Belajar Pada Yang Muda Agar Selalu Muda

Foto: Ima


Seorang guru ngaji saya pernah bilang, bahwa ilmu yang kita ketahui itu ibarat setetes air di lautan. Saya mendengar petuah ini saat masih sekolah dasar, belum ngerti maksud Kang Guru itu apa. Karena pernyataannya ini unik dan menimbulkan imajinasi visual di kepala. Lama saya selalu ingat kalimat ini, “Setetes di lautan, setetes di lautan,” saat melamun kalimat ini cukup sering mengusik sistem syaraf ingatan saya.

Ternyata kalimat ini maknanya luas sekali, tidak sekadar bermakna ilmu yang kita tahu itu sangat sedikit dibandingkan ilmu yang terkandung di alam semesta ini. Tapi kalimat ini mengajarkan pula untuk meneguhkan diri agar tetap buka hati, buka mata, buka telinga untuk memahami segala sisi. Karena kita bisa belajar dari siapapun ketika berada dalam lingkungan sosial yang beragam. Disini hati kita diuji untuk menangkap setiap “ilmu” dari siapapun itu.

Kadang-kadang merasa remuk karena merasa sudah belajar banyak, rupanya semakin melangkah lebih jauh, ilmu ini seperti tak berbatas. Selalu ada yang baru, selalu ada situasi yang mengejutkan yang menyadarkan bahwa bumi ini sungguh luas. Sepertinya tak ada ruang untuk membanggakan diri, tidak juga merendahkan diri atau bahkan merasa paling berilmu.  

Foto: Ima



Kebetulan saya pernah aktif dalam organisasi teater saat kuliah dulu, sehingga sampai sekarang komunikasi masih terjalin untuk sesekali berbagi pikiran. Melalui teman-teman pengurus itu, saya menemukan bagaimana mereka mengelola masalah dan memecahkan solusi dalam bentuk karya. Energi ini seperti menular dan selalu mengingatkan saya agar terus berkarya berapapun usia dan kondisi kita saat ini. Melalui pergerakan dan program kegiatan yang mereka lakukan, saya sering menemukan ilmunya yang luas dan meluaskan, pergerakannya selalu segar dan inspiratif. Pelan-pelan saya pelajari dan serap disesuaikan dengan kondisi saya saat ini.

Lalu saat kami membangun studio desain bersama teman-teman Ayah yang lebih muda, kami belajar memiliki sikap saat harus bekerja sama dalam mengeksekusi pekerjaan. Meski usia terpaut cukup jauh, pola komunikasi kami terasa cair. Karena komunikasi cair, proses kreatif lebih dikerjakan dengan professional dan menyenangkan. Tidak ada yang merasa lebih tua maka dia lebih jago begitupun sebaliknya. Semua proses dan ide dikomunikasikan untuk mendapatkan kesan hasil desain yang disepakati bersama.

Begitupun ketika saya masuk pada dunia tulis menulis, saya belajar banyak dari penulis yang usianya lebih muda namun kaya ilmu menulis. Saya menyadari hobi menulis saya tidak disertai dengan ilmu kepenulisan. Sehingga ketika pelan-pelan masuk dunia blog lalu menemukan komunitas blogger, disini berbagai “tuntutan” keilmuan menulis, etika bermedia sosial, keahlian mengambil foto, mengatur aplikasi blog, membangun branding, memelihara disiplin berkarya dan banyak lagi cabang lain harus dipelajari. Melalui beberapa teman yang lebih muda, saya belajar teknis mengelola blog dan bagaimana mensikapi dunia blogger yang dinamis dan penuh kejutan.

Situasi yang sering terjadi ketika kita tahu ada lingkungan lain dengan percepatan ilmu yang kita miliki, kita memilih berhenti. Atau tak jarang merasa tidak perlu belajar lagi karena sudah merasa lebih dulu berkiprah. Keadaan ini yang membuat kita terjebak karena merasa cukup banyak tahu dan besar sendiri.

Perlu disadari, pertumbuhan dan pergerakan ilmu di era sekarang ini sangat cepat. Oleh karena itu, mau tidak mau, buat saya yang melewati fase belum ada internet hingga fase informasi itu ada di smart phone menjadi tantangan tersendiri untuk membuka diri untuk terus belajar pada siapapun. Bagaimana dulu kita kesulitan mencari referensi, sekarang anak-anak muda jauh lebih memahami bagaimana mendapatkannya dan mengelolanya menjadi industri. Pergerakan hobi lalu mengoptimasi menjadi penghasilan menjadi pergerakan sosial yang lumrah. Jadi, dalam mempelajari sesuatu tidak ada kata terlambat meski dari anak muda, masalahnya adalah mau atau tidak.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv