Sumber foto punya Mf Abdullah |
- By Ima Rochmawati
- On Januari 10, 2014
- 11 comments
- By Ima Rochmawati
- On Januari 08, 2014
- 8 comments
Ketua RT mengeluh pada salah satu tetangganya, penghuni kos seringkali kehilangan barang-barang seperti
laptop, sepatu bahkan motor. Tidak hanya
kos-kosan miliknya, tetangganya pun mengeluhkan yang sama. Lalu Pak RT melakukan tindakan preventif
dengan membuatkan pagar, diberi kawat, di
gembok dan setiap penghuni memegang kunci pagar sendiri-sendiri. Rupanya tindakan ini tidak memberi hasil,
pencurian terus saja terjadi malah menimbulkan saling curiga satu sama lain. Akhirnya Pak RT melakukan langkah yang langka
dilakukan orang-orang awam, dia memasang CCTV agar kondisi kos-kosannya lebih
bisa terpantau. CCTV dipasang diposisi yang
relevan, paling bisa menjangkau dan dipasang rapi. Alhasil dengan tindakan tersebut, semua
tindak tanduk bisa terekam secara optimal. Terekam beberapa identitas fisik,
pakaian, bentuk tubuh, serta jumlah orang yang terlibat lengkap dengan tindakan
yang dilakukan oleh pencuri tersebut. Pak
RT akhirnya bisa bernafas lega, dengan bukti ini pihak kepolisian pun bisa
terbantu untuk menelusuri sindikat pencurian di tempat bisnis kosannya dan
berimbas pada keamanan kosan warganya.
Situasi wilayah warga kos-kos-an pak RTsekarang jauh lebih aman karena satu persatu
sindikat pencuri bisnis kos tertangkap. Tapi
bukan berarti CCTV dilepas, keamanan terus menerus harus dilakukan karena
pencuri baru selalu saja bermunculan dan bersikap nekad.
CCTV itu apa sih?
CCTV adalah kamera pengintai singkatan dari Closed Circuit Television. Teknologi kini tidak asing lagi dan mulai dilirik para pemilik bisnis rumahan. Tidak hanya untuk memantau keamanan rumah tetapi ikut memantau keamanan bisnisnya. Karena CCTV ini banyak membantu untuk menanggulangi kejahatan. Ternyata
tipe dan jenis CCTV itu beragam, lho.
Coba deh perhatikan sekeliling kalau masuk ke ruang ATM sudut ruang sering
ada yang berbentuk panjang bertopi, bahkan kita suka sadar bahwa disana memang
ada kamera pengintai, bentuknya seperti ini:
Bullet IR HA-2632AM 600TVL |
Kalau bentuk bulat yang menyerupai bulatan hitam, malah
lebih mirip lampu, lebih banyak digunakan di supermarket atau minimarket,
bentuknya seperti ini:
DOME IR HA-R754AM 700TVL |
Beberapa distributor CCTV karena masyarakat lebih sadar
bahwa keamanan pelanggannya adalah nomor satu.
Teknologi kamera pengintai semakin dibutuhkan mengingat tingkat
kejahatan yang sulit untuk dibendung. Seperti
Hisomu bisnis dibidang tersebut, turut serta membantu dan melayani kebutuhan
pangsa pasarnya. Mereka melayani
penjualan online di bidang CCTV, IP Camera, Wireless IP Camera, dan Digital
Video Recorder dan accesoriesnya. Sebagai
orang awan seperti saya tidak perlu khawatir memikirkan cara memasang dan unak
anik teknis lainnya. Biasanya, seperti
halnya yang dilakukan Hisomu sebagai tenaga professional memberi pelayanan
pemasangan professional dan menawarkan solusi yang disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing client. Dengan begitu,
produsen tidak sekedar menjual produk namun sekaligus bekejasama menjadi rekan
dalam bidang keamanan dan pemasangan CCTV.
Jadi sekarang CCTV tidak hanya dibutuhkan oleh kelompok
bisnis perusahaan besar, seperti
supermarket, Bank dan bisnis yang melayani banyak konsumen. Namun jangan salah, keluarga sebagai
orang-orang nomor satu yang harus diperhatikan keamanannya. Saya fikir tidak ada salahnya memanfaatkan teknologi
CCTV salah satu solusi tindakan preventif yang cukup bijak untuk melindungi
bisnis rumahan. Langkah besar untuk keamanan
bersama.
- By Ima Rochmawati
- On Januari 08, 2014
- 2 comments
Tulisan ke-enam ini ceritanya lagi bicara sama diri sendiri alias bisik-bisik sendiri.
Teryata bisa, nyaris tiap hari menulis dan tuntas. Apapun kalau diniatkan dan berkomitmen itu ternyata bisa dijalani, ko. Terpanggil tantangan 1 hari 1 tulisan alias #1day1post membuat otak ini terus bergerak. Saya suka sekali! Otak seperti terus menerus mencari, hari ini mau menulis apa? tentang apa? mulai dari mana? Fotonya yang mana. Pikiran berseliweran kemana-mana, membuat lupa beberapa masalah yang sedang menghantui. Ahai, ternyata masalah itu bisa dihadapi dengan santai saat pikiran dan hati kita terus bekerja.
Tapi saya masih belum disiplin waktu dan tema menulis per-hari. Ya, ya, sepertinya bakal lucu dan bisa jadi memudahkan buat saya kalau tiap hari ada hari menulis a, b, c dan seterusnya. Meniru walikota Bandung Ridwan Kamil yang membuat tema per-harinya. Atau mungkin juga menyulitkan, belum dicoba, sih, karena seringkali ada kejadian di sekitar yang tiba-tiba dan menarik untuk dituliskan.
Eh, tapi boleh dicoba juga menulis tentang: makanan/minuman, tempat jalan-jalan, review buku, review film, sosial budaya, politik dan perempuan. Semua unsur ini sebetulnya satu kesatuan, satu kejadian tapi bisa diulik dan pecah menjadi beberapa analisa. Misal, tentang "Taman Kota" bisa dikupas dari sudut kebutuhan sosial-budaya, lalu dari sisi seorang ibu yang membawa anaknya jalan-jalan ke teman itu, makanan yang jadi bekal. Nah, masalah review buku dan film itu juga bisa disesuaikan, artinya setidaknya kita mempunyai 1 pekerjaan rumah (PR) untuk membaca 1 buku. Kalau bisa lebih asik juga, kan. Bagaimana bisa menulis kalau kurang referensi dan mengasah diri dengan membaca.
Dan yang paling senang hari ini adalah, suamiku mulai upload-upload tulisan juga ke blognya yang sudah lama terlantar. Hihiw! Semangat saya bertambah tambah.
Ya, sudah, ini sudah malam waktunya istirahat.
- By Ima Rochmawati
- On Januari 05, 2014
- 14 comments
Sudah lama punya impian taman kota di kota sendiri (Bandung)
ada alat mainan seperti ayunan dan serodotan.
Ternyata, di taman kota Sukajadi (depan rumah sakit bersalin ibu dan
anak) sekarang sudah terwujud. Asik
lihatnya, beberapa anak-anak dan batita yang diantar ibunya mulai menggunakannya.
Masih ada perbaikan sana sini sepertinya, mungkin masih dalam proses perapihan.
Tapi melihat anak-anak yang riang
rasanya senang.
Kalau saja alat-alat mainan ini terwujud sejak dulu, heran juga sih kenapa pekerja kota yang dulu-dulu tidak pernah berfikir atau kratif untuk mengciptakan Bandung lebih ramah. Ah, mungkin saja terlintas tapi dianggap tidak menghasilkan secara materi. Atau bisa jadi mereka banyak pesimisnya, takut hilang atau takut rusak karena pengguna tidak dipungut biaya buat perawatan. Hilang? Iya, ada kejadian yang cukup aneh, penduduknya/pengguna lebih berkesan acuh terhadap fasilitas kota seringkali cepat rusak, kotor atau bahkan hilang dicuri. Padahal bisa jadi anggaran yang dimiliki oleh pemerintah kota itu seabreg-abreg. Fasilitas ini tidak bakal mengurangi pendapatan industry tempat bermain anak yang ada di mall atau fasilitas mainan berbayar lainnya, karena tempat bermain selalu dibutuhkan oleh anak-anak. Kadang suka miris,ketika orangtua ingin menyekolahkan anaknya dengan harga “mahal” karena di sekolah itu ada fasilitas bermainnya. “Demi” agar anak bisa menikmati serodotan, menikmati bermain di masa kecil.
Kalau dulu, tempat bermain anak-anak adalah
lingkungannya. Sawah, danau, bukit,
sungai, padang rumput, selokan yang airnya bening, pepohonan, kuda-kuda liar,
dan banyak lagi. Kreatifitas dan daya
tahan tubuhnya dibentuk oleh alam, oleh lingkungannya. Tubuh merasa nikmat saat pergi dari satu
tempat jetempat lain dengan jalan kaki atau bersepeda. Sekarang, karena lahan bermain terseret oleh
rumahpenduduj, fasilitas pasar berkelas (maksudnya, mall),
pembangunan-pembangun fisik yang dianggap lebih penting dibandingkan “menjaga”
alam tetap tumbuh untuk pertumbuhan dan penyatuan manusia dengan alamnya. Toh, manusia bagian dari alam juga.
Kali ini dengan diwujudkannya alat-alat mainan gratis di
taman kota seperti angin segar. Sebuah
upaya membentuk penduduknya lebih “segar” karena anak-anak merasa bahagia. Ketika anak tercukupi kebahagiaannya, tentu
orangutanyapun ikut merasa senang dan bersemangat. Ia merasa lebih “bebas” untuk melakukan kreatifitas,
berkarya dan berdaya. Mungkin kesannya
sederhana, apalah arti alat permainan bagi orang dewasa. Seringkali orang dewasa lupa bahwa mereka
pernah menjadi anak kecil dan senang bermain.
Apapun bisa menjadi permainan karena otaknya kerap bereksplorasi dengan
apasaja agar merasa ada dan bagian dari hidup barunya. Sebagai manusia bumi.
- By Ima Rochmawati
- On Januari 04, 2014
- 1 comment
Mendapat kesempatan dari Bunda Dini untuk membuat kegiatan
di sebuah rumah singgah bernama Rumah Cinta Anak Cancer terletak di Sukagalih Bandung. Dia mengajak untuk kami agar mau "menghibur" anak-anak kena kanker dan sedang menjalankan pengobatan di Rumah Sakit Hasan sadikin (RSHAS). Dengan Bunda Dini sendiri saya tidak pernah bertemu selama 7 tahun,
melalui jejaring sosial akhirnya ada komunikasi yang terputus sekian lama,
selama itu tentu sudah melewati banyak hal.
Sekarang dia sudah punya anak laki-laki yang lucu usia 3 tahun,
sementara saya sendiri sudah punya 2 anak.
Dari masih sendiri lalu pas ketemu sudah bergerombol, rasanya semakin
tersadarkan bahwa hidup itu sekejap mata.
Merunut kebelakang rupanya selama
itu banyak juga hal yang dilakukan, terutama saat harus berhadapan dengan
situasi dan harus mengambil keputusan.
- By Ima Rochmawati
- On Januari 03, 2014
- 8 comments
Siapapun pernah merasakan cinta, hati bergerak mengikuti
ketukan dan ritme alam. Mungkin semacam daun yang jatuh dari rantingya lalu
mendarat disuatu tempat yang tak terduga.
Cinta, ia tidak bisa memilih kapan terjatuh dan dimana. Begitupun tokoh dalam novel Tenggelamnya
Kapal Van DerWijck, mereka saling mencintai kepada siapa dan suku apa, sehingga
“percintaan” mereka dianggap melanggar adat.
Cinta dianggap sebuah kisah-kisah yang ada di dalam kitab, tidak nyata.
Novel romantis ini meraih banyak kalangan terutama bagi yang
sedang jatuh cinta maupun yang pernah merasakan pengalaman yang serupa. Novel inipun mendapat kesempatan diwujudkan
dalam sebuah film oleh Soraya Film, menarik, bisa jadi dengan cara ini generasi muda bisa mengingat bahwa kita
memiliki perjalanan panjang dan berjaya di dunia sastra. Lagi-lagi, film salah satu cara yang paling
efektif dalam menginformasikan sesuatu. Dr.Hamka sebagai penulis novel tersebut selain seorang ahli agama, beliau
dimasukan kedalam penulis karya sastra pujangga baru.
- By Ima Rochmawati
- On Januari 02, 2014
- 6 comments
“Galang rambu anarki,
anakku,
Lahir awal Januari, menjelang
pemilu
Galang Rambu Anarki,
dengarlah
Terompet tahun baru
menyambutmu
Galang Rambu Anarki,
ingatlah
Tangisan pertamamu,
tandai BBM membumbung tinggin (melambung)
Maafkan kedua
orangtuamu kalau
Tak mampu beli susu
BBM Naik tinggi, susu
tak terbeli
Orang pintar tarik
subsidi, anak kami kurang gizi
Reff:
Cepatlah besar
matahariku
Menangis yang keras
janganlah ragu
Menagis yang keras
janganlah ragu
Tinjulah congkaknya
dunia, buah hatiku
Doa kami di nadimu
- By Ima Rochmawati
- On Januari 01, 2014
- 7 comments
Hari pertama tahun 2014 di bulan Januari harus diawali dengan semangat hidup. Sekalipun banyak sekali hal yang terjadi di masa lalu tapi bukankah hidup haruslah terus berjalan. Karena kebahagiaan dan senyuman itu hartus diciptakan oleh diri sendiri.
Tahun ini, saya ikut tantangan #1day1post yang digulirkan oleh sosok itu. Tadinya saya sangsi, tapi tidak ada salahnya mencoba kebiasaan baik dan cara ini bisa membangun kebiasaan untuk terus menulis. Menulis apapun.
Banyak hal yang sering menyentil pikiranku saat melihat, mendengar, merasa sesuatu. Kadang saat tidak dituliskan sering mengganggu pikiran dan tentunya mengganggu hati. Menulis seringkali membantu saya membuat sudut pandang lebih luas dan menarik. Karena melalui menulis, seolah ada hati yang dilemparkan, dikeluarkan dan ujung-ujungnya malah menemukan solusi sendiri. Lebih banyak solusi baik, membuang energi negatif dan melahirkan energi positif. Dengan menulis ada kebiasaan lain yang lebih asik, membaca dan otak tetap bergerak.