Sumber foto punya Mf Abdullah
Sore itu.  30 Nopember 2013.  Di stasiun Lempuyangan kami turun, sebuah stasiun antar kota di Jogjakarta.  Masih kuat dalam ingatan, harumnya, masjid kecil di sudut terminal, orang-orang dengan beragam ekspresi menahan lelah setelah menempuh perjalanan panjang dan toilet  yang bersih ajaibnya tanpa bayar, coba cari toilet gratis di Bandung,  rasanya tidak ada.  Seorang laki-laki muda mengangkat kertas bertuliskan “Blogger Nusantara”.  Wih, serasa tamu agung yang telah melakukan sebuah tindakan besar.  Saya malah jadi malu sendiri dari proses penjemputan ini kami diperlakukan secara serius dan baik. 
Ketua RT mengeluh pada salah satu tetangganya, penghuni kos  seringkali kehilangan barang-barang seperti laptop, sepatu bahkan motor.  Tidak hanya kos-kosan miliknya, tetangganya pun mengeluhkan yang sama.  Lalu Pak RT melakukan tindakan preventif dengan membuatkan pagar,  diberi kawat, di gembok dan setiap penghuni memegang kunci pagar sendiri-sendiri.  Rupanya tindakan ini tidak memberi hasil, pencurian terus saja terjadi malah menimbulkan saling curiga satu sama lain.  Akhirnya Pak RT melakukan langkah yang langka dilakukan orang-orang awam, dia memasang CCTV agar kondisi kos-kosannya lebih bisa terpantau.  CCTV dipasang diposisi yang relevan, paling bisa menjangkau dan dipasang rapi.  Alhasil dengan tindakan tersebut, semua tindak tanduk bisa terekam secara optimal. Terekam beberapa identitas fisik, pakaian, bentuk tubuh, serta jumlah orang yang terlibat lengkap dengan tindakan yang dilakukan oleh pencuri tersebut.  Pak RT akhirnya bisa bernafas lega, dengan bukti ini pihak kepolisian pun bisa terbantu untuk menelusuri sindikat pencurian di tempat bisnis kosannya dan berimbas pada keamanan kosan warganya.  
Situasi wilayah warga kos-kos-an pak RTsekarang jauh lebih aman karena satu persatu sindikat pencuri bisnis kos tertangkap.  Tapi bukan berarti CCTV dilepas, keamanan terus menerus harus dilakukan karena pencuri baru selalu saja bermunculan dan bersikap nekad.
 
CCTV itu apa sih?  CCTV adalah kamera pengintai singkatan dari Closed Circuit Television. Teknologi kini tidak asing lagi dan mulai dilirik para pemilik bisnis rumahan.  Tidak hanya untuk memantau keamanan rumah tetapi ikut memantau keamanan bisnisnya. Karena CCTV ini banyak membantu untuk menanggulangi kejahatan. Ternyata tipe dan jenis CCTV itu beragam, lho.  Coba deh perhatikan sekeliling kalau masuk ke ruang ATM sudut ruang sering ada yang berbentuk panjang bertopi, bahkan kita suka sadar bahwa disana memang ada kamera pengintai, bentuknya seperti ini:

Bullet IR HA-2632AM 600TVL


Kalau bentuk bulat yang menyerupai bulatan hitam, malah lebih mirip lampu, lebih banyak digunakan di supermarket atau minimarket, bentuknya seperti ini:

DOME IR HA-R754AM 700TVL

Beberapa distributor CCTV karena masyarakat lebih sadar bahwa keamanan pelanggannya adalah nomor satu.  Teknologi kamera pengintai semakin dibutuhkan mengingat tingkat kejahatan yang sulit untuk dibendung.  Seperti Hisomu bisnis dibidang tersebut, turut serta membantu dan melayani kebutuhan pangsa pasarnya.   Mereka melayani penjualan online di bidang CCTV, IP Camera, Wireless IP Camera, dan Digital Video Recorder dan accesoriesnya.  Sebagai orang awan seperti saya tidak perlu khawatir memikirkan cara memasang dan unak anik teknis lainnya.  Biasanya, seperti halnya yang dilakukan Hisomu sebagai tenaga professional memberi pelayanan pemasangan professional dan menawarkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing client.  Dengan begitu, produsen tidak sekedar menjual produk namun sekaligus bekejasama menjadi rekan dalam bidang keamanan dan pemasangan CCTV. 


Jadi sekarang CCTV tidak hanya dibutuhkan oleh kelompok bisnis perusahaan besar,  seperti supermarket, Bank dan bisnis yang melayani banyak konsumen.  Namun jangan salah, keluarga sebagai orang-orang nomor satu yang harus diperhatikan keamanannya.  Saya fikir tidak ada salahnya memanfaatkan teknologi CCTV salah satu solusi tindakan preventif yang cukup bijak untuk melindungi bisnis rumahan.  Langkah besar untuk keamanan bersama.
Tulisan ke-enam ini ceritanya lagi bicara sama diri sendiri alias bisik-bisik sendiri.  

Teryata bisa, nyaris tiap hari menulis dan tuntas.  Apapun kalau diniatkan dan berkomitmen itu ternyata bisa dijalani, ko.  Terpanggil tantangan 1 hari 1 tulisan alias #1day1post membuat otak ini terus bergerak.  Saya suka sekali!  Otak seperti terus menerus mencari, hari ini mau menulis apa? tentang apa? mulai dari mana? Fotonya yang mana.  Pikiran berseliweran kemana-mana, membuat lupa beberapa masalah yang sedang menghantui.  Ahai, ternyata masalah itu bisa dihadapi dengan santai saat pikiran dan hati kita terus bekerja.


Tapi saya masih belum disiplin waktu dan tema menulis per-hari. Ya, ya, sepertinya bakal lucu dan bisa jadi memudahkan buat saya kalau tiap hari ada hari menulis a, b, c dan seterusnya.  Meniru walikota Bandung Ridwan Kamil yang membuat tema per-harinya.  Atau mungkin juga menyulitkan, belum dicoba, sih,  karena seringkali ada kejadian di sekitar yang tiba-tiba dan menarik untuk dituliskan.

Eh, tapi boleh dicoba juga menulis tentang: makanan/minuman, tempat jalan-jalan, review buku, review film, sosial budaya, politik dan perempuan.  Semua unsur ini sebetulnya satu kesatuan, satu kejadian tapi bisa diulik dan pecah menjadi beberapa analisa.  Misal, tentang "Taman Kota"  bisa dikupas dari sudut kebutuhan sosial-budaya, lalu dari sisi seorang ibu yang membawa anaknya jalan-jalan ke teman itu, makanan yang jadi bekal.  Nah, masalah review buku dan film itu juga bisa disesuaikan, artinya setidaknya kita mempunyai 1 pekerjaan rumah (PR) untuk membaca 1 buku.  Kalau bisa lebih asik juga, kan.  Bagaimana bisa menulis kalau kurang referensi dan mengasah diri dengan membaca.  

Dan yang paling senang hari ini adalah, suamiku mulai upload-upload tulisan juga ke blognya yang sudah lama terlantar.  Hihiw! Semangat saya bertambah tambah.

Ya, sudah, ini sudah malam waktunya istirahat.  


Sudah lama punya impian taman kota di kota sendiri (Bandung) ada alat mainan seperti ayunan dan serodotan.  Ternyata, di taman kota Sukajadi (depan rumah sakit bersalin ibu dan anak) sekarang sudah terwujud.  Asik lihatnya, beberapa anak-anak dan batita yang diantar ibunya mulai menggunakannya. Masih ada perbaikan sana sini sepertinya, mungkin masih dalam proses perapihan.  Tapi melihat anak-anak yang riang rasanya senang.

Kalau saja alat-alat mainan ini terwujud sejak dulu, heran juga sih kenapa pekerja kota yang dulu-dulu tidak pernah berfikir atau kratif untuk mengciptakan Bandung lebih ramah. Ah, mungkin saja terlintas tapi dianggap tidak menghasilkan secara materi.  Atau bisa jadi mereka banyak pesimisnya, takut hilang atau takut rusak karena pengguna tidak dipungut biaya buat perawatan.  Hilang? Iya, ada kejadian yang cukup aneh, penduduknya/pengguna lebih berkesan acuh terhadap fasilitas kota seringkali cepat rusak, kotor atau bahkan hilang dicuri.  Padahal bisa jadi anggaran yang dimiliki oleh pemerintah kota itu seabreg-abreg.  Fasilitas ini tidak bakal mengurangi pendapatan industry tempat bermain anak yang ada di mall atau fasilitas mainan berbayar lainnya, karena tempat bermain selalu dibutuhkan oleh anak-anak.  Kadang suka miris,ketika orangtua ingin menyekolahkan anaknya dengan harga “mahal” karena di sekolah itu ada fasilitas bermainnya.  “Demi” agar anak bisa menikmati serodotan, menikmati bermain di masa kecil.

Kalau dulu, tempat bermain anak-anak adalah lingkungannya.  Sawah, danau, bukit, sungai, padang rumput, selokan yang airnya bening, pepohonan, kuda-kuda liar, dan banyak lagi.  Kreatifitas dan daya tahan tubuhnya dibentuk oleh alam, oleh lingkungannya.  Tubuh merasa nikmat saat pergi dari satu tempat jetempat lain dengan jalan kaki atau bersepeda.  Sekarang, karena lahan bermain terseret oleh rumahpenduduj, fasilitas pasar berkelas (maksudnya, mall), pembangunan-pembangun fisik yang dianggap lebih penting dibandingkan “menjaga” alam tetap tumbuh untuk pertumbuhan dan penyatuan manusia dengan alamnya.  Toh, manusia bagian dari alam juga. 


Kali ini dengan diwujudkannya alat-alat mainan gratis di taman kota seperti angin segar.  Sebuah upaya membentuk penduduknya lebih “segar” karena anak-anak merasa bahagia.  Ketika anak tercukupi kebahagiaannya, tentu orangutanyapun ikut merasa senang dan bersemangat.  Ia merasa lebih “bebas” untuk melakukan kreatifitas, berkarya dan berdaya.   Mungkin kesannya sederhana, apalah arti alat permainan bagi orang dewasa.  Seringkali orang dewasa lupa bahwa mereka pernah menjadi anak kecil dan senang bermain.  Apapun bisa menjadi permainan karena otaknya kerap bereksplorasi dengan apasaja agar merasa ada dan bagian dari hidup barunya.  Sebagai manusia bumi.

Mendapat kesempatan dari Bunda Dini untuk membuat kegiatan di sebuah rumah singgah bernama Rumah Cinta Anak Cancer terletak di Sukagalih Bandung.  Dia mengajak untuk kami agar mau "menghibur" anak-anak kena kanker dan sedang menjalankan pengobatan di Rumah Sakit Hasan sadikin (RSHAS).  Dengan Bunda Dini sendiri saya tidak pernah bertemu selama 7 tahun, melalui jejaring sosial akhirnya ada komunikasi yang terputus sekian lama, selama itu tentu sudah melewati banyak hal.  Sekarang dia sudah punya anak laki-laki yang lucu usia 3 tahun, sementara saya sendiri sudah punya 2 anak.  Dari masih sendiri lalu pas ketemu sudah bergerombol, rasanya semakin tersadarkan bahwa hidup itu sekejap mata.  Merunut kebelakang  rupanya selama itu banyak juga hal yang dilakukan, terutama saat harus berhadapan dengan situasi dan harus mengambil keputusan.
Siapapun pernah merasakan cinta, hati bergerak mengikuti ketukan dan ritme alam. Mungkin semacam daun yang jatuh dari rantingya lalu mendarat disuatu tempat yang tak terduga.  Cinta, ia tidak bisa memilih kapan terjatuh dan dimana.  Begitupun tokoh dalam novel Tenggelamnya Kapal Van DerWijck, mereka saling mencintai kepada siapa dan suku apa, sehingga “percintaan” mereka dianggap melanggar adat.  Cinta dianggap sebuah kisah-kisah yang ada di dalam kitab, tidak nyata.


Novel romantis ini meraih banyak kalangan terutama bagi yang sedang jatuh cinta maupun yang pernah merasakan pengalaman yang serupa.  Novel inipun mendapat kesempatan diwujudkan dalam sebuah film oleh Soraya Film, menarik, bisa jadi dengan cara ini generasi muda bisa mengingat bahwa kita memiliki perjalanan panjang dan berjaya di dunia sastra.  Lagi-lagi, film salah satu cara yang paling efektif dalam menginformasikan sesuatu.  Dr.Hamka sebagai penulis novel tersebut selain seorang ahli agama, beliau dimasukan kedalam penulis karya sastra pujangga baru.
“Galang rambu anarki, anakku,
Lahir awal Januari, menjelang pemilu
Galang Rambu Anarki, dengarlah
Terompet tahun baru menyambutmu
Galang Rambu Anarki, ingatlah
Tangisan pertamamu, tandai BBM membumbung tinggin (melambung)

Maafkan kedua orangtuamu kalau
Tak mampu beli susu
BBM Naik tinggi, susu tak terbeli
Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi

Reff:
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Menagis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia, buah hatiku
Doa kami di nadimu
Hari pertama tahun 2014 di bulan Januari harus diawali dengan semangat hidup.  Sekalipun banyak sekali hal yang terjadi di masa lalu tapi bukankah hidup haruslah terus berjalan.  Karena kebahagiaan dan senyuman itu hartus diciptakan oleh diri sendiri.  




Tahun ini, saya ikut tantangan #1day1post yang digulirkan oleh sosok itu.  Tadinya saya sangsi, tapi tidak ada salahnya mencoba kebiasaan baik dan cara ini bisa membangun kebiasaan untuk terus menulis.  Menulis apapun.  

Banyak hal yang sering menyentil pikiranku saat melihat, mendengar, merasa sesuatu.  Kadang saat tidak dituliskan sering mengganggu pikiran dan tentunya mengganggu hati.  Menulis seringkali membantu saya membuat sudut pandang lebih luas dan menarik.  Karena melalui menulis, seolah ada hati yang dilemparkan, dikeluarkan dan ujung-ujungnya malah menemukan solusi sendiri.  Lebih banyak solusi baik, membuang energi negatif dan melahirkan energi positif.  Dengan menulis ada kebiasaan lain yang lebih asik, membaca dan otak tetap bergerak.  

Tidak ada salahnya dijalani dan tentunya membangun konsistensi, terus dan terus.