopi olahan, beragam cita rasa teh, camilan hingga makanan berat.  Diantara sederet menu kopi, mata saya tertuju pada kopi aceh dan roti bakar keju.  Sementara suami saya memilih teh jahe sereh, mengingatkannya pada wedang secang yang ada di kedai kebun seni.



Rasa penasaran terhadap kopi ini akhirnya harus berkompromi lagi dengan rasa sabar.  Rupanya setelah menunggu kopi datang, kita harus menunggu kopi menetes ke dalam gelas. Kopi Aceh disajikan diatas saringan yang diletakkan di atas gelas kaca.  Didalam gelas berisi susu kental manis.  Untuk menikmati kopi ini, kita menunggu semua kopi menetes ke dalam gelasnya lalu baru diaduk perlahan.  Proses menunggu ini ternyata tidak sia-sia, karena rasanya benar-benar enak sehingga mampu menyembuhkan ketidaksabaran saat menunggu datangnya kopi.  Dari proses kopi ini seolah-olah menyimpan makna, bahwa hidup itu bertahap, tidak tergesa-gesa dan dijalani dengan penuh kepastian sehingga mampu menorehkan keabadian.  Seperti proses pengolahan kopi ini, hmmm… 

Kopi aceh salah satu kopi terkenal dari Indonesia yang mampu mendunia.  Di Aceh sendiri kopi diseduhkan dengan cara yang unik yaitu kopi dididihkan lalu disaring oleh kain hingga beberapa kali penyaringan.  Semakin kental, kopinya makin terasa lezat.  Cara pengolahan ini, kedai Sorong merupakan salah satu alasan saya ingin datang ke Aceh selain mempunyai sejarah pahlawan Tjut Nyak Dien yang melegenda itu.  Bagaimana bisa Starbuck mengakui rasa kopi Aceh, sementara saya sebagai orang Indonesia sendiri belum pernah merasakan sisi kenikmatanya.  Rasanya tidak adil kita harus membeli kopi Aceh di Starbucks dengan harga selangit, sementara kita hidup di negeri sumber penghasil kopi tersebut.  Akhirnya berkunjung ke kopi lamping menjawab rasa penasaran itu.  Dan rasanya?  Tak terkatakan.

Indonesia salah satu surganya kopi, dengan berbagai cita rasa dan cara penyajian yang unik.  Bahkan ada kopi hasil pengasaman di perut binatang, you know what, it’s luwak.  Yup, rasanya? Selangit, nyam! Sungguh beruntung tinggal di Indonesia, jadi harus jaga kesehatan, pola makan, olah raga, apalagi kalu bukan untuk menikmati hidup, minum kopi, menjelajah pegunungan dan menikmati berbagai makanan dan keindahan alam yang tidak ada duanya. 

Mari ngopi...



Di Bandung muncul sebuah komunitas yang memfasilitasi ibu-ibu untuk mengembangkan diri dalam bidang menulis, namanya Ibu-Ibu Doyan Nulis atau mereka menyebutnya IIDN.  Rupanya grup ini mampu memikat ribuan perempuan yang tengah sibuk dengan kehidupan rumah tangganya dan menstimulus kembali kretivitas yang selama ini terpendam atau bahkan disisihkan.  Banyak alasan yang membuat para ibu melepaskan hobi bahkan profesi menulis sejak mereka memutuskan menikah dan mempunyai anak.  Prioritasnya yang berfungsi sebagai ibu kerap menjadi membuat perempuan melepaskan semua mimpi-mimpinya.  



Komunitas ini di buat oleh Indari Mastuti pemilik dari Indscript Creatif salah satu bisnis yang dijalaninya berupa agen naskah dan meraih ibu-ibu untuk produktif dalam membuat buku.  Proses komunikasi dijalin secara online, karena IIDN memahami kegiatan para ibu ini tidak sederhana meskipun kelihatanya sederhana.  Waktu yang cenderung panjang dengan aktifitas yang tidak ada hentinya sehingga terasa tidak cukup.  Jangankan untuk menulis dan membaca, mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga yang setumpuk rasanya tidak mungkin.    Namun dengan adanya fasilitas online, rupanya mempermudah dan membuat para ibu menjadi lebih produktif dan kreatif.  Salah satunya saling memotivasi untuk terus menulis maupun saling menginspirasi dalam membuat usaha online.
Para penulis di Indscript Creatif ini sebagian besar adalah pernah melakukan pelatihan menulis online maupun offline.  Namun ada pula yang memang beberapa penulis profesional bergabung dengan indscript untuk melakukan kerjasama dalam penerbitan buku.  Tapi beberapa ibu-ibu yang lain selain menciptakan buku lebih melatih dirinya maupun tetap bersikap konsisten dalam menulis dengan menyalurkan karyanya pada sebuah blog.  Karena blog bisa mengungkapkan banyak hal, dari tema serius hingga sederhana namun tidak kalah pentingnya dengan ciri khas gaya bertutur masing-masing blogger.
Di komunitas IIDN interaktif, ada kelas-kelas diskusi salah satunya kelas blog.  Rupanya ibu-ibu sekarang memiliki blog yang tidak kalah menarik bahkan luar biasa.  Berikut adalah daftar blogger para ibu-ibu doyan nulis yang terdata 5 Desember 2011, kita bisa menemukan tema-tema yang menarik bahkan menginspirasi:
1.    Ibu-ibu Doyan Nulis: http://ibu-ibudoyannulis1.blogspot.com/
2.    Indari Mastuti: www.indari.blogspot.com
3.    Ima Emaknya Alif: www.matakubesar.blogspot.com
4.    Ety Abdul
5.    Kanya Puspokusumo
6.    Deasy Rosalina 
7.    Rike Swasono 
33. Arundhina Bu Mega Thea: http://gerbangmatahari.blogspot.com/
36. Julie Nava: http://writingpaths.com/
37. Irawati Prilia: http://keluargapelancong.net/
38. Arini Tathagati: http://tathagati.blogspot.com/
40. Beta Kun Natapraja: http://putrigrage.wordpress.com/
41. Marisa Agustina: http://risablogedia.blogspot.com/
43. Arin Murtiyarini: http://www.asacinta.blogspot.com/
44. Nurul Wachdiyah: http://blogulu.blogspot.com/
35. Liza Fathia: http://liza-fathia.com/
47. Wulan QAmillah: http://wulan-q.blogspot.com/
48. Vivi Fajar Anggraeni
49. Faizah Ni'mah
50.  Flanel Wuri
       http://wurinugraeni.wordpress.com
      http://aurainbiz.blogspot.com/
53.  Bunda Lahfy 
54.   Yas Marina 
55.  Mahabah El Ahmead
      http://titiksuswati.blogspot.com/
66.  Ida Tahmidah
      http://tahmidah.multiply.com
57. Mahabbah El-Ahmead
      http://www.mahabbah-elahmady.blogspot.com/