sesaat kepalaku terlepas dari tubuh meronta dan memaki keadaan. sesaat hatiku seakan tercerabut dari sejuta mimpi-mimpi indah dan mimpi-mimpi buruk. mata, hati, kepala, mulut-mulut itu tak lagi sedekat ruang-ruang yang pernah kita bangun bersama. walaupun tak besar tapi keriangan itu bercicit diranting-ranting sunyi.
Apa jadinya ketika kamu tak dapat merasakan lagi otot-otot yang menyangkut pada celah-celah tulangmu. Bagian terhalusmu seakan terlepas dari kasat mata, terlepas dari setiap sekat benda, lalu tinggalah mimpi mengambang dikelopak matamu. Menari-nari tak berdaya, berjingkat menatap langit.

Apa jadinya tanpa kau harus membuka mata, kau dapat melihat apa yang tampak di muka namun kau tak dapat melakukan apapun. Lebih-lebih kaupun tak memahami itu namun hatimu berontak, tapi ketika matamu melihat dalam-dalam ke dalam diri. Hasilnya sama saja, kaupun tak dapat mengerti apa yang tengah kau rasakan. Seakan kau tak dapat menguasaimu lagi seperti penonton yang tak dapat melakukan apa-apa. Saat itupun kau mulai bermain teka-teki mencari celah atas ketidakberdayaanmu.

Waktu terus bergulir
kita kan pergi dan ditinggal pergi
redalah tangis
redalah tawa
tunas-tunas muda
bersemi

“iwan fals – satu-satu”


Usiaku semakin bertambah bersamaan dengan bertambahnya orang-orang yang kerap datang dan pamit dengan sengaja atau tanpa disengaja. Kalian, begitu juga aku. Namun, ketika matahari pergi tenggelam dan matahari datang menjelang memaksa kita untuk saling meninggalkan. Apakah jiwamu tetap menyapa dikejauhan ruang. Apakah jiwamu tetap menyapa dikejauhan suasana. Kuharap kalian tetap begitu.

Pagi ini, kalian menyapaku dalam surat-surat yang tertumpuk debu dan dibalut oleh kertas-kertas tua. Begitu hangat kalian mengajakku untuk bercengkrama dalam suasana lebaran, atau sekedar ucapan ulang tahun. Adapun yang menyampaikan isi hati yang lelah karena harus bercengkrama dengan suasana yang membuat kau tak nyaman. Tak hanya kau, akupun telah mengalami itu dan kerap datang berulang.

Suara bel membangunkanku diantara keramaian dan ramah tamah ketiadaan yang tak segan-segan membawa kita larut. Begitupun suara-suara ramah kalian dalam tetesan tinta membuatku bangun akan keberadaan kalian yang telah lapuk termakan masa. Maaf cintaku … aku tak bermaksud melupakan kalian. Karena kalian, aku dapat mengenal hidup tanpa harus mengalami indahnya hidup tapi aku dapat merasakan dan belajar atas hidup kalian. Dan tentu saja, darimu itu pasti (uh.. lagi-lagi bait lagu Iwan Fals) hidup ini tercipta.

Hai… tegur aku kalau aku membuatmu luka.

LAGI-lagi mimpi buruk atau jangan-jangan pengaruh saya ikutan reiki. Hari ini -Jumat- di Unisba mestinya saya ikut latihan rutin Reiki. Terakhir di atouchment (kalau tak salah) baru sekali saya ikut latihan rutin. Cukup banyak pengaruh dari hasil latihan self-healing
KENAPA KETIKA SESEORANG MENEMUKAN KEBAHAGIANNYA SELALU DIHALANGI

Sebaris kalimat yang dilontarkan oleh Johnny Deep yang memerankan tokoh James Mathew Barry. Ia tak mengerti dengan posisi istrinya yang tidak memahami dirinya pada sebuah bentuk kebutuhan yang berbeda. Saat James menemukan sebuah perspektif baru terhadap hidupnya ia -seakan- tak diizinkan untuk menikmati 'keadaan" itu. Andai saja istrinya dapat memahami posisi James sebagai penulis tentunya kecemburuan tak perlu ia halalkan. Bayangkan, tidakkah pertemuan James dengan Peter, Jack,George, Michael membuat James lebih confort dan bergairah dalam menjejali bukunya dengan jurnal dari sore ke sore. Situasi yang berharga dan tak dapat ternilai oleh bergenggam-genggam mutiara. Tidakkah inspirasi itu sulit didapatkan apalagi ketika kau tidak menyadari bahwa sekelilingmu bisa sangat inspiratif.
Andai saja istrinya dapat mebuka keterbatasannya dalam berelasi (tidak kaku) tentunya James akan jauh lebih menghormati istrinya.
Bayangkan, walaupun hanya dalam satu detik saat mata melihat satu image dan mengundang inspirasi itu maka ia dapat mengubah hidupmu menjadi lebih baik, membuat kamu dapat merasakan "kepuasan" yang tak ternilai, dapat menelurkan sebuah ide yang sangat mahal harganya. Hey!!! disini saya tak bicara nilai uang tapi satu ide yang dapat menghasilkan akar-akar baru persoalan lalu lama-lama membentuk sebuah rangkaian bentuk. Untukku-untukmu.
PENTAS MONOLOG semakin menggeliat dimana-mana. Pentas dilangsungkan oleh kelompok teater umum sampai kelompok teater kampus. Bentuknyapun macam-macam dari pertunjukan realis sampai absurd dari kolaborasi sampai pertunjukan yang benar-benar tunggal dengan kemasan yang cukup menarik.
Kenapa harus MONOLOG?
Seakan lelah dengan konsekuensi kerja kolektif yang biasa di lakukan dalam menciptakan pertunjukan teater dengan melibatkan banyak pemain. Atau ingin menunjukan jati diri kemampuannya berakting karena selama ini selalu berating dengan karakter yang terbatas? Kalau dia bukan pemain inti barangkali sekian persen lebih banyak dari kemampuannya berakting tertutupi mengingat dialognyanya sedikit. Atau mungkin kesulitan untuk main dengan kelompok teater kenamaan. Atau hanya kebetulan saja, sebuah kelompok teater yang ingin mengeksistensikan diri dalam sebuah komuni seni dengan menarik para aktor dari berbagai kelompok. Ya, atau seakan "orang-orang" ini digiring mempunya "ide' yang sama untuk mensosialisasikan pertunjukan monolog. Bedanya, siapa yang cepat! dia yang mempunyai ide! siapa yang mementaskan di ruang yang lebih bernama! ia yang mempunyai nama!
MONOLOG sebuah pertunjukan menarik. Kita dapat menikmati pertunjukan itu jika pemain dapat memetakan tokoh yang ia perankan berikut tokoh-tokoh yang berada disekeliling tokoh itu. Sehingga seorang pemeran harus memerankan beberapa tokoh yang dapat menjadi sumber konflik dalam jalur cerita. Bayangkan, kamu bisanya memainkan satu tokoh dengan satu karakter itupun diberi kekuatan situasi oleh lawan main anda. Untuk bermain monolog kamu dituntut untuk memunculkan suasana sendiri dengan waktu yang cukup panjang sehingga penonton "deal" dengan permainan yang kamu sajikan. Berbagai karakter dengan kemungkinan latar belangkang yang berbeda pula tentunya suasana hati yang berbeda.
Barangkali ini merupakan salah satu alasan lain pula untuk para pemeran untuk bermain sendirian atas proses yang pernah dilewatinya. Atau bisa jadi sebagai sebuah langkah eksperimen diri atas eksistensi yang telah ia lewati.
