Art Therapi Bareng Santri Darul Iman Pandeglang

Foto: Ustadzh. Neng Beth.
Darul Iman 2024

Karya-karya ini merupakan sebagian buah tangan dari 150 santri-santri Pesantren Terpadu Darul Iman yang ikut acara workshop.  Saya senang sekali bisa membagikan teknik menggambar ini menjadi kegiatan yang bermanfaat buat mereka.  


Bahagia sekali melihat hasil karya mereka meski lewat foto, katanya mereka antusias dan gembira dalam proses menggambarnya.


Art Therapi

Ramadhan hari ketiga kami berdua menjadi nara sumber acara Gebyar Ramadhan 1445 H di Pondok Pesantren Darul Iman Pandeglang (Banten).  Saya sama Ayah (mereka memanggilnya Ustadz Nung) mengisi materi Terapi Healing dengan Menggambar untuk para santri di pondok pesantren tersebut.  Buat saya ini pengalaman pertama menjadi pemateri di bidang seni rupa.  Sementara aktifitas Ayah sebagai pengajar terapi seni rupa untuk anak-anak berkebutuhan khusus.  Seperti dyslexia, autis, gifted, dll.


Saya sendiri membuat projek kecil-kecilan pada tahun 2019 sebagai objek terapi untuk diri sendiri tepatnya dari awal pandemi.  Biasanya saya membuat jurnal dalam bentuk catatan di blog pribadi.  Namun kali ini menambah aktifitas menggunakan seni rupa sebagai terapi melepaskan diri atau berdamai dengan masa lalu, menyembuhkan luka batin, maupun ingatan buruk di masa lalu.  Tidak terasa proses tersebut telah menghabiskan beberapa sketchbook, note book, kanvas.  Ternyata dengan konsisten, proses ini membuat saya ikut terlibat dalam beberapa acara pameran seni rupa.

Mungkin persepsi sebagian orang kesannya berlebihan, tapi luka batin juga sama seperti luka fisik sama-sama harus diobati.  Bahkan buat sekelompok  orang, luka batin harus ditemani orang ahli agar dapat mencari solusi mengatasi hidupnya dengan tepat. 


Terus terang, saya terkejut diundang oleh adik kami, Ustdzh. Neng Beth & Ustd.Dede Permana.  Kami diundang terlibat jadi nara sumber acara seni rupa sebagai Terapi Healing.  Kami berdua mengatasi persoalan batin kami dalam menghadapi proses pengobatan panjang dengan memelihara kegiatan yang membuat hati gembira.

Ayah pernah 5 tahun sakit (tidak bisa beraktifitas normal dan bekerja), untuk