Begitu mendengar Pulau Bintan, yang terbayang oleh saya adalah bintang-bintang yang berkerlipan di langit saat malam hari. Ternyata benar saja, pulau ini merupakan salah satu dari 3000 pulau menarik yang terletak di Kepulauan Riau Indonesia. Seperti Bintang, Pulau Bintan sekarang menjadi salah satu tujuan wisata terkenal, ramah lingkungan dan masih terjaga keindahannya. Karena keindahannya ini, rupanya Pulau Bintan ini pernah menjadi rebutan oleh bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824.


Saya sering mendengar cerita tentang keindahan Kepulauan Riau dari beberapa sahabat yang pernah tinggal di pulau-pulau itu maupun memang orang sana. Salah satu sahabat ini pernah bekerja mengurus kapal-kapal. Dan dia pun pernah tinggal di suatu pulau yang indah, dengan pasir putihnya.

Sementara, saya tinggal di Bandung Jawa Barat, jauh dari laut. Banyak orang-orang yang datang ke Bandung untuk kuliah maupun bekerja. Mereka suka cerita tentang daerahnya masing-masing. Tentang laut, keindahan alamnya dan keunikan budayanya.  


Hal ini membuat saya penasaran untuk mengunjungi tempat-tempat asal mereka yang katanya indah. Seperti Aceh, Kepulauan Riau, Padang, Kalimantan, Menado, Ternate, Lombok, Bromo, Anyer dan sebagainya.

Bandung sendiri merupakan daerah pegunungan, kota wisata dengan nilai sosial yang bercampur baur. Saya termasuk sering pergi jalan-jalan di dalam kota, jika  keluar kota itu sekalian menengok saudara, ada acara keluarga atau ada keperluan pekerjaan.


Membayangkan Pulau Bintan itu, sepertinya jauh sekali. Selama ini, destinasi yang pernah saya tempuh dan buat saya cukup jauh, paling ke Bali. Buat orang yang suka jalan-jalan, Bali merupakan pulau yang eksotis, destinasi wajib dikunjungi, dengan budayanya yang terpelihara.  

Nah, sekarang ini, saya ingin menjajal daerah Sumatera.  Saya mulai kembali “ngecengin” beberapa daerah yang InsyaAllah ingin saya datangi bersama anak-anak. Saya ada harapan, ada rezekinya untuk mendekatkan anak-anak dengan alam. Karena deburan informasi di berbagai media elektronik sudah terlampau tinggi, dikhawatirkan mereka jadi kurang bersentuhan dengan alam. Semoga proses jalan-jalan ini bisa terkenang baik dalam ingatan mereka. Nah, Salah satunya pantai di daerah Sumatera yaitu Pulau Bintan. 

Begitu saya browsing daerah wisata di Sumatera tepatnya Riau, saya jadi penasaran, sepertinya di Kepulauan Riau ini keindahan alamnya masih terjaga, ya. Saya segera cari-cari informasi/cek harga sana sini ternyata Traveloka memiliki harga yang lebih murah, lho.  Tak hanya itu, pilihan hotel Traveloka pun lengkap sekali. 


Saya jadi bolak balik lihat image dengan  kata kunci “Pulau Bintan Kepulauan Riau”.  Indahnya...



Saya seolah dibawa ke pulau-pulau itu. Kaki saya seperti sudah berdiri di atas pasir putih, menyusur ombak, meloncat dari deburan ombak yang memainkan gulungannya. Jiwa kanak-kanak saya seperti lahir kembali. Jangankan langsung melihat, lihat fotonya saja, hati saya seperti dapat air isi ulang murni.
Kepulauan Riau yang terletak tak jauh dari Malaysia dan Singapura ini punya keindahan alam yang unik dan masih terjaga keindahannya. Pantai-pantai yang indah, sungai, mangrove dan ekowisata yang bisa menyegarkan pikiran dan hati. Ekowisata itu semacam edukasi wisata bagi para pelancong agar ramah lingkungan yang ada di Pulau Bintan.

Pada dasarnya saya suka sekali alam, ya pegunungan, ya pantai. Kalau mulai rindu sama alam, saya biasanya ke hutan kota maupun tempat-tempat cagar alam lainnya di dalam kota. Sementara kesitu dulu sebelum mengunjungi titik-titik tempat lain yang masih terjaga keindahannya dan tersebar penjuru Indonesia bersama keluarga maupun sahabat. 



Di Forest Walk Bandung (Foto: Ima)

Tak hanya itu, rupanya Pulau Bintan melahirkan orang-orang yang suka dengan karya sastra, terutama pantun. Biasanya, orang-orang yang punya budaya baca dan suka karrya sastra pikirannya lebih maju. Dengan pikiran maju, pantas saja jika pulau ini terjaga keindahannya. Sadar alam, bijak terhadap manusia. Pulau Bintan dipenuhi oleh orang-orang melayu yang menjaga tata nilai Agama Islam, seperti perayaan Idul Fitri, Sunatan, Idul Adha. Momen ini seringkali dirayakan dan disambut dengan meriah.

Pertanyaannya, bagaimana bisa sampai ke pulau itu? Bagaimana dengan alat transportasinya, tempat istirahatnya, adakah yang bisa menjadi guide dan membuat kita bisa menikmati Pulau Bintan? Pasti ada titik-titik unik di sana yang membuat kita dapatkan soul dari tempat wisata yang kunjungi itu.

Seperti yang diceritakan di atas,  saya mulai browsing dan saya menemukan cara praktis dan berbagai informasi penginapan di pulau ini. Seperti di link Traveloka yang menyediakan berbagai informasi penginapan yang dekat dengan destinasi wisata di Pulau Bintan. Bahkan, memesan hotel di Traveloka tidak ribet, pembayarannya mudah, cepat dan dengan pilihan hotel yang lengkap di seluruh Indonesia bahkan dunia.



Begitu saya tulis link Traveloka, di halaman pertama website terdapat informasi penginapan, berbagai fasilitas, jumlah orang yang menginap, harga pesawat, pesawat berikut hotelnya, bus & Shuttle, kereta api.  Bahkan ada guest untuk family friendly.  Lha, ini yang dicari.  Daftar harga semua lengkap, untuk menginap per malam, hari apa dan rentang harga penginapan. 

Fasilitas Aplikasi Traveloka

Kita tinggal memasukan berbagai isian ke kategori yang disedikan, maka berbagai pilihan hotel/penginapan bermunculan dengan berbagai pilihan yang kita butuhkan. Tak hanya itu, saya dapat informasi lokasi yang bisa kita kunjungi di Pulau Bintan. Sangat mudah dan praktis.

Melalui Traveloka,  saya dapat gambaran anggaran yang bisa digunakan untuk biaya transportasi dari Bandung-Pulau Bintan-Bandung, penginapan, biaya makan selama perjalanan, dan transportasi harian untuk mengelilingi pulau bintan. Terima kasih buat bloggers dan traveloka yang sudah berbagi pengalamannya. Jadi saya ada gambaran dana yang harus disediakan. Menarik deh, boleh kamu coba traveloka solusi buat yang ingin jalan-jalan tanpa bingung mencari harga. 








Bandung, 24 April 2018

@imatakubesar
Foto: Ima.


Selot jendela bertambah tua, ada karat melapisinya. Sudut-sudut tua mulai menerka-nerka. Adzan Asyar merayap dari setiap sudut toa tua. Tupai-tupai berlarian, ayam berkokok, burung-burung melantunkan suaranya hingar saling menyambar.

Waktu lambat menerkam. Tubuh lambat bertumbuh. Diri lambat mengerti. Padahal alam seperti rindu dan haus pergerakan akan tiap raga. Menghasilkan dan menjadikan setiap yang hidup menjadi lebih hidup dan subur. Tapi diri seperti tak bersabar pada waktu, tak bersabar pada pelan, tak bersabar pada tiap jumput langkah.

Perempuan tua mantan biduan kini tersungkur di sudut rumah orang, tak berkeluarga, tak beranak. Kemarahan yang memberangus setiap jengkal harta peninggalan orangtunyanya, satu persatu lenyap dilahap api.

Namanya Jelita. Pada masanya, tidak ada yang tidak menyukainya, tidak laki-laki muda, tidak setengah baya, pun tua rasanya mudah tergoda. Seorang penyanyi dangdut, pemilik bioskop, punya beberapa kontrakan, tampilan selalu mewah dan wangi disetiap kesempatan. Suaranya selalu lantang, langkah kakinya dikenal oleh siapapun, selop tinggi, gerak langkah yang lincah, gincunya selalu berwarna terang. Tepuk tangan dan tawa hadir di setiap belokan hingga penjuru ruang.

Kini hidupnya sepi, keinginan meninggi tapi segalanya hilang, lenyap, sunyi. Setiap pagi dan sore, dia duduk bersandar, kaki di lipat di kursi rotan teras rumah orang untuk berjemur. Wajahnya kusut, pandangannya kosong, tak ada make up yang menor di wajahnya. Kerutannya semakin tampak. Ada gelisah di wajahnya.

Kenapa tua menjadi begitu menakutkan?



Bandung, 12 April 2018

Imatakubesar


 Pada tanggal 6 April 2018, bertempat di Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB, Qiwii softlauching pelayanan aplikasi antri. Dalam acara ini ada seminar How Waiting Online Make Your Time Management More Effective. Pembicaranya ada 3 orang, ada Nurfaida sebagai manajer Qiwii, Muslim Pratama dari Wagoon Coffee dan Indira dari Biya Salon Muslim. Masing-masing memaparkan tentang situasi antri mengantri ini sering menjadi persoalan klasik. 

Rasanya semua orang pernah antri. Untuk antri urusan kesehatan, kecantikan hingga restoran. Kadang kita mengorbankan banyak waktu untuk antri. Saya termasuk sering sekali antri sekitar 1-3 jam untuk mendapat surat eligibilitas dari BPJS. Teknisnya, ambil nomor, lalu ternyata saya dapat antrian nomor 150. Dari buka loket jam 7 pagi, biasanya saya baru dapat pelayanan jam 10.30 itu artinya saya harus menunggu 3,5 jam untuk daftar ke poli rumah sakit. Disana belum selesai. Antri lagi untuk dapat panggilan dokter, biasanya 1-2 jam-an. Yah, begitulah.

Mungkin untuk kasus kesehatan merupakan kasus yang umum, tapi kamu pernah tidak antri di salon hingga nomor puluhan. Saya juga pernah antri sedemikian banyak untuk potong rambut. Teknisnya juga sama. Datang ke loket pendaftaran, ditulis nama secara manual dan nunggu di kursi untuk mendapat panggilan. Lama? Jangan tanya. Ini artinya, antri itu butuh kesabaran, memancing rasa kesal, karena kita terpaksa diam menunggu. Padahal, dengan waktu 2-3 jam itu bisa kita gunakan untuk berbagai macam hal. Ini adalah persoalan yang harus dipecahkan. 



Nah, sekarang ini generasi muda melek teknologi, memanfaatkan dan mengolah teknologi untuk memangkas persoalan yang tumbuh di masyarakat yaitu mengantri. Solusinya adalah aplikasi antri online. Aplikasi antri ini digunakan oleh berbagai usaha yang membuat kita jadi tidak mengantri, seperti puskesmas, salon, barbershop, foto studio, cafe, rumah makan, rumah sakit. Seperti halnya perusahaan yang sudah terdaftar seperti Wagoon Cafe dan Biya Salon Muslimah.

Bagi para industri, aplikasi antri ini tentu sangat menguntungkan. Dia bisa mensosialisasikan pelayanan ini buat pelanggannya, agar mereka menggunakan alat antri online agar lebih efektif dalam antri menngantri.

Sebagai gambaran kalau kita menggunakan aplikasi antri seperti Qiwii. Kita daftar ke puskesmas dengan online, lalu mendapatkan nomor dan perkiraan pelayanan misalnya jam 10.00 pagi. Itu artinya, kita tidak usah pergi jam 06.00 pagi lalu ambil nomor, menunggu di puskesmas hingga waktu panggilan tiba selama sekitar 4 jam. Tapi kita bisa memanfaatkan waktu menunggu sambil pergi ke pasar, masak, antar anak ke sekolah, beres-beres rumah dan lalu bisa bebenah diri lalu berangkat ke puskemas menjelang pukul 10.00 pagi. Banyak hal yang bisa kita kerjakan di waktu mengantri. Karena mengantri itu butuh kelonggaran waktu dan kesabaran yang tinggi. 



Katakanlah di Wagoon Coffee, kata Pa Tama, kesadaran dan apresiasi masyarakat kini mengonsumsi kopi dengan manual brew menjadi gaya hidup dan semakin disukai. Seringkali, orang-orang kehabisan meja untuk menikmati segelas kopi. Tak hanya disukai oleh kaum laki-laki, kini para perempuan pun menyukai kopi hitam tanpa gula maupun susu. Tahun 2016, pertumbuhan coffee shop semakin meningkat dan selalu penuh. Sehingga persoalan yang hadir adalah reservasi tempat.

Sementara dari Biya Salon Muslimah, persoalan yang hadir adalah kesalahan dalam antrian. Menunggu giliran mendapat pelayanan mendapatkan perawatan untuk rambut maupun badan. Biasanya, konsumen mulai berdatangan setelah idul fitri. Karena biasanya para Ibu yang ditinggal ART (asisten rumah tangga) membutuhkan perawatan karena cape mengurus rumah tanpa ART.

Nurfaida dan tim Qiwii menangkap fenomena ini dan solusinya adalah aplikasi antri online. Dalam aplikasi ini ada dua keuntungan, kedua pihak bisa mendapat info yang dibutuhkan. Bagi konsumen, mereka mendapat perkiraan waktu pemanggilan. Sehingga mereka tidak perlu datang mengambil nomor antrian dan menunggu terlampau lama. Sementara pihak pemilik usaha dia akan memperkirakan jumlah pengunjung dan kebutuhan konsumen itu apa saja sehingga produsen bisa menyediakan bahan baku apa saja untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Tak hanya bahan baku, pihak produsen akan mengetahui di hari apa saja pengunjung akan ramai. 


Dalam aplikasi Qiwii terdapat dashboard bisnis analisis yang bisa mengetahui berapa lama waktu tiap layanan, berapa lama waktu pelayanan, berapa lama konsumen menunggu, jumlah konsumen perhari dan sejumlah data lainnya. Jadi tak hanya untuk konsumen, pemilik bisnis yang terdaftar di aplikasi antrian ini juga diuntungkan dengan memiliki layanan antri dan booking online yang membuat konsumen lebih nyaman dan juga pemilik bisnis lebih mudah dalam mengatur antrian.

Tidak ada yang suka menunggu, apalagi menunggu berjam-jam. Qiwii hadir menyelamatkan kita agar lebih efektif mengurus segala sesuatu tanpa harus menggerutu karena dipaksa antri berjam jam.

Anak-anak muda ini bisa membuat langkah yang progresif, sebuah aplikasi antri hasil anak negeri ini wajib di support. Apalagi sekarang menjelang ramadhan pelayanan untuk reservasi table di rumah makan juga bisa digunakan. Aplikasi antrian ini salah satu solusi buat industri dan konsumen.



Bandung, 9 April 2018

imatakubesar