Hijab dan perempuan muslim itu sudah menjadi satu kesatuan, sebagai komitmen identitas yang diperintahkan Allah SWT. Salah satu bentuk kasih sayang Allah terhadap perempuan muslim, agar lebih terjaga. Syaratnya menutup seluruh tubuh kecuali muka dan tangan (dari pergelangan tangan).
Memang ini agak janggal, tapi aturan ini berlaku buat sekolah swasta dengan label Islam (bukan pesantren). Kadang diledek oleh sekelompok orang tertentu melihat seragam seperti ini. Tidak seperti sekarang, zaman itu pelajar perempuan yang sekolah negeri tidak boleh menggunakan kerudung. Aturannya memang begitu, kalau keukeuh resikonya dikeluarkan.
Zaman itu tidak ada kerudung-kerudung dengan berbagai motif dan pashmina dengan bahan yang nyaman. Rata-rata kerudung yang kami gunakan keras dan kalau di pakai jadi seperti tudung saji (hahahaaaaa...). Lucu, tapi saya sih cuek-cuek aja. Kecuali kalau ada yang pulang haji, biasanya mereka suka bawa kain kerudung motif buatan Turki dan Cina. Kalau ada label Turki-nya, rasanya percaya diri banget deh pakainya.
Keadaan berubah ketika masuk SMA swasta Islam tahun 1993-an, rok sekolah yang biasanya selutut mulai boleh hingga tumit. Entah boleh entah inisiatif masing-masing siswa. Nah, untuk menutupi bagian tertentu biasanya saya menggunakan jaket, selain jadi rada gaya saya merasa lebih nyaman. Bisa jadi kondisi saat itu, pelajar perempuan yang menggunakan rok hingga setumit merupakan bagian dari masa bodo atas aturan pemerintah yang mengharuskan pelajar perempuan menggunakan rok abu-abu hingga selutut.
Kesulitan menggunakan pakaian yang sesuai aturan Islam tidak hanya ketika sekolah tapi persediaan pakaian di pasar dan toko-toko besar. Saat itu rasanya sulit mencari pakaian untuk perempuan berhijab. Mungkin karena saya masih remaja, jadi saya kurang nyaman dengan model-model baju untuk berhijab. Jadi saya lebih memilih menggunakan celana panjang, t-shirt/kemeja flanel, dipadukan dengan jaket korduroy dan kerudung. Rasanya lebih terasa nyaman, cukup menutup bagian lekuk-lekuk tubuh dan tidak menerawang.
Selama saya nyaman, saya baik-baik saja. Apalagi saya punya banyak kakak jadi stok baju bisa rada beragam karena bisa tukeran baju dengan kakak. Dari kemeja, sepatu, jaket, karena ukuran badan kami yang sama. Buat orang yang tinggal di Bandung, punya jaket, sweater maupun cardigan menjadi keharusan. Karena udaranya yang dingin dan adem. Kalau pagi-pagi berangkat sekolah, kiri kanan jalan masih penuh kabut dan seringkali keluar uap di mulut karena dingin.
Saking sukanya sama jaket, rupanya saya punya beberapa jenis jaket. Dari bahan kaos, sweater, jeans, jaket anti air yang dipakai kalau sedang hujan, sampai jenis baju hangat model cardigan menjadi salah satu pilihan pavorit saya. Selain keliatan lebih simple dan bikin hangat tubuh, pakai jaket itu terasa lebih gaya (kamana atuh gayaaa... hahahaaaaa). Ya, salah satu hikmah tinggal di daerah dingin kaya Bandung, bisa lebih gaya dengan memakai jaket.
Beda keadaan dulu sekitar tahun 1990-an dengan tahun 2010-an. Kalau sekarang, fashion untuk kebutuhan perempuan muslim bagus-bagus. Dari model baju, warna, corak, ukuran, jenis kain, harga baju dari bargol harga Rp. 100.000 sampai jutaan rupiah pun ada, pilihannya banyak sekali. Bahkan, kini desainer pakaian muslim Indonesia sudah ada yang dikenal dunia. Tak terkecuali beragam jenis jaket yang cocok untuk perempuan muslim, berukuran panjang, lebar, bahkan ada yang semi jas dengan dengan ukuran panjang seperti pakaian Eropa. Tak hanya hangat tapi bisa menutup bagian tubuh yang sensitif. Saya pesan hijacket di link ini.
Tak hanya itu, menghadapi kondisi kota yang macet dimana-mana. Kadang saya lebih memilih ojek online untuk pergi kemana-mana. Cukup efektif untuk menghemat waktu dan tidak ribet dengan ngetem dimana-mana. Tapi, dengan menggunakan ojek online, saya jadi mudah masuk angin. (ya, ini pertanda, bahwa badan saya mulai harus lebiiiih dijaga, haha!). Jadi, kemana-mana saya selalu bawa jaket atau setidaknya pashmina untuk menghangatkan bagian leher.
Kebanyakan panjang jaket yang saya punya sampai sebatas pinggul. Kadang-kadang, baju yang saya pakai jadi kurang maching dengan baju saya yang selutut. Saya pun mulai cari-cari Jaket yang cocok buat pengguna hijab, ternyata ada dan model jaket hijacket juga simple.
Saya suka yang simple, karena kegiatan sehari-hari mengharuskan saya bergerak cepat dan efektif. Seperti pagi-pagi mengajak jalan-jalan keluar, pergi ke pasar, mencari bahan alat gambar, melihat aktifitas suami di Masjid dan banyak lagi. Cuaca pagi di daerah saya masih cukup dingin meskipun tidak ada lagi kabut di pagi hari. Tapi karena cuaca yang tidak menentu, saya lebih memilih menggunakan jaket agar tubuh terasa lebih nyaman dan hangat.
Bandung, Desember 2017
@imatakubesar