Beberapa hari yang lalu, suatu sore datang sebuah buku
yang dikirim dari penerbit medium berjudul Perjalanan Ke Atap Dunia. Buku ini merupakan buku perjalanan Daniel Mahendra menuju Tibet. Entahlah,
keinginan saya begitu kuat untuk memiliki buku ini. Sebuah perasaan yang luar biasa bisa membeli
langsung dari pada penulisnya. Malam
itu, ketika anakku sedang bermain mobil-mobilan sendiri, saya mulai membaca
kata pengantar oleh Gol A Gong-penulis Balada Si Roy dan pendiri Rumah Dunia.
Kalimat yang membuat saya tertegun dan membuat hati
saya muringkak adalah ternyata
cita-cita Gol A Gong keliling dunia meyakinkan mimpi saya untuk keliling dunia
merupakan keinginan yang tertunda. Semua impian saya yang berhubungan dengan
perjalanan seolah-olah hanyalah sebuah mimpi. Tapi selama ini beberapa tempat kota di Indonesia bisa di datangi dengan cara yang unik. Seperti, perjalanan ke Tasikmalaya dan Surabaya dengan
gratis karena terlibat beberapa pertunjukan teater, ke Bali juga karena diajak
survey di tempat saya kerja waktu itu dan diajak teman yang baru menikah. Mengenal beberapa hutan, karena ikut
kegiatan diklatsar saat kuliah. Lalu bisa ke Ujung Kulon, Malang, Gontor di Jawa Timur, terwujud karena sebuah ketiba-tibaan, misal disuruh orang tua untuk menengok kakak dan diajak orang tua karena sebuah acara. Bisa jadi ini bagian dari cara Allah mewujudkan satu persatu impian saya mengenal tiap tempat di Indonesia dengan cara berbeda.
Perjalanan seorang diri yang pernah dilakukan oleh DM
saat masih SMP, bagi saya masih sebuah angan-angan. Karena izin dari orang tua yang begitu ketat
dan sulit, membuat kesempatan atau kenekatan hanya menjadi angan untuk
melakukan perjalan sendiri ke Jogya, Solo, Semarang, Lombok, Mahameru, Bromo,
Keliling gunung-gunung di Indonesia,
Kampung Naga, Baduy.
Ada impian lain, betapa menyenangkan jika kita bisa keliling
daerah karena sebuah pekerjaan yang kita cinta.
Seperti pekerjaan menulis dan kita harus menulis perjalanan itu, apalagi
jika perjalanan itu dibayar dan menghasilkan.
Tentu akan lebih lepas dan asik.
Dulu saat masih remaja, agar bisa
naik turun gunung tidak konyol, akhirnya saya masuk pecinta alam di ekskul SMA tapi
baru satu bulan amih sudah demo. Dia
tidak setuju dengan keputusan saya. Lalu
waktu kuliah tadinya mau nekat masuk organisasi pecinta alam tapi tertera
sebuah perjanjian “kontrak mati”. Saya
tertawa dalam hati, okey, kemungkinan dan resiko itu pasti ada tapi bisakah
anda bayangkan jika ibu saya membaca kalimat ini dan harus ia
tandatangani. Hehe…
Tapi impian dan harapan itu seolah terus disimpan di
sudut hati yang paling dalam. Menyakitkan?
Kadang-kadang, tapi tidak membuat menderita karena suka kehidupan. Banyak hal yang bisa dilakukan agar lebih
hidup dan menyenangkan. Dan saya selalu
bertanya pada hati, apa yang ingin kamu lakukan, Ma?. Munculah keinginan untuk mempunyai pasangan
dimana kami bisa kemping setiap bulan, melakukan berbagai perjalan bersama. Lalu bisa melakukan perjalanan dengan
menggunakan mobil sendiri, sambil bawa tenda, kalau di tengah perjalanan menemukan
pemandangannya bagus, maka bertendalah kita disana bersama anak-anak kami. Menyenangkan bukan!
Bahkan ketika saya hamil, setiap ada acara jelajah dan
semacamnya. Saya selalu bertahan di
depan televisi dan menikmati semua perjalanan mereka, seolah saya berada
disana. Buntut-buntutnya, selalu diselingi
dengan derai air mata karena terharu melihat keindahan alam yang luar
biasa. Saat itu keinginan kuat untuk
menelusuri alam, bisa tidur dibawah bintang-bintang, membaca dibawah sinar
bulan, melahap sarapan dan menyeruput kopi ditengah dinginnya angin. Tapi suamiku terlalu khawatir karena kondisi
kehamilanku yang tidak mendukung. Tapi
saya tidak pernah mematikan impian ini, ia terus hidup ditengah perjalanan
hidup yang penuh teka-teki. Kini hidup
dengan lelaki yang membuat saya bisa jujur bersikap dan tertawa lepas,
mendapatkan anak lelaki yang luar biasa., “pengasingan” ini yang membuat peta kehidupan
terasa lebih jelas kelihatan. Ini bagian
dari sesuatu kehidupan yang luar biasa atas teka teki yang rumit.
Ada quote yang menyentuh sekali di awal-awal halaman
buku itu,
“Betapa pentingnya sebuah tindakan. Ketika kita mulai memutuskan sesuatu,
tiba-tiba isi kepala kita bekerja dengan sendirinya: bagaimana untuk mencapai
sesuatu tersebut.”
Saya selalu yakin,
apapun yang kita lakukan hari ini tidak akan sia-sia selama dikerjakan
dengan kesungguhan. Sekalipun bidang
yang sedang kita pelajari tidak menjadi profesi tapi akan selalu menjadi
manfaat saat kita mengambil keputusan. Impian
seolah dilewati satu persatu tanpa terasa bahwa kita telah melewati beragam
proses yang luar biasa. Katakanlah
ketika kita mengambil keputusan menjadi ibu rumah tangga. Rupanya rumah tangga adalah sebuah kehidupan
yang menarik. Kita bisa mengambil
pelajaran saat belajar teater, manajemen dan beragam event yang pernah kita
lakukan, rupanya memberi manfaat yang luar biasa yang bisa diterapkan pada
segala unsur kehidupan rumah tangga.
Karena kehidupan rumah tangga tidak akan menjadi dinamis ketika kita
sendiri tidak menciptakan suasana itu.
Artinya, saya selalu yakin selalu banyak jalan yang
bisa kita tempuh untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan cara yang aneh
dan penuh kejutan. Dari keinginan itu
maka akan muncul kebutuhan lalu naluri akan memilih kehidupan apa yang sangat
mungkin kita jalani sekarang. Kuncinya
lakukan apapun yang kita kerjakan sekarang dengan penuh cinta dan kesungguhan
hati dan kejutan selalu datang diwaktu yang tepat.
Saya memang bukan siapa-siapa dan sedikit kemampuan, terlalu
banyak keinginan dan kesukaan, melaluinya setidaknya saya ingin hidup saya
lebih berarti dengan cara yang dipilih oleh hati. Menjadi ibu, istri, menjalani hobi dengan
kesungguhan dan menyenangkan, disana selalu siap beragam jalan dan kesempatan
yang baru tahu dan semakin banyak tahu mengarahkan kita pada impian.