APA yang bisa saya lakukan ketika ibuku sulit sekali untuk berhenti ke dr. Agus. Dia datang ke dokter untuk menjalankan pemeriksaan penyebab sakitnya dan mendapatkan resep obat. Tapi tang membuat saya heran adalah setiap amih memakan obat dari dokter itu hanya membutuhkan waktu yang tak lama rasa sakit amih berhenti. Awalnya saya tak terlalu mengiraukan, tapi setiap obat yang dia konsumsi habis maka rasa sakitnya akan muncul lagi. Sepanjang hari dia hanya akan tidur dan tidur. Kalau dia sudah melakukan itu, kalau tidak sedang ada pikiran tentunya badannya memang sedang sakit.
Kemarin adalah kesekian kalinya amih mengandalkan dr. Agus untuk memeriksa rasa sakit pada badannya. Hanya memakan waktu beberapa jam dari mengkonsumsi obat tersebut untuk bisa jalan-jalan keliling rumah anak-anaknya. Ya, benar! Amihku tak lagi merasa ngilu-ngilu. Ya, benar! obat yang ia konsumsi masih juga sama dari sejak pertama kali dia mencoba pengobatan ke dr. Agus.
Rasanya saya ingin segera bisa menguasai pengobatan ala Reiki, siapa tahu amih tak lagi mengandalkan obat-obatan untuk menghilangkan rasa sakitnya.
miss u mom ... even u don't know it ... i don't care!
JAZZ sedang "panas-panasnya" beberapa bulan ini dengan adanya JAVA JAZZ festival di Jakarta. Sayang, saya ga sempat nonton (masalah du... dan waktu ... Jirrrrr!!!). Bukan berarti saya tahu banget segala sesuatu tentang Jazz, tapi sekarang-sekarang seperti ada kontak dengan "suhu alam" (weeekkk) bawaannya pengen ngedengerin musik-musik yang menghentak dengan ketukan "macem-macem"(jazz maksudnya).
Apa hubungannya Jamie Cullum sama musik Jazz? Hmm... sebelum saya ngomongin Jamie Cullum tentunya saya harus ngomongin komputer Tobucil yang rusak beberapa hari yang lalu akibat petir. Cuaca di Bandung (saya kira ga cuma di Bandung) memang lagi berserakan oleh hujan. Hujannya ga tanggung-tanggung, petir yang mengganas dan anginnya itu bikin merinding. Sampai datanglah hari mengenaskan itu, Jumat, hujan datang dengan derasnya dan petir membabi-buta di sekitar daerah dago. Beberapa saat kemudian aliran listrik di jl. Kyai Gede tiba-tiba padam. Setelah lampu menyala kembali, rupanya 3 (tiga) buah komputer di Common Room rusak termasuk punya Tobucil. Meranalah kami selama 10 (sepuluh) hari ke depan tanpa komputer karena kebanyakan aktifitas kami membutuhkan fasilitas itu (uhg! menyebalkan... hehe).
Nah, Mr. Megaded akhirnya bisa ngebenerin komputer dan tentunya saya mulai beradaptasi lagi dengan si 'komputer' yang baru aja sakit. Ada beberapa yang berubah terutama list musik di media player.
Nah, ternyata di List media player ada Jamie Cullum diantara sempilan musik-musik Beatles. Klik dua kali : Tralala... i'm in love sama musik-musiknya!!
LEBIH-LEBIH kamu ga bakal percaya, kalo Jamie masih berumur 22 tahun orang Inggris yang bersuara MATHANGS. Sebelumnya saya mengira-ngira dia orang item yang berumur 27-an lah. Salah besar! dia berkulit putih. Jadi inget Harry Connick Jr yang punya tampilan cover boy yang bersura emas dan musiknya yang bernuansa Jazz, Blues yang bikin hati berjingkrat-jingkrat.
Hmm... umur 22 tahun saya lagi ngapain ya? Tentunya semester-semester akhir kuliah dan main teater dengan standar lokal (naon coba maksudna?). Gimana ya rasanya seumuran gitu udah go publik? gimana caranya ya? Kadang saya suka bingung, selain ide dan semangat apa aja sih yang harus saya lakukan untuk bisa seperti "itu".