Program Seduh Goceng di Kopi Dewa Meluaskan Wawasan Perkopian

Suasana di Kopi Dewa, seduh dan bincang kopi.
Foto: Ima
Pertemuan dengan Restu-Uge dari Kopi Dewa sekitar tahun 2016, seperti mempertemukan pengetahuan kopi yang tertimbun lama dalam lautan. Setiap jeda seperti dipersiapkan untuk sebuah pertemuan lalu kembali menyambung dan menumbuhkan berbagai elemen. Sebelum bertemu mereka, saya hanya menikmati kopi tanpa tahu pernak pernik di dalamnya. Lalu saya pun mulai diajaknya untuk mengenal satu persatu rasa kopi dengan menggunakan berbagai alat-alat seduh. Bereksperimen memandukan berbagai jenis kopi dengan tingkatan suhu air, jenis kopi, jenis sangrai, hingga tingkat giling kopi. Sangat menyenangkan. 

Di komplek perumahan Bahagia Permai Raya Margacinta, lokasi Kopi Dewa tumbuh berkembang. Disana kita bisa menikmati kopi dari berbagai pegunungan. Untuk menikmatinya, kita bisa minta diseduhkan dengan alat-alat manual brew ataupun mesin kopi yang tersedia. Meski tersedia mesin kopi, di ruangan itu kita seperti masuk ke dalam museum alat olah kopi. Mulai dari alat roasting rumahan, pembuatan kopi espresso dengan rok presso, moka pot dan mesin listrik canggih, alat-alat seduh seperti V60 dengan berbagai warna, Vietnam Drip, French Press dan sebagainya. Kamu tinggal pilih mau mencoba menyeduh jenis kopi olahan seperti coffe lattee, es kopi, cappuccino, espresso, javanese. 


Kopi yang diseduh V60 lalu ditambah es.  Ini, segar!
Foto: Ima

Dengan persediaan alat seduh kopi di Kopi Dewa, kamu boleh mencoba alat seduh yang kamu mau. Cukup mengeluarkan goceng kamu bisa seduh sendiri, seruput rame-rame lalu cuci sendiri. Program #SeduhGoceng ini menarik sekali, kita bisa menentukan jenis kopi, menggiling kopi, menggunakan alat seduhnya untuk membuat kopi yang kamu mau. Sehingga, selain bisa menikmati kopi segar, kita mendapat pengalaman seduh kopi dan tips-tips menyeduh yang tepat.

Sebetulnya hal yang menarik dari #SeduhGoceng di Kopi Dewa selain menyeduh itu sendiri, kita dapat pengetahuan dan cara-cara tepat menyeduh kopi. Jadi kalau kita punya alat seduh tapi tidak bisa menggunakannya atau tidak punya alat seduh tapi ingin mendapatkan pengalaman menyeduh sendiri. Kopi Dewa menyediakan semua alat yang kita mau coba dan mereka siap memberi pengetahuannya. Kita bisa berbincang tentang kopi dari hulu ke hilir hingga diskusi memperlakukan kopi yang baik.

Disana saya mencoba membuat coffee latte dari mulai memilih jenis kopi, menakarnya, menggiling, lalu mulai membuat latte art meski hasilnya berantakan.  Meski hasilnya berantakan, saya senang, saya tidak seperti orang asing, karena bisa belajar langsung melalui orang-orang yang mengenal seluk beluk dunia perkopian. 



Begitu masuk dan bertemu dengan orang-orang Kopi Dewa, saya menemukan ruang bincang, ruang yang membuat saya lebih terbuka pada pergerakan dunia kopi. Kalau dalam posisi seperti ini, saya jadi ingat bahwa ilmu yang kita miliki itu hanya setetes dari lautan, semakin kita mempelajari sesuatu, semakin kita tidak tahu apa-apa karena ada saja pengetahuan baru yang kita temukan dari proses mempelajarinya.

Proses awal pertemuan dengan Restu-Uge dan “virus” manual brew yang ditularkannya, membuat saya pelan-pelan mengumpulkan beberapa alat seduh. Pertama yang saya punya adalah vietnam drip, meski tadinya kepayahan untuk menyeduh kopi dengan menggunakan alat ini. Karena seringkali bijinya ikut berjatuhan ke gelas hingga karakter rasanya mirip kopi tubruk. Beberapa kali dilatih-dicoba terus menerus, sampai akhirnya vietnam drip selalu jadi alat seduh favorit saya setelah V60. 



Lalu mulai beli V60, diawal-awal tahun ini saya sering kesulitan cari kertas saringnya. Sampai akhirnya menemukan kertas saring di supermarket yang kebetulan tidak jauh dari rumah. Itu pun kadang stoknya habis. Mulanya di supermarket itu tidak tersedia kertas V60 dan peralatan seduh kopi terbatas. Hanya tersedia beberapa item. Lama kelamaan, kebutuhan saya mulai terpenuhi dan beberapa item alat seduh kopi bertambah. Bisa jadi tingkat antusias masyarakat menyeduh kopi segar di rumah mulai meningkat.

Rupanya, beberapa tahun belakang ini, pengetahuan seduh menyeduh perkopian semakin terbuka. Banyak diantara kita yang kerap memberikan edukasi tentang kopi Indonesia yang berkualitas dan perlakuan cara menyeduh kopi pun semakin bertambah. Tak hanya orang-orang yang senang berbagi pengetahuan tentang kopi, tapi bermunculan pula orang-orang yang melek kopi dan mau mempelajarinya.

Mencoba seduh pakai V60 lalu dianalisa rasa oleh Restu.
Foto: Agil

Kesadaran itu bisa jadi hadir atas edukasi yang terus menerus. Baik event lomba seduh kopi yang dilakukan oleh penggiat kopi yang memancing banyak komunitas. Pemerintah menangkap geliat ini dan melihat potensi kopi di tengah masyarakat. Hingga akhirnya pemerintah pun ikut mendukung dengan mengadakan event rutin dan membuka berbagai peluang yang bisa meningkatkan potensi kopi dari hulu ke hilir.

Bertahun-tahun kita dimanjakan oleh kopi dengan bentuk kemasan dengan takaran rasa yang terukur. Namun berdasarkan pertumbuhan dan studi kopi semakin berkembang. Pergerakan sosial kebudayaan 'ngopi' ditandai dengan era semaraknya warung kopi di berbagai tempat dengan berbagai konsep.  Kondisi ini menyebabkan komunikasi lintas budaya melalui media kopi.  Dimana konsep menyeduh kopi segar dengan cara seduhnya, dapat memberi pengaruh pada ruang hidup kopi yang selama ini seolah terpendam dan diisolasi atas nama praktis yang dibalut modernisasi.

Masyarakat Indonesia setiap hari semakin terbuka dengan adanya media pendidikan di bidang kuliner. Masyarakat semakin sadar kapasitas potensi alamnya dan pengaruh hasil tani kopi yang mempunyai pengaruh kuat pada ekonomi-budaya. Mulai dari perlakuan pada saat menanam dan memeliharanya hingga bagaimana menikmatinya dengan tepat. Kopi Dewa menjadi salah satu yang konsisten dan terus bergerak menularkan ilmu perkopian hingga menjadi pro aktif meningkatkan perputaran ekonomi yang terkait di dalamnya. Dari petani hingga penjual akhir. 

Helow! Lagi bareng Restu.
Foto: Ima

Buat saya, kopi tidak sekadar menuangkan beberapa sendok bubuk kopi lalu diseduh dengan air panas. Selain proses panjang kopi beserta sejarahnya, kopi kerap membangun ingatan masa kecil yang berkilauan, proses meracik rasa, menyusur sabar dan memaknai tiap jeda.

Bicara kopi selalu membangun ingatan masa kecil, ruang-ruang hidup penuh canda bersama kakak-kakak. Rasa tentram yang tak terbeli. Tak hanya itu, kopi akan membawa saya pada dongeng naga yang diceritakan Abah di pagi hari sambil menyeruput kopi tubruk yang wanginya masih tercium sampai sekarang. Kilau pagi dan panas kopi yang dikucurkan ke pisin, lalu diseruput pelan-pelan. Mata Abah yang penuh cinta dan hangat pada anak-anak.

Kopi tidak sekadar meredakan lelah, tapi lebih dari itu, dalam tiap seduhan menumbuhkan berbagai perbincangan setiap masa yang bisa mengelola jiwa: tawa dan membangun hidup lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv