Membaca tulisan di blognya sosok itu mengingatkan beberapa teman-teman yang berbeda pendapat dalam mempertahankan sudut pandangnya.  Zaman semakin dewasa dalam menghadapi persoalan-persoalan sosial, meskipun ia tumbuh di tengah-tengah masyarakat yang tetap melakukan baku hantam dalam mempertahankan prinsipnya.

Media memang tempat yang tepat untuk menuangkan pemikiran, bisa diserap banyak orang dan mempunyai pengaruh yang kuat.  Bisa membodohi atau membuat pintar.  Karena bagi masyarakat pembaca, media itu seolah-olah suatu sumber berita yang paling benar.  Jadi ketika berita yang diangkat menurut beberapa kalangan itu melenceng, maka sangat perlu untuk segera dikoreksi.  Sangat beruntung memiliki potensi menulis bagi sosok itu, karena dia bisa cepat tanggap menuangkan pikiranya dengan lugas saat tulisan di media mengkoreksi para pesepeda di perkotaan.  Sehingga kalangan pembaca tidak timpang dalam memilah berita.

Seseorang pernah bilang, seorang penulis pasti membaca dan seorang pembaca belum tentu bisa menulis. Banyak sekali kalangan pembaca yang merasa tersudutkan dan ingin menjelaskan sebuah kasus yang dituliskan di media tapi tidak ada kemampuan menulis seperti sosok itu.  Akhirnya kegelisahan hanya mampu dibicarakan di wilayah komunitas atau dikalangan terbatas jadi tidak ada keseimbangan berita.

Benar, seseorang yang lain juga pernah bilang bahwa tulisan itu mempunyai kekuatan bahkan lebih tajam dari alat perang.  Bahkan dengan tulisan bisa memicu perang dan gelombang lainya, tidak kelihatan jadi kelihatan, sesuatu kecil jadi besar, benar jadi salah begitupun sebaliknya.  Banyak sekali orang pintar, tapi tidak dituliskan maka ilmunya hilang dan dibawanya sendiri hingga akhir hayat.  Sementara yang memiliki kekuatan ilmu dan menulis dia akan hidup abadi.  Sekalipun tulisan itu adalah perjalanan hidup dirinya sendiri, kita bisa membaca ulang tulisan tersebut dan efeknya penuh kejutan.  Dengan membaca ulang perjalanan hidup kita sendiri, bisa jadi kita terkesima sendiri bahwa kita dapat melewati banyak hal.  Bahkan kadang bisa tergeli-geli pernah melakukah tindakan yang tidak masuk akal atau bahkan bisa memicu ide baru saat kita buntu.

Saya bersyukur hidup di jaman sekarang, media menulis bisa dimana saja.  Tentunya yang saya maksudkan adalah dengan adanya jaringan sosial dan blog yang tercipta.  Dunia seolah dilipat dan kemudahan mengungkapkan maupun menawarkan sebuah karya menjadi lebih mudah.  Tinggal kreatifitas, kemauan dan membuka diri atas wawasan yang super luas sehingga segala sesuatunya terasa lebih hidup.







You live you learn, you love you learn
you cry you learn, you lose you learn
you bleed you learn, you scream you learn
you learn-Alanis Morissette

Setiap mendengar lagu ini, hati berdegup kencang lalu memunculkan sarkastik pada diri tentang pembenaran atas proses sikap ogah-ogahan dan kebodohan yang sering merajalela pada diri.

Suatu hari saya mengantar seorang teman laki-laki, dia mau membelikan buku bacaan untuk adiknya yang tinggal di kota lain. Sebuah buku cerita yang manis, dia berharap adiknya menjadi pecinta buku.    Ada perasaan spontan yang membuat hati saya perih, ingin sekali mempunyai kakak yang membelikan buku.  Perasaan ini hanya sebentar, dilama-lama rasanya tidak enak dan menimbulkan sarang kemarahan yang meluas.  Tentunya tidak menyelesaikan persoalan dan semakin terpuruk, karena berada dalam situasi tidak enak pasti ada maksudnya.  Seperti di Film Narnia 3 yang menyertakan Eustance sebagai tokoh sepupu yang menyebalkan, salah satunya tidak mempercayai adanya negeri Narnia. Ternyata Eustance ikut masuk ke dunia itu bersamaan dengan Lucy dan Edmund. Di Narnia-pun dia selalu menyepelekan orang-orang sekitarnya.    Disini Eustance mendapatkan pelajaran menjadi seekor Naga atas tingkahnya sendiri.  Beberapa situasi mendidik dia menjadi seorang yang berani hingga berjasa mengumpulkan pedang, situasi ini membuat Eustance berubah menjadi orang yang terbuka. Saya percaya, selalu saja ada pembelajaran sikap jika mau mengerti arti proses yang bersentuhan dengan hidup kita.  Baik situasi yang menyenangkan atau sebaliknya.  Hanya saja sering tidak tahu bahwa beragam situasi pasti akan memberikan pelajaran.  Jawaban itu bisa didapatkan selama kita mau menyelesaikan & mencarinya, bisa dari bacaan, film, situasi yang tidak terduga, pertemuan dengan teman atau obrolan singat orang di angkot bisa memberikan titik terang.

Dari kecil saya suka bacaan, bacaan pertama yang membuat saya ketagihan adalah majalah bobo.  Dengan uang harian yang diberi Amih selalu disisihkan agar bisa membeli majalah tersebut setiap hari Kamis.  Sayangnya, saat itu kebanyakan kakak-kakak sudah menikah dan mempunyai anak.  Hal ini tidak bisa dihindari karena jumlah keluarga yang banyak dengan rentang usia yang sangat jauh.  Ini salah satu ingatan tersisa saat itu, seorang kakak laki-laki dengan ringan membawa beberapa majalah bobo dan dia bilang untuk anaknya yang masih kecil.  Barangkali dia fikir saya sudah cukup besar untuk bersikap toleran, dewasa dan bisa dengan mudah mendapatkan apapun diinginkan.  Salah besar. Beberapa usia keponakan hanya beda beberapa tahun lebih muda, saya sama sekali tidak bisa menolak padahal hati kecil saya terluka.  Perasaan itu masih tersisa jika tidak sengaja mengingatnya. 

Berdasarkan ingatan saya yang  pendek, kegemaran ini tidak tahu dari mana dimulainya.  Bisa jadi awalnya karena sering lewat kios Koran pinggir jalan dan warna warni kover majalah menarik perhatian.  Kegemaran membaca majalah bobo menjadi kesenangan tersendiri, dari majalah itu menjadi tahu beberapa bacaan lain.  Satu-satunya toko buku yang menarik hanya swalayan Borma, toko serba ada termasuk buku anak-anak.  Disinilah kenakalan dimulai, beberapa kali saya sering mencuri  uang lalu nekat pergi sendiri ke toko itu agar bisa beli buku bacaan seperti Casper, Cinderella dan bacaan-bacaan lainnya.  Buku dikumpulkan dalam plastic besar, disimpan di bawah dipan karena masih sekamar dengan Amih.  Lama-lama rasa bersalah saya semakin besar karena sering mencuri uang untuk membeli buku, dengan kekuatan hati  kelakuan ini dihentikan karena takut menjadi keterusan.  Lama-lama buku-buku itu satu persatu hilang, bisa jadi bukan hilang tapi dipinjam dan tidak dikembalikan.  Barangkali juga karena didapatnya dari uang tidak halal jadi usianya tidak lama.

Seterusnya, sejak saat itu saya tidak pernah beli bacaan lagi dari hasil mencuri tapi pinjam punya kakak seperti tintin, smurf, asterix, nina, storm.  Semua bacaan bergambar, yang selalu dibaca berulang-ulang dan saya bahagia sekali.  Saat masuk SMP, majalah bobo tidak menarik lagi.  Beralih pada majalah Gadis.  Artikel yang paling saya suka yaitu psikologi, bahasanya seperti yang sedang ngobrol, biasanya setelah membaca ini otak saya menjadi riang gembira dan pandangan seolah tebuka lebar-lebar.  Bekal ini memudahkan saat bertemu dengan teman, dan menganalisa beberapa situasi.  Begitupun dengan artikel tentang kebersihan, kesehatan bahkan saya belajar banyak cara mengatur ruangan, etika di wc ,etika menginap bahkan perawatan saat sedang datang bulan, banyak yang bisa dipelajari.

Selain dari hasil membaca, dengan membaca pola kebiasaan teman-teman yang menarik banyak mempengaruhi dan membangun kepribadian saya.  Dari introvert jadi extrovert, dari tidak bisa mengungkapan sesuatu jadi berani, bahkan dalam mengungkapkan rasa iri, berbagi kebahagiaan, mengungkapkan kekaguman dan semakin lama semakin banyak yang bisa dimengerti hingga menjadi sarang curhatan teman-teman. Padahal sayapun banyak mengadopsi pola hidup mereka.  

Kebiasaan ini ternyata mempengaruhi saat membuat tugas bahasa Indonesia yaitu membuat cerpen.  Sampai suatu hari dipanggil ke ruang BP saat SMA (lupa kepanjanganya apa) lalu petugas BP itu memberi arahan tentang tulisan, yang menurut mereka kebisaan ini berpotensi menjadi lebih bagus. Saya, tidak tahu teman lain yang ikut dipanggil, bingung harus bagaimana selanjutnya, malah merasa kehilangan jalan dan gugup. 

Saya belajar banyak dari isi bacaan majalah dan lingkungan teman-teman yang cukup banyak memberi referensi hidup pada kepribadian saya.  Terutama saat masuk kuliah, disinilah seolah-olah segala sesuatunya dimulai.  Saya belajar banyak cara mendengar, mengungkapkan pemikiran, rasa suka, mewujudkan ide, toleransi, penghargaan yang tidak didapat dari keluarga. Bagaimanapun keluarga dan teman-teman saling melengkapi kelebihan dan kekurangan yang membuat hati saya terasa hidup.  Disinilah pengenalan pada bahan bacaan mulai semakin meluas.  Barangkali mestinya dibaca saat dulu-dulu karena memang beli buku saat itu terasa mahal.  Jadi aktifitas membaca itupun dilakukan di perpustakaan kampus.  Kebiasaan ini berlangsung lama dan sering menarik perasaan yang sedang kacau menjadi enak.  Benar-benar seperti meminum jus jeruk dingin di tengah hari yang panas. 

Sampai pada suatu hari, saya merasa banyak ketinggalan bacaan saat terlibat dalam berbagai kegiatan tobucil (toko buku kecil).  Rasanya ingin berlari dan sembunyi, malu sekali.  Tapi kemudian saya memutuskan berkompromi dengan kondisi yang serba terbatas, jadi biarkan saja terlambat membaca daripada tidak sama sekali. Jadi saya percaya, setiap apapun yang kita baca dan dengan siapa kita berhubungan, pasti ada maksud dibalik perjalanan itu yang menjadikan kita mampu menghadapi lingkungan yang dinamis dan kompleks. Dimana kamu berada, maka disitu kamu diberi kesempatan untuk mempelajarinya; menggali, mengolah, mengolesnya agar menjalani kehidupan lebih terasa hidup penuh makna.

Ima, 25 Februari 2011

Stuba sayang… Tadi malam begitu indah, kerinduan yang tertunda dan tak sanggup lama.  Saya memang tidak berbagi masa keindahan (termasuk tidak indahnya tentunya). Karena saya pikir teman-teman yang berbagi cukup mewakili menularkan energinya yang luar biasa.  Saya tidak menyangka, kita begitu banyak dan bayangkan jika kita semua berhasil kumpul seperti ini.  Berbagi kesulitan dan proses hidup adalah bagian terindah karena akan ikut mendongkrak juga memberi pil baru untuk kehidupan yang sedang kita jalani.
Stuba sayang… dari semua pengalaman yang diungkapkan tadi malam, masing-masing mempunyai cerita yang berbeda.  Melalui kesenian mereka mampu menyuarakan kegelisahan sosial, kegelisahan politik, budaya, bahwa saat itu mereka tak pernah kehabisan ide untuk berkesenian. Dan hal yang mempunyai pengaruh besar yaitu energi berbagi antar teman yang membuat proses hidup & berkesenian itu bertahan . Tentu sesuai dengan masa dan kondisi saat itu.  Tapi ada satu titik yang saya temukan dari cerita masing-masing di masa yang berbeda tadi malam.  Yaitu kecintaan kita yang sama, energi yang sama, dan mendapatkan “hidup” yang luar biasa.
Seseorang pernah bilang, bahwa teater kampus tidak akan pernah matang.  Satu sisi benar karena selalu saja di kelola oleh orang baru lagi dengan pembelajaran dari nol.  Tapi satu sisi saya lebih optimis jika kalian mampu “membaca” pengalaman dari teman-teman yang sudah 20-an angkatan diatas kalian.  Ini bisa menjadi ilmu yang kaya, kalian bisa mencukil atau menciptakan karya yang berbeda dan menorehkan sejarah hidup kalian. Kelak akan terasa manis dan semoga bisa menambah “pengalaman” dan membuat kalian lebih matang.  
Pengalaman ini adalah wujud dari ide.  Diantara kami tentu hal yang dimaksud adalah saya, sering menahan ide.  Banyak keinginan untuk mengembangkan potensi seperti ingin ikut pelatihan teater di kelompok teater Bandung, membuat pertunjukan, memperlihatkan tulisan namun karena takut akhirnya hanya tersimpan hanya sebatas ide.  Seringkali ketakutan ini yang membuat kita terhambat dan malu-malu untuk menciptakan karya.  Malu untuk datang ke gedung kesenian, malu untuk diskusi dengan kelompok teater lain, malu untuk menunjukan naskah, malu untuk memperlihatkan ide poster, malu untuk mencoba.  Itu yang harus kalian lawan.  Saya percaya, kalian banyak ide setelah belajar banyak dari banyak hal, hal ini yang akan memancing keinginan untuk membuat karya.  Tapi seringkali tidak terwujud karena”takut”, “tidak yakin pada diri sendiri”, “ragu-ragu”, malu sama pelaku seni lain, malu sama kelompok lain , bahkan untuk masuk gedung kesnian untuk lihat pertunjukan begitu malu.  Kuncinya: lawan mental yang begini.  Terlalu disayangkan jika potensi alam diri disimpan dan terbungkus rapat padahal siapa tahu ide kalian akan menjadi karya yang tidak biasa.  Masalah nanti karya kalian buruk, biar itu sebagai proses pembelajaran  untuk mewujudkan karya yang lebih baik.  Jika kalian berhasil melewati mental ini, percayalah bahkan kalian sendiri akan terkaget-kaget atas potensi yang ada pada diri kalian.
Seorang peneliti pernah bilang, bahwa usia kalian adalah “masa golden age”.  Mungkin saat ini kalian masih belum paham dibalik makna golden age, sehingga energi golden age ini melena pada hiruk pikuk gaya hidup yang membuat kita malas. Karena dinina bobokan oleh banyak fasilitas. Dengan kalian masuk kedunia ini (stuba), kalian akan belajar banyak hal.  Dari pemeranan, baca & analisa naskah, belajar karakter orang, belajar make up, belajar bermusik, belajar tata cahaya, belajar kostum, belajar memanage acara dan yang paling utama bagaimana mewujudkan ide, khayalan, kepekaan kita terhadap kondisi yang menggelisahkan menjadi sebuah karya. 
Teater ilmu yang kaya.  Barangkali di sebuah perjalanan hidup kelak kalian tidak akan menjadi seorang seniman (apapun, baik actor, penulis, penata panggung, pelikis dll). Tapi  entah apapun karir kalian kelak, ilmu ini akan berguna sebagai ilmu bertahan dalam menghadapi zaman.  Jadi jangan sia-siakan kesempatan waktu yang berjalan semakin cepat dan tua.
Seperti halnya keanggotaan stuba yang tercatat abadi, maka sebaiknya semangat dan kreatifitaspun ikut abadi.
20 February 2011, I love you
Kalau saja keberanian saya sekarang muncul sepuluh tahun yang lalu, akan menjadi seperti apa saya sekarang?

Takut, sering kali menjadi masalah setiap orang saat dia mau melakukan atas kata hati dan pikiran.  Bahkan otak kita menjadi kreatif mencari alasan untuk meniadakan perasaan takut itu dengan mengatakan, "mencari waktu yang tepat" atau "chemistrynya belom dapet" atau "ini bukan waktu yang tepat" atau "entar aja deh, saya belum siap" dan banyak lagi.  Pikiran ini bisa jadi benar dan tentunya bisa jadi salah.  "Ketakutan" ini sering sekali menghambat seseorang untuk berkembang dan bertahan atas pikirannya bahwa dirinya tidak mampu dan tidak pantas.  Sehingga seringkali kita tidak pernah menghargai diri sendiri atau berburuk sangka pada kemampuan diri.

Tapi setiap orang secara sadar ataupun tidak sadar belajar pada kehidupan: manusia dan alam.  Belajar pada orang-orang yang hidup berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung.  Saat berinteraksi, manusia akan  dengan sendirinya menganalisa, mulai memilah, menyimpan, membuang, menyisihkan untuk pemenuhan jiwa dan otaknya.  Begitupun alam seringkali seolah-olah bicara, berbisik, berteriak, membimbing kita dalam menemukan jawaban dari kerumitan diri yang sering membuat batin bertentangan.  Setiap orang, siapapun yang selalu mencari jawaban dan berusaha objektif sekalipun pada dirinya sendiri maka dua unsur itu akan selalu mendekatinya.  Hal ini yang membantu seseorang berubah dan mendapatkan clue saat menjalani hidupnya.

Tidak setiap orang mampu belajar hidup dari proses hidup yang dijalani meski bisa jadi dia mampu.  Menganalisa dan berusaha tetap kuat saat menghujat diri sendiri atas kebodohan yang sering dilakukan di masa lalu.  Ternyata cukup sering impian tertunda karena ketidakberanian, peragu, merasa tidak mampu, ketakutan yang menguasai pikiran padahal dia belum menjalaninya.

Seandainya dulu saya berani daftar ...., seandainya dulu saya berani usaha ..., seandainya saya berani mengambil keputusan...., seandainya...., seandainya dulu saya ada keberanian bergabung dengan... apa yang terjadi dengan hidup saya sekarang? Hidup seperti efek domino,selalu memberikan efek saat kita melakukan sesuatu sampai kartu terakhir tertutup. Tapi kita selalu dan lagi-lagi diberi banyak pilihan,  selalu dan lagi-lagi diberi kesempatan untuk berubah, selalu dan lagi-lagi saat kita punya langkah baru diganggu dengan impian yang lain, jangan-jangan itu yang menyebabkan kenapa kita masih juga hidup sampai saat ini.  Kita selalu diberi kesempatan untuk berubah dan mengembangkan hidup menjadi lebih hidup.  Seorang teman pernah berbagi tentang pepatah cina, kalau tak salah begini bunyinya: "Kalau kau berjalan keatas lama-lama kau akan mendapatkan bukit, kalau kau berjalan kebawah lama-lama akan mendapatkan lembah".  Ada yang mengerti arti pepatah ini? Pepatah ini bisa diartikan banyak hal tergantung pengalaman hidup masing-masing yang akan membentuk sudut pandang.

Saya mengerti, kenapa seorang teman pernah bilang, begini katanya "Saya ngga pernah nyesel atas apapun yang udah kita lakuin di masa lalu."  Kening saya berkerut mengatakan, bagaimana bisa dan maksudnya apa.  Ternyata, proses hidup itu adalah bagian dari proses menganalisa dibalik sebab akibat atas sesuatu yang terjadi.  Hikmah.  Perlahan konsep "tidak menyesal" ini diterapkan dan saya menjadi lebih percaya bahwa kesalahan hidup dimasa lalu bagian dari proses menguatkan jiwa dan pikir.  Dan tentunya lebih bisa menghargai proses hidup diri dimasa lalu yang terasa kusam, lemah, sempit dan buta. Lalu tumbuh dalam hati, bahwa setiap orang (saya) berhak mendapatkan hidup yang lebih baik karena setiap orang (saya) begitu berharga.  Jadi, tak ada lagi kata penyesal yang ada adalah bahwa masa lalu adalah proses hidup, belajar menganalisa kesalahan dan berani bersikap untuk perubahan.

Saya percaya setiap orang berubah, selama ia diberi kesempatan hidup untuk lebih menghidupkan kehidupannya.  Hari ini adalah akumulasi dari proses masa lalu penuh dengan teka teki dan menjadi akumulasi dari daftar keinginan panjang, harapan dan impian yang tercapai dalam bentuk yang berbeda.  Rasanya bisa lebih manis dari semua rencana dan harapan dimasa-masa pencarian yang kasak-kusuk saat kita berdamai dengan apapun yang terjadi dimasa lalu.  Bisa?