2021 Hidup Tanpa Resolusi

Foto: Ima


Bertahun-tahun saya hidup berorganisasi sampai akhirnya hidup berumah tangga selalu membuat target, rencana dan menciptakan sesuatu yang sifatnya jangka pendek dan jangka panjang. Ketika muncul masalah yang disebabkan diluar diri, seperti sakit, orang tua ikut ikut campur, atau hal-hal besar lain, maka hidup tanpa resolusi menjadi ruang berdamai dengan keadaan. Hal terpenting terus memelihara asset diri atau kemampuan diri, lalu terus bergerak di atas rel yang sama dengan amunisi yang kadang-kadang penuh, sedikit bahkan habis sama sekali.

Sampai kapan? Sampai merasa harus mengeksekusi ide meski sederhana.

Seperti tahun 2020, saya punya resolusi menghadirkan 1 buku perjalanan hidup. Ternyata situasi pandemi pada awal-awal bulan cukup menguras sebagian mental. Sehingga resolusi tahun 2020 yaitu lebih memilih melakukan sesuatu yang membuat tubuh sehat dan jiwa lebih bahagia saja, cukup. Karena buku yang tadinya mau saya susun bisa memicu psikosomatik dan lambung saya kembali bermasalah. Akhirnya saya memilih bersunyi-sunyi, mengikuti ritme alam dan mendengarkan kebutuhan tubuh dan hati. Memilih, mengeksekusi ide, mengisi diri yang tidak terlalu menekan diri sendiri. 

Foto: Ima

Tapi tunggu sebentar, kita harus bisa membedakan antara mendengarkan diri dan malas mengerjakan. Ketika sadar bahwa tidak mengerjakan karena malas, maka segera bangkit dan menyadari bahwa: kita hanya butuh waktu sebentar kok untuk menyelesaikan (tulisan/memasak/beres-beres rumah, mendampingi anak belajar atau apapun itu), lambat laun akan selesai juga dan semua orang akan mendapatkan manfaatnya.

Lanjut, ya. Nah, Lalu apa yang dilakukan hidup tanpa resolusi, bisa? Saya fokus pada satu kegiatan yang harus tetap di atas rel, yaitu: menulis. Selebihnya memilih mengikuti kegiatan yang ada, belajar bersama anak-anak, menulis, menonton, membuat roti, menonton drama korea, mendengarkan live IG, mengikuti program orang-orang secara online, memotret, mengambil kegiatan karena diajak orang. Kalau kegiatan itu membuat hati saya senang, saya ambil, kalau tidak sreg lebih baik melepaskan.

Ternyata dengan mendengarkan tubuh dan hati, pengaruh negatif lebih tersamarkan. Semesta mendukung berbagai kegiatan yang betul-betul kami butuhkan dan sungguh-sungguh kami kerjakan. Tak menyangka, tahun 2020 yang tengah dilanda ketegangan ternyata banyak kegiatan menarik dikerjakan selama tahun 2020.

Lalu bagaimana dengan tahun 2021? Saya kembali mendengarkan kebutuhan tubuh dan hati yang disesuaikan dengan asset yang dimiliki: saya menulis, Ayah melukis dan anak-anak mengamalkan tugas belajar PJJ dan bermain dengan gembira. Intinya terus bergerak, terus berkarya, setia dan disiplin pada bidang yang kami kerjakan.

Ternyata ketika saya mengerjakan yang lain, selalu kembali pada dunia menulis di blog. Godaan untuk berhenti banyak, terutama saat kami kehabisan uang. Terlebih masuk 2020 situasi betul-betul tidak dapat diprediksi. Ketika godaan itu muncul, yang kami lakukan adalah terus berkarya, berdoa, mengasah diri dan meluruskan dari niat.

Karena rel yang kami jalani adalah menulis, melukis dan dunia anak, jadi resolusi tahun 2021 melakukan kegiatan yang sifatnya self healing alias ngobatan maneh. Mengikuti kebutuhan pikiran, hati dan tubuh. Mengikuti program yang ada dan menghadirkan kegiatan yang sesuai apresiasi diri, seperti:

1. Menulis. Menulis. Menulis. Dengan kesadaran penuh bahwa menulis di blog matakubesar sebagai media menabung amal. Sehingga ketika banyak orang yang mendapatkan manfaat dari tulisan kita, bisa menjadi amal jariah yang terus mengalir.

2. Menjadi orang tua bermain.

Memenuhi kebutuhan anak-anak, seperti, menggambar bersama, membuat puisi, membuat lirik dan musik, menghafal quran, becanda.

3. Menyiapkan anak lebih mandiri:

Seperti, mengaji dan shalat bersama, melibatkan anak-anak merawat rumah, dan memasak

4. Menyusun tulisan-tulisan di blog untuk dibukukan

5. Menyusun rencana pameran tunggal

6. Kolaborasi Live IG baca buku mingguan bareng Ayah

7. Menghindari lingkungan yang menyebabkan melukai diri 


Jadi tahun ini berjalan tanpa resolusi, hanya meletakan diri sesuai kapasitas sambil terus menerus diperbaiki dan terus menerus mengasah "asset" yang dimiliki dengan kecepatan lari marathon. Pelan tapi terus, lama-lama akan sampai pada yang kita inginkan atau bahkan melampaui pada apa yang kita rencanakan, Saya percaya, apa yang dilakukan dengan hati akan sampai pada orang-orang yang memang membutuhkan. Setiap kata, setiap langkah, akan bertemu dengan lingkungan yang satu ritme, satu vibrasi.

4 komentar:

  1. Ga ada salahnya sih memang hidup tanpa resolusi , apalagi di masa sekarang yg mana pandemi blm usai, ekonomi blm berjalan normal. Aku bisa maklumin banget. Krn beberapa bisnis tergantung dr situasi ekonomi.

    Yg penting pokoknya, mengikuti arus dulu ya mba, dan mengerjakan sesuatu yg memang jd passion kita :)

    BalasHapus
  2. Tahun 2020sampai saat ini adalah tahun paling sulit, resolusi nya adalah agar semakin kuat, sehat dan selamat. Tak ada rencana jangka panjang/pendek. Duh kok malah curhat 😁

    BalasHapus
  3. Tahun 2020sampai saat ini adalah tahun paling sulit, resolusi nya adalah agar semakin kuat, sehat dan selamat. Tak ada rencana jangka panjang/pendek. Duh kok malah curhat 😁

    BalasHapus
  4. Tahun 2020sampai saat ini adalah tahun paling sulit, resolusi nya adalah agar semakin kuat, sehat dan selamat. Tak ada rencana jangka panjang/pendek. Duh kok malah curhat 😁

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv