Selimut malam tertanam rapi diantara wajahMu yang kokoh

Tinggalkan terang, tinggalkan senja

Diantara rona kelelahan, lelap dengan selimut & empuknya bantal
Aku bangun dengan kokoh menuju ruang hingar, tanah basah & bau anyir
Langkah kakiku satu persatu hingga ribuan langkah mengikuti jejakmu
Bingar menyeruak dari balik ruang lampu-lampu los pasar
Riuh tukang parkir, pedagang daging, pedagang ikan, sayuran
Diangkut, didorong, dilempar
Bau anyir menyeruak menangkap seluruh penjuru hidung
Tukang angkut hilir mudik melangkah tergesa melawan berat & kekakuan punggungnya

Aku
Dengan tas kaneron dibahu
Ribuan dzikir, melawan segala ketakutan & kekhawatiran

Anakku, Istriku
Kerjaku adalah ibadahku

Anakku, istriku
Dihadapan kalian, aku tak mampu memberi segudang nasihat

Tapi dengan ini, dengan gerakku,
Pergiku di malam hari, pulangku di pagi hari
Ku beri kalian nasihat tidak dengan kata-kata

Bismillahi Allaahuakbar… 

Judul Buku      : Lucky Backpacker
                          Rp 3 Juta Menjelajah 5 Negara Eropa
Pengarang       : Astri Novia       
Penerbit           : Imania, Depok    
Cetakan           : Cetakan I, Januari 2011          
Format             : 13 x 20,5 cm
ISBN               :  978-602-96413-5-6    
Jumlah halaman: vi + 320

Harga              : Rp 32.000,-    
Soft cover
Terbit               : 13 Januari 2011         
Kategori          : Memoar

Resensi:

Saat membuka plastik pengaman buku rasanya senang sekali, lembaran isi jenis kertas buram membuat berat buku ini enteng di tangan.  Selain itu karena warna dasar lembaran redup matapun terasa lebih adem.  Dulu beres kuliah awal tahun 2000-an impian saya satu, ingin keluar Bandung dengan melakukan perjalanan menikmati beragam kota seorang diri dan buku ini mampu mengobati keinginan saya.  Tapi impian itu tidak pernah diwujudkan karena beberapa hal.  Kini melakukan perjalanan (travel) dengan modal minim menjadi tren, namanyaBackpaker.  Backpaker mengandalkan biaya minim dan perlengkapan seperlunya, namun bisa menikmati perjalanan yang maksimal.  Kini beberapa pengalaman para backpaker yang dibukukan, panduan perjalanan dan peta kota menjamur dimana-mana. Cara ini menambah minat para pecinta travel dengan cara Backpaker sebagai gaya hidup yang menyenangkan.  “Work Hard Play Hard”, begitu kata Andre Beau seorang teman yang dikunjungi dan sekaligus jadi guide dadakan Astri Novia di Paris.

Rasanya tepat sekali memutuskan judul buku ini “Lucky Backpaker”, karena Novia sangat beruntung memiliki banyak teman di belahan Negara Eropa yang memudahkan proses perjalananya lebih menarik dan berisi.  Ketika berencana datang ke berbagai Negara Eropa, dia sudah menghubungi teman-teman di Negara tersebut sebagai tempat berkunjung dan menginap.  Alhasil melalui kehangatan merekalah Novia diperkenalkan setiap sisi kota, baik makanan, tradisi, nonton festival musik, bangunan tua, sistem fasilitas publik yang nyaman dan beragam lainnya yang menarik untuk dinikmati.  Persahabatan antar Negara memperluas sudut pandang hidup kita pada hidup yang beragam.  Seperti saat bertemu dengan pasangan Cloe dan Gabriel dimana mereka merasa kikuk pada Novia -sebagai orang timur dan muslim- karena mereka tinggal bersama. Novia mengatakan bahwa perbedaan tidak menghalangi pertemanan, kita ambil yang baiknya saja untuk bisa berjalan berdampingan.  . 

Perjalanan selalu membuka jendela dunia, pertemuan dengan beragam situasi yang baru membuat kita belajar dan mempelajari banyak hal.  Isi cerita dituturkan dengan nyaman melalui bahasa dialog dan kita mampu merekam kehangatannya. Hampir setiap paragraph menampung banyak informasi yang dapat kita petik, beragam situasi yang mampu memberi kita pencerahan dan energi.  Bahkan saya cukup sering membaca ulang ke beberapa lembar halaman ke depan agar dipastikan informasi dari cerita tidak ada yang terlewat.   Kita sebagai pembaca seperti ikut terlibat dalam perjalanan tersebut.  Kota-kota, jalanan, bangunan tua yang terawat, musium yang dikunjungi seolah terhampar didepan mata.  Perjalanan memang seolah membuat kita terlahir kembali.

Buku Lucky Backpaker

Travel tidak mungkin lepas dari menikmati ragam makanan & minuman khas di tempat yang kita kunjungi.  Seperti halnya Novia saat menceritakan cuaca Belgia yang dingin dan minuman dark chocolate menjadi satu kesatuan yang pas.  Lidah terasa ikut merasakan ketika mereka meneguk minuman dark chocolate panas, begitu juga ketika melahap cannellones di Spanyol dan banyak lagi.  Hal menarik dari setiap kunjungan, tuan rumah selalu menyiapkan masakan sendiri dan menyantap bersama sambil berbagi cerita.  Dalam buku ini diselipkan juga oleh-oleh menarik bagi para pembaca yaitu resep makanan khas tiap daerah, bagi yang suka bereksperimen resep ini menarik untuk dicoba.  Belum selesai, anda harus membacanya sampai akhir.  What a wonderful days

Buku ini wajib dibaca bagi pecinta travel, orang-orang menyukai cerita perjalanan maupun yang ingin membuka wawasan tentang Negeri Eropa seperti Spanyol, Prancis, Jerman, Italia.  Selain bisa mengetahui beragam tempat yang berbeda selain negeri kita  yang indah, kitapun bisa belajar bagaimana mereka menghargai kotanya dan bangunan kuno masih berdiri dengan kokoh.  Pola disiplin kehidupan orang-orangnya menarik untuk ditiru bahkan disiplin pada jam makan. Novia banyak menceritakan keramahan yang diberikan teman dan keluarga temannya meskipun berbeda dari semua sisi.  Hal yang menarik dipetik adalah perbedaan memang menciptakan keindahan, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Ima. Bandung, 19 Juni 2011
Wuaaaaah… Ini film yang wajib ditonton.  Sayangnya karena di bioskop tidak ditayangkan mari kita berlari ke toko legal bajakan, disana CD-nya sudah beredar.  Jangan khawatir ditangkap karena pembelian CD bajakan ini menjadi hal yang lumrah terjadi di Kota tinggalku juga kota-kota yang lainnya.  Dan siap-siap filmnya memanjakan kita dengan banyak adegan yang menarik sekali.




Rango adalah seekor bunglon hijau menciptakan hidupnya sendiri dengan bermonolog di aquarium kecilnya,  tiba-tiba mobil yang ditumpanginya hampir menabrak mobil lain sehinggga aquariumnya terpelanting membuat dia terhempas di jalanan.  Pemilik mobil tidak menyadari Rango terjatuh dan semakin tertinggal jauh.  Ini adalah awal dari kehidupanya yang nyata, mempertaruhkan hidupnya di padang pasir dan perjalannya menuju pencarian air.  Kenyataan harus dijalani, padang pasir yang baru dikenalnya dan proses adaptasi.

Tenang teman-teman, pembawaan film ini tidak seberat prolog diatas dan penuturan jalan cerita ringan dengan karakter tokoh bunglon yang komedi.  Ini adalah sebuah film animasi sarat dengan cerita satir, mengkritisi kapitalisme dengan cara lucu.  Latar belakang tempat diambil daerah klasik ala koboy.  Cerita mengalir sangat asik untuk dinikmati, selain bisa ketawa-ketawa karena banyak adegan lucu juga lengkap dengan cerita yang mengkritisi kenyataan sosial.  Film yang dikemas dengan cara animasi selalu menarik untuk dinikmati dan imajinatif.  

Sebuah perjalanan seekor Rango dari belahan dunia penuh imajinasi menuju kenyataan hidup tanpa harapan di padang pasir.  Di tengah perjalanan terjadi pertemuan tak disangaja dengan bunglon perempuan bernama Beans mengantarkanya ke sebuah kota yang seolah tak bernyawa. Kota ini kehilangan air, tandus, hal ini membuat penghuni kota memiliki karakter penuh curiga, frustasi, pesimis dan permusuhan.  Rango datang tanpa nama dan identitas, dia menciptakan dirinya sendiri yang tanpa sengaja membuatnya dipercaya dan dijadikan sheriff oleh warganya.  Keahliannya bermonolog dan menciptakan cerita rupanya menjadi caranya beradaptasi di kota itu bahkan  memberi energi yang positif bagi orang-orang.   Ditengah kota kerontang seolah muncul lagi harapan dan kepercayaan mendapatkan air lagi untuk menghidupi kotanya.

Rupanya air dimonopoli oleh bank dan petinggi, namun hanya tersedia untuk 5 (lima) hari lagi.  Ditengah warga yang frustasi terjadi pembodohan dan tekanan, dimana petingginya memaksa membeli tanah warga dengan harga minim.  Air telah dikuasai oleh penguasa dan dihisap seluruhnya untuk menyejahterakan kota yang lain.  Sebuah kenyataan yang menyakitkan bahkan air itu dipergunakan untuk menyiram berhektar-hektar tanaman dan air mancur.  “Kontrol air dan kamu akan mengendalikan segala sesuatu!” begitu dialog petingginya yang sedang mempersiapkan projek besar dari tanah-tanah yang dibelinya.

Produser film ini adalah Nickelodeon, penggarapan adegannya khas film-film animasi Nick yang atraktif dan imajinatif.  Karakter Rango mengambil karakter khas Jack Sparrow si Pirates of The Carrebian Trilogy. Johnny Deep sebagai pengisi suara sangat lekat dengan karakter Ranggo yang intuitif, serba kebetulan dan banyak akal.  Karakternya menghidupkan situasi yang sebenarnya berat namun bisa memecahkan persoalan. So enjoy Rango enjoy Johnny…  



“Rahma!” Dibalik meja kelas, Bu Guru olahraga memanggil dan Rahma pun berdiri untuk mengambil buku khusus ulangan.  Hasil tesnya ternyata bagus namun ada catatan begini:”Rahma! Ibu peringatkan, tidak boleh menyontek kalau ada kuis lagi.  Kalau ketahuan nyontek, kamu tidak akan naik kelas.”  Hati mendesir, keringat dingin tiba-tiba keluar dibalik rambut dan ingin pipis.  Teman sebangkunya memaksa melihat catatan dari guru, dia melihat dengan sinis dan mendorong buku tes.  Rahma pulang dengan seribu rasa malu dan lemas.  Mendadak seharian tidak mau keluar rumah untuk main ke sawah atau permainan galah asin. Nurani memang tidak bisa dibohongi, rasa bersalah dan malu setengah mati atas tindakan curang itu.

Rupanya kelakuan ini menjadi ketergantungan, karena lupa harus menjawab pertanyaan tes munculah perasaan panik yang lebih menguasai sehingga lebih memilih untuk nekat mencontek, lagi dan lagi.  Kebiasaan ini awalnya meniru teman yang kerap melakukan nyontek saat tes dengan beragam cara.  Banyak strategi yang dilakukan seperti menggunakan sobekan kertas,  mencatat di meja, bahkan nekat melihat buku catatan yang disimpan di bawah meja.  Tindakan seperti ini bukan rahasia, hampir semua murid pernah melakukannya dan jika ketahuan pasti ada hukumanya.  Ketergantungan tinggi pada contekan membuatnya tidak percaya atas kemampuan diri sendiri pada proses belajar yang selama ini dilakukan.  Sehingga para pengajar begitu keras memberi teguran agar kita menjadi anak yang jujur.

Namun berbeda di abad 2000 yang dipenuhi gerakan kemerdekaan, teknologi, serba berfikir logis, kemudahan mendapatkan ilmu pengetahuan yang melimpah ruah dan disesaki orang-orang pintar.  Rupanya tidak diikuti oleh pribadi tangguh, kejujuran dan sering menyerah pada keadaan.  Barangkali karena banyaknya fasilitas teknologi yang biasa memberi banyak kemudahan.  Apa hubunganya yah? Mari kita lupakan.  Saat ini fenomena contek mencontek sedang merambah hampir semua sekolah, baik negeri maupun swasta. Kejadian contek mencontek ini dilegalkan bahkan dibantu oleh para pendidiknya.  Seolah tindakan ini menjadi dilegalkan, bahkan ada beberapa kasus bahwa soal ujian dan kunci jawabnya sudah menyebar di kalangan siswa.  Bagi beberapa siswa melakukan patungan agar memeproleh kunci jawaban  ini.  Bisa jadi ini kejadian yang ironi namun dilematis bagi lembaga yang bersangkutan, karena jika anak didiknya memiliki nilai rendah apalagi sampai banyak yang tidak lulus akan berpengaruh pada reputasi sekolah.  Hal yang paling memungkinkan menstimulus tindakan ini bisa jadi dikarenakan adanya stadardisasi jumlah NEM yang tinggi. Begitupun dengan soal tes yang di pusatkan, membuat setiap lembaga pendidikan kelimpungan.  Sementara kita semua tahu bahkan bukan rahasia lagi bahwa kondisi pendidikan masing-masing daerah di Negara kita tidaklah merata. 

Pendidikan sebagai media untuk membangun potensi bangsa rupanya tidak disadari oleh semua pemimpin kita.  Karena pemimpin kita kurang memahami kebutuhan ajar mengajar, merasa paling benar sendiri atau bahkan lebih bersikap tidak mau tahu karena tidak ada laporan dari bawahan.  Seringkali lembaga pendidikan harus berusaha sendiri agar anak didiknya tetap belajar dengan fasilitas dan kondisi seadanya.  Ini tidak hanya terjadi di pulau, desa terpencil tapi tidak jarang di kota besar yang dekat dengan beragam fasilitas tidak juga memenuhi syarat sebagai lembaga pendidikan.  Ketidakmerataan ini bisa disebabkan banyak faktor, bisa dari proses informasi yang terlambat, fasilitas transportasi tidak memadai, tugas setumpuk namun gaji tidak manusiawi, alat pengajaran seperti buku-buku wajib yang harganya mahal, hal-hal lain yang mendukung perekembangan kretifitas pendidikan sangatlah tidak murah. Solusinya biaya tinggi harus ditelan mentah-mentah bagi orang-orang yang ingin mengenyam pendidikan.  Meskipun menaikan biaya pembangunan sekolah pada murid menjadi hal yang dilematis karena mengingat kondisi ekonomi masyarakat yang tidak merata pula.

 Hal ini menyebabkan kondisi sosial budaya masing-masing daerah stagnan dan kehilangan harapan.  Bagaimana tidak, jika ingin mendapatkan pendidikan yang berkualitas artinya mereka harus masuk ke sekolah yang berbayar dengan nilai yang tidak murah.  Akhirnya sebagian yang muncul di benak masyarakat adalah tidak terlalu mengutamakan pendidikan karena desakan ekonomi yang semakin manajam.  Bersamaan dengan situasi yang frustasi ini datang tekanan dari pemerintah dengan mewajibkan nilai UN yang tinggi dan berlaku bagi pelosok negeri.  Kembali pada fenomena legalitas nyontek rupanya menjadi keputusan praktis yang dilakukan guru-guru ini bisa jadi sebuah bentuk frustasi dari persoalan yang berlapis-lapis.

Beberapa hari yang lalu saudaraku hatinya hancur, dia menyaksikan sendiri proses kecurangan yang dilakukan dengan gamblang.  Sebelum ujian ujian Negara (UN) dimulai, banyak tawaran baik dari guru maupun teman-temannya memastikan agar dia mendapatkan kunci jawaban.  Bahkan beberapa anak yang lain patungan uang untuk mendapatkan kunci jawaban tersebut. Tapi dia menolak dengan baik-baik karena mau berusaha menjawab tes itu semampunya.  Waktunya ujian tiba, tak diduga semua teman kelasnya ternyata memiliki kunci jawaban dan melakukan kecurangan masal tidak terkecuali.  Kekecewaan pada teman-temannya semakin meruntuhkan segalanya.  Dan waktu pengumumanpun tiba, ternyata ada beberapa teman yang dia tahu kapasitasnya seperti apa memiliki nilai yang luar biasa dan pasti masuk ke sekolah favorit di kotaku.  Lalu apa bedanya membeli contekan dengan proses menyogok?  Bukankah hal ini sebuah proses pengajaran pembenaran sejak dini pada tindakan tidak halal.  Jangan lupa selalu saja ada yang menjadi korban/dirugikan bagi tindakan yang curang.

Pikiranku melayang pada generasi nyontek jika kelak dewasa dan harus berhadapan dengan dunia yang penuh sikut menyikut dan ketegasan pada diri.  Sekarang mari kita lihat para pemimpin kita, situasi nyata di belahan negeri tercinta ini seperti sogok menyogok, melipat uang, mendapatkan hadiah dari hasil projek mengadaan menjadi hal yang sangat lumrah.  Mental ini tentu tidak tumbuh begitu saja, tapi butuh proses keberanian dengan mengikis seribu rasa malu dan harga diri dengan mengadaptasi pada beragam persoalan. 
Jangan-jangan mental yang koyak ini secara tidak langsung telah diajarkan sejak kita di bangku sekolah.  Ketika ada orang tua yang ingin anaknya masuk ke sekolah favorit maka uang bicara, lalu ada kasus anaknya yang tidak layak naik kelas maka uangpun bicara lalu si anakpun secara formalitas naik kelas, dan banyak lagi praktek-praktek illegal yang menguntungkan sebagian orang namun menyakiti sebagian orang yang lain.  Ini dilakukan oleh sebagian orang tua dan dilegalkan oleh para pendidik kita.   Sekalipun alasanya demi masa depan anak, harga diri dan nilai kelas sosial tidakkan hal ini mendidik mental anak tersebut menjadi lembek, tidak belajar mengolah diri sehingga menjadi generasi cengeng saat kelak menghadapi kehidupan dewasa.  Otak dan hati nuraninya sama sekali tidak terasah dalam memecahkan masalahnya sendiri karena uang sudah bicara untuk menentukan reputasi hidupnya.  Atau bisa jadi ini lagi-lagi ini reaksi frustasi orangtua maupun guru dalam mencari solusi mendidik anak tersebut.

Lalu pikiranku kembali melayang lebih jauh lagi pada para –kebanyakan- pemimpin kita yang untouchable.  Informasi televisi dan koran tak hentinya memberitakan hal-hal dramatis tentang korup, sogok menyogok pribadi maupun kelompok untuk mencapai posisi maupun keuntungan dari sebuah projek namun atas nama negara. Sehingga seolah-olah praktek ini menjadi hal yang lumrah dan wajar di dunia persilatan instansi kepemimpinan.  Masuk akal juga jika kita berada dalam posisi yang strategis tapi pengetahuan yang kurang, pandangan hidup yang sempit, mental lembek rasanya keputusan yang dibuat akan jauh dari adil dan bijaksana.  Bagaimana bisa kuat, sejak sekolah dia sudah dikondisikan melihat, mempelajari, meniru beragam cara pintas untuk memecahkan solusi agar kepentingan dan keuntungan diri terpenuhi. 

Proses untuk menjadi pribadi anak yang jujur, tanggung jawab, terbuka, dan kuat terhadap tekanan ternyata bisa ditularkan dari hal-hal yang sederhana.  Orangtua memiliki peran penuh dalam menanamkan nilai-nilai hidup, agar saat anaknya tumbuh dewasa mampu berhadapan dengan beragam kehidupan.  Seperti sering mengajak diskusi, mengerjakan PR sendiri, diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri ketika bermasalah dengan temannya, membereskan kamarnya, melatih mandiri dan lain-lain.  Aku selalu ingat kutipan seorang filsuf bernama Iqbal, begini isinya: “Manusia, ditakdirkan untuk melewati satu demi satu tahap dalam kehidupanya.”  Artinya berapapun usia kita selalu saja dihadapkan pada masalah sesuai dengan perkembanganya.  Sehingga ditekankan agar manusia mengolah diri, mengolah hati dan belajar dari masalah agar semakin lama hidup semakin mampu mencari solusi dari persoalan-persoalanya.  Bedanya setiap manusia, ada yang mampu mengolah diri dan mengambil pelajaran dari semua persoalan sehingga selalu berhasil keluar dari masalah namun ada namun ada yang menyerah pada keadaan.

Seperti halnya nyontek, korupsi, menyogok ini adalah sebuah solusi dari akumulatif persoalan pengolahan pribadi yang tidak tuntas dan menyerah pada keadaan.  Seperti mental anak yang tidak terolah menghadapi masalah sehingga orangtuanya turun tangan untuk menyelesaikan persoalan anaknya.  Padahal anak seharusnya diberi kepercayaan dan diberi kesempatan untuk menghadapi persoalanya sendiri sehingga otaknya selalu dilatih untuk mencari solusi.  Dari sejak kecil ketika dia masih melatih ototnya untuk merangkak, lalu melatih tangannya memegang alat tulis, mengasah kemampuan baca, bersosialisasi, mencari solusi saat berhadapan dengan kawan dan seterusnya hingga ia berkembang dewasa lalu mau tidak mau berhadapan dengan kehidupan yang semakin beragam.  Jangan salah bahwa banyak sekali pelajaran sederhana dari keluarga yang mampu menelurkan pribadi yang tangguh. 

Apakah kita para orangtua, pendidik juga para pemimpin -yang mempunyai peran mengambil kebijaksanaan aturan Negara- sudah mempersipkan mental dan pendidikan mereka? Waktu terus berjalan, generasi terus berputar, siapkah anak-anak kita saat harus berdiri tegak, berjalan sendiri, mempertanggungjawabkan pilihan hidup dan berhadapan dengan kehidupan yang maha luas. Kalau masih juga tutup mata dan pura-pura belum mengerti, ini sama saja tidak peduli dengan efek domino dari nyontek yang sedemikian dramatis dan praktek yang menjadi legalisasi kecurangan ini akan semakin meruntuhkan moral dan mental bangsa yang semakin sulit dikikis. 
Ima::Bandung, 9 Juni 2011
Kecerdasan Idblognetwork mampu membuat Idblognetwork pilar blogger, karena pelayanan yang ditawarkan memberikan solusi bagi perkembangan kebutuhan para pelaku blog atau yang kita kenal blogger.  Selama ini blogger hanya menyalurkan atensi pikirannya dituangkan di blog, kini Idblognetwork membuka peluang sehingga blog para blogger itu tayang iklan.  Sehingga kedua belah pihak baik pemasang banner iklan maupun blogger sama-sama mendapatkan keuntungan.  Pihak satu bisa mempromosikan produknya sementara pemilik blog aktif mendapatkan uang. 

Tekhnologi semakin berkembang dan percepatnya menampung segala kebutuhan manusia.  Bahkan telepon genggam mampu memenuhi kebutuhan beragam fasilitas komunikasi, sementara kita selalu bergerak bahkan bagi sebagian orang kesulitan untuk keluar rumah.  Kini masyarakat modern semakin memanfaatkan segala celah media untuk memaksimalkan pertumbuhan dirinya menjadi lebih efektif.  Bahkan banyak sekali ibu rumah tangga yang menyalurkan hobi, energi dan kreatifitasnya tanpa perlu keluar rumah.  Ia bisa memanfaatkan media jejaring sosial di internet seperti facebook, twitter, blog, bahkan website berbayar sehingga dirinya bisa bermanfaat dan produktif.  Fasilitas ini sangat efektif dan cepat untuk mengkomunikasikan eksistensi diri.  Sehingga hobi dan kreatifitas tetap jalan meskipun harus tetap bekerja atau mengurus rumah tangga, asiknya lagi bisa jauh berkembang bahkan sekaligus mampu menebalkan dompet. 

Dunia maya atau internet membuat segalanya menjadi mungkin.  Begitupun bagi khalayak orang yang memanfaatkan blog gratisan seperti blogger, multiply, wordpress, dll untuk menampung dan menyalurkan hobi-hobinya seperti menulis, menampilkan hasil karya lukis, rajutan, fotografi, desain grafis, tanaman hias dan beragam hobi lainnya.  Blog pribadi ini bisa disulap jadi bentuk apapun oleh pengelolanya bahkan bisa dimanfaatkan untuk jualan online.  Serta jaringan pertemanan seperti facebook mampu memaksimalkan citra, kepercayaan dan eksistensi diri membuat teman-temannya lebih mengenal dunia yang digelutinya.  Sehingga lama-lama dia sendiri akan menemukan komunitas sejiwa dan mendapatkan pola pergerakan yang terjadi di dunia maya sehingga bisa mengembangkan potensinya.

Idblognetwork melihat celah ini sebagai peluang karena pelaku blogger semakin menggila.  Dia menampung para blogger, lalu membuat sistem yang mempermudah sponsor menentukan pilihan pada blog yang memiliki daya jual tinggi.  Bisa jadi karena konten blog tersebut menarik, unik, bermanfaat, memiliki persamaan sudut pandang dan dianggap efektif sebagai media promo.  Tidak salah blogger merasa Idblognetwork pilar blogger untuk memaksimalkan isi blognya menjadi layak dikonsumsi, produktif dan tentunya membuat kantong tebal.

Jadi, buka mata, jiwa, otak, asah kepekaan yang mampu membuat diri berkembang pesat.

Hampir 3 minggu Amih tinggal di Kota Malang.  Dia berkunjung ke rumah teteh yang baru saja melahirkan seorang putri.  Kakakku yang lain menyambut kedatangan Amih di Bandara Husein Bandung, sementara di rumah sudah disiapkan menu makanan yang special.  Kebetulan Hari Jumat ini banyak yang memutuskan harpitnas, jadi suasana rumah terasa rame menyambut kedatangan Amih.  Sambil makan, Amih tidak sabar membuka koper dan mengeluarkan isi yang dipenuhi oleh-oleh, ada mobil-mobilan, baju bayi, keripik Malang, kaos yang berlipat-lipat. 
“Ini buat Alif, sesaat lihat mainan mobil ini Ibu langsung membayangkan Alif pasti senang sekali.” Alif langsung menyambutnya dan takjub melihat mobil yang bergerak-gerak disertai musik yang ramai. 
“Nah, kalau yang ini buat Syawa, baju merah motif strawberry.”  Cocok buat Syawa bayi yang berkulit putih dan bulat.  Lalu tangannya mulai merogoh-rogoh yang lain,
“Ada kaos bola dari Malang. Ini buat Dauf, Jalu,Makky, Adin …”
Mata kami tercengang melihat tumpukan kaos bertuliskan AREMA, kaos-kaos itu dikeluarkan sambil mengabsen satu persatu cucu yang akan diberinya.  Raut muka Amih terlihat cerah dan bangga, tawa kamipun pecah antara lucu, kaget dan senang.  Ibu memotong,
”Eh ini PERSIB ngga akan marah kan?  Takutnya amih beli ini malah jadi masalah”
Kamipun menjawab sambil memegang, melebarkan dan mencoba kaosnya,
”Ah engga, engga ko mih hehehee… ini kan hanya kaos, masalah tanding sih beda” Berusaha menyenangkan hati Amih, padahal dalam benak, jangan-jangan orang-orang akan menganggap murtad.  Apalagi kalau kaos ini dipakai keluar lalu berjalan menuju ke kampung sebelah yaitu ke Jl. Sersan Surip atau daerah UPI.  Hmmm… siap-siap saja banyak sepasang mata mengarahkan panahnya atau tik… tik… tik… blug, gedebam, dag, dzig, dassss, gubrax! Kamu tahu kan maksudnya.  Tapi anehnya, ketika kaos itu diterima oleh kakak ternyata anaknya yang masih kecil sudah menolak untuk memakainya. 
“Bapak mah, ga mau ah ini mah Arema.” Hmm.. ini bukti kebencian pada lawan dan kecintaan pada klab sepak bolanya yang tak sengaja dipupuk dan menular dari satu generasi menuju generasi berikutnya.  Anak-anak melihat, membaca, menelaah, menjiwai dan meniru agar diterima lingkungan lalu hadir dan hidup bersamanya.  Sesaat tertegun, sepertinya pertempuran memang tidak akan pernah usai selama para orang dewasa mampu mengendalikan diri dan bersikap sportif.  
Sepakbola sudah menjadi bagian dari hidup, bahkan sudah seperti agama kedua.  Ada yang nyolek dikit klab kecintaanya, maka siap-siap saja mendapatkan perlawanan dari pendukung fanatiknya.  Mau kalah atau menang mereka tetap menjadi pendukung setia.  Bahkan ada istilah jika kulit di belah maka darahnya berwarna biru.  Biru Persib yang membiru mengalir di darah dagingnya. 
Asah kepekaan jika bicara sepak bola, apalagi kalau berwisata ke sebuah kota lalu tak sengaja membuka perbincangan tentang sepak bola dengan orang yang baru dikenal.  Karena ini persoalan yang menggairahkan, menyenangkan berikut sensitif.  Jadi masalah ras itu tidak hanya agama, suku, warna kulit namun sepak bola menjadi nomor berikutnya.
Saat pertandingan sepakbola diputar di televisi maka semua orang akan menyambut dan tidak akan melewatkan satu detikpun untuk menyaksikannya.  Waktu kerja bisa sangat leluasa, acara pengajian, pertunjukan kesenian, pernikahan, pertokoan bisa sepi jika klab sepakbolanya sedang bertanding.  Ini semua karena sepak bola yang melahirkan strategi, seni permainan menendang, melempar dan melahirkan kejutan-kejutan menuju gol yang indah. 
Tapi dalam benak Amih sederhana saja, permainan sepakbola adalah kesukaan anak-anaknya jadi mereka pasti senang jika dapat oleh-oleh kaos bola. Sebuah permainan yang disukai banyak orang bahkan kami selalu membuat pertandingan sepakbola antar kelompok para ayah-anak di hari lebaran.  Sepakbola itu kegemaran masal, bahkan lebih baik tutup warung untuk menyaksikannya atau mengeluarkan televisinya agar bisa ditonton rame-rame.  Wajah menjadi riang gembira, jiwa lepas dan semua menjadi satu.  Tidak memandang kelas, status sosial, usia, semua bisa berekspresi saat pertandingan berlangsung.  Sepakbola adalah kegemaran sejati yang mampu menyatukan semua kalangan atau membuat pertikaian hingga berdarah-darah. Contohnya ketika Tim Nasional bertanding maka tak ada lagi identitas klab.  Semua satu.  Berbeda saat kembali bertanding antar klab lokal, penggemar menunjukan identitasnya lalu setelah pertandingan maka kerusuhan, pertikaian dengan dalih membela klab menjadi sesuatu yang wajar.
Lalu apa hubunganya kaos dengan sepak bola? Kaos adalah pakaian yang kita pakai sehari-hari.  Dekat dihati dan mampu mengkampanyekan topik oleh badannya.  Dengan memakai pakaian tertentu menggambarkan kepribadiannya dan antusias seseorang seperti apa.  Bahkan ketika seseorang memakai pakaian tertentu, maka seolah tumbuh dalam dirinya sebuah energi yang melahirkan karakter tertentu. Kaos mewakili kedekatan dengan kehidupan pribadi si pemakainya atau bahkan menciptakan pribadi baru. 
Lalu bagaimana dengan oleh-oleh dari Amih ini? Sepertinya patut ditiru, karena bisa jadi ini sebuah indikasi bahwa kita bisa jadi bersikap wajar saja sebagai fans dan bahkan bisa saling bertukar souvenir.  Masalah terjadi di lapangan, cukup mati-matian di lapangan, tapi ketika keluar lapang studion semua kembali tenang, baik-baik saja bahkan bisa saling diskusi di warung kopi dan menguatkan fans yang kecewa karena klab-nya kalah.  Semua orang sama-sama menyukai sepak bola, kenapa harus ada kekerasan ketika mendapat kekalahan.  Bukankan bertanding memang beresiko kalah dan salah satunya pasti menang.  
Hidup Persib! Hidup Sepak Bola Indonesia!

Kesukaanku yang membabi buta pada banyak hal membuatku  tidak bisa berkomitmen penuh pada hanya satu bidang.  Seperti yang sering orang-orang bilang, bahwa kalau ingin maju maka harus memperdalam satu bidang saja.  Ternyata, cara ini membuatku sulit sekali fokus bahkan sering merasa tertekan sendiri.

Memang, satu sisi perjalanan dan tingkat konsisten menjadi berjalan sangat pelan dan banyak belok sana sini. Tapi sisi asiknya ketika jenuh dan kehilangan mood, hobi yang lain mampu menetralisir bahkan mencairkan kegelisahan saat -katakanlah- menulis menurun.
Saat itu kami sedang begadang dan mulai mengantuk namun perut terasa lapar.  Mau tidur juga susah, soalnya perut agak sulit diajak kompromi.  Ternyata ada sisa-sisa perjuangan bahan masakan di kulkas, tanpa banyak basa basi aku mulai memasak. Ini dia hasilnya



Porsi besar untuk berdua... nyam... nyam... dihabiskan dengan penuh semangat perjuangan.  Rasanya semakin tajam dan sausnya tak terkalahkan.  Rasa ini yang membuatku malas makan di restoran yang menyediakan menu spaghetty.  Karena, suamiku bilang rasanya lebih enak dari beberapa spaghetty yang pernah dia rasakan.
Spaghetty alias mie Italy ini membuatku berfikir untuk membuat usaha kuliner.  Hmmm... lagi-lagi godaan membuka usaha membuat hati menggebu-gebu sementara modal belum ada.  Akhirnya aku fikir lebih baik menerima pesanan dengan porsi banyak, ya... minimal untuk 6 orang dan tentunya bisa diantar.  Ide yang bagus bukan?
Jadi para penggemar spaghetty yang ingin pesan dan menikmati untuk acara maupun menambah hangat suasana suasana.  Aku bisa buatkan :)

Ciao and keep yuuuumyyy



Bapak merupakan laki-laki memiliki pribadi militansi tinggi.  Tingkat komitmen pada usahanya seperti cinta yang selalu dipupuk lalu tumbuh subur.  Bagaimana dia menyembelih ayam, merawat para pelanggannya dan menumbuhkan keyakinan pada konsumen baru untuk mengkonsumsi ayam hasil sembelihan bapak.  Begitu juga dengan Amih -panggilan orang sunda untuk ibu- mengajarkan kesungguhan, kejujuran, kesetiaan dan kesederhanaan.

Militansi ini ternyata ikut tumbuh pada beberapa anaknya atas keyakinan pada bidang yang digelutinya.  Saat orang-orang bergerombol memiliki cita-cita sebagai guru, dokter, wanita karir, anak-anak bapak memilih bekerja sebagai pelukis, pedagang, permain teater dan beberapa ada yang menjadi pengajar pula sekalipun sambil tetap melukis.  Hampir semua warga turunan bapak menyukai seni dan hobi lainya adalah penikmat makanan dan jalan-jalan.  Begitu juga dengan saya yang gemar mencoba berbagai makanan, penikmat seni dan senang berjalan kaki melewati pepohonan, kesunyian, keramaian karena banyak yang dilihat, dinikmati bahkan dikeluhkan.    

Saya tidak seperti Bapak dan Amih yang konsisten, saya terlalu banyak kesukaan hal yang rupanya berdampak buruk pada komitmen usaha yang digeluti.  Dari usaha makanan, pakaian dalam, produk kecantikan, jasa advertiser, penjual buku, bla… bla… bla… tidak ada yang sampai pada kesuksesan.  Sayangnya saya tidak tertarik untuk berjuang abis-abisan mencari kerja, secukupnya saja disaat dilema melanda baru nyari kerja selain itu saya lebih memilih dagang sebagai jalan hidup saya dan ikut kursus sana sini.  I felt alive.  Ada untungnya juga menikah dan mengambil keputusan membuat jasa desain sekalipun sering rombak formasi sana sini, suami penguat untuk tetap konsisten di bidang ini meski sering juga tergoda untuk mencoba hal yang baru disaat sepi order.  Setidaknya saya jadi belajar banyak masalah mengoperasikan corel draw, photoshop dan sok sebagai kurator desain karya suami meskipun cukup membantu, gaya juga yah.  Kebodohan saya dimasa lalu membuat saya tidak tahu bahwa di dunia ini ada bidang study desain grafis dan selama ini saya sangat menyukainya.  Untunglah ada pengalaman cetak mencetak saat masih di tobucil, senang datang ke pameran lukisan, dansense of art saya ga jelek-jelek amat.  
       
Saya juga suka menulis, sekalipun tulisan saya belum enak dikonsumsi publik.  Gapapalah, yang penting enjoy dulu lama-lama banyak kebutuhan untuk memenuhi keahlian saya yang monoton.  Emang mau monoton terus? Jawabanya tentu tidak J.  Lalu saya mulai banyak mempelajari teori penulisan dari beberapa buku, belajar menulis online, dan menganalisa gaya penulisan seseorang. 

I felt alive ketika mampu memecahkan situasi stagnan dengan melakukan sesuatu yang membuat diri senang.  Ada sisi yang kosong ketika kita tidak ada kegiatan, dan ketika menyelesaikan satu kesenangan sebuah tulisan, rajutan, mencoba resep masakan atau berhasil mengambil foto -sekalipun tidak dijamin mutu-  jiwa kembali terasa penuh dan riang tiada tara.  Rasanya seperti di beri batre baru, maka energi bertambah untuk melakukan rutinitas, hidup terasa lebih berarti, bisa jadi ini tumbuh karena ada penghargaan pada diri.  Ketika diri memberi kepercayaan pada diri untuk berbuat sesuatu sekalipun sangat kecil maka jiwa kita terasa hidup.  Kegiatan-kegiatan kecil bisa membuat diri berarti bahkan memberikan dampak yang asik dan mampu memecahkan situasi yang menjemukan. 

Penghargaan pada diri sendiri menjadi perlu bahkan mesti sering-sering dilakukan agar pikiran lebih terbuka dan tidak bersarang pada titik asam yang tidak juga memuai.   

Dunia rumah terasa lebih lebar dan menarik ketika semakin memanfaatkan fungsi internet dan memiliki teman diskusi yang asik seperti suami saya.  Jejaring informasi tumpah ruah diberbagai sudut.  Tinggal kita mengolahnya menjadi produktif atau untuk menghabiskan waktu saja.  Bagi saya yang berkomitmen pada diri untuk memaksimalkan hidup di rumah, internet menjadi unsur penting.  Dunia terasa sangat luas dan tentunya saya bisa tetap belajar banyak.  Belajar menulis, merajut, ikut lomba penulisan, belajar menata hidup lebih produktif dan kenyataanya bahwa kegitan itu harus diciptakan sendiri.  Sama halnya ketika kita bekerja di luar rumah, kita memiliki strategi dan tugas yang banyak untuk menyelesaikan point penting untuk meningkatkan produktifitas perusahaan tersebut.  Sementara saya menciptakan produktifitas diri untuk mencari kesempatan agar tulisan dan hobi saya yang lain bisa bermanfaat dikalangan orang banyak dan rewardnya menghasilkan uang.  Ternyata lebih sulit menciptakan disiplin diri daripada ada tuntutan pekerjaan maupun kelompok.  Bisa jadi ini dampak sisa-sisa turum menurun mental dijajah karena biasa disiplin ketika ada yang  mengawasi. Oh, no :b

Memberanikan diri dengan mempublikasikan tulisan dengan memanfaatkan fasilitas blog, lama-lama semakin mengerti pola dan perkembangannya seperti apa.  Semakin hari saya ingin tulisan yang dibuat lebih pantas dikunyah dan berenergi bagi banyak orang.

Lari ke jejaring sosial, disini saya membaca dan mempelajari proses maupun gaya hidup teman-teman, baik dari status-status yang mereka buat, foto, perkembangan hidup maupun gaya hidup mereka.  Meskipun berjarak namun saya merasa dekat dengan teman-teman yang telah memiliki kehidupanya sendiri.  Karena bagaimanapun kondisi mereka, selalu menggelitik emosi tertentu untuk motivasi hidup terus berjalan menggapai mimpi.  Beberapa dari mereka ada yang memanfaatkan untuk hubungan sosial saja namun sesuai perkembangannya banyak pula yang mampu memanfaatkanya untuk mengembangkan bisnis-bisnisnya.  Ini yang menarik, benakku.  Aku bisa diam dirumah namun tetap bergerak diantara hilir mudik keramaian manusia.  Tak ada kata berhenti untuk memulai dan tak ada kata terlambat untuk memulai.  Jika kita meyakini apa yang dilakukan maka perjuangkan dan buatlah diri lebih berkualitas.  Dari facebook ini aku bertekad tidak hanya untuk sekedar hiburan tapi ingin lebih produktif dan menghasilkan sesuatu yang berarti bagi hidup.
 
Akhirnya saya memulai kursus penulisan, perlahan mengenal grup penulisan dan berjalan berusaha lebih tenang mengikuti mereka-mereka berlari sangat kencang bahkan yang sudah berjalan dengan mantap .  Saya berusaha tidak peduli meskipun sempat menciutkan niat ditambah rasa malu yang kerap datang hilir mudik.  Tidak mudah melangkahkan kaki, berproses lagi, mengumpulkan serpihan tercecer sisa-sisa perjuangan masa lalu (hehe) dan meneguhkan tekad dengan menciptakan jadwal yang membuat saya disiplin untuk memperbaiki diri.  Artinya, saya harus semakin belajar banyak tentang banyak hal dari berbagai sumber.  Makin lama aku semakin menikmatinya meskipun belum sampai.  Saya percaya suatu hari tujuanku terwujud, menciptakan diri lebih produktif dan mantap, namun tetap menjadi diri sendiri, berfungsi sebagai istri, ibu, anak dan bibi di rumah ini.  Dan tentunya semakin dapat menggeluti hobi jalan-jalan, punya banyak waktu untuk keluarga, menghargai diri dengan tetap berkarya tanpa harus menghabiskan banyak waktu di luar rumah dan  keleluasaan rezeki dari karya tersebut.  Banyak yang bilang “ah, mimpi”, bisa jadi hanya mimpi dan tulisan ini akan kembali hilang jika saya kalah oleh rasa lelah.

Anyway… thanks a lot untuk IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis). I felt alive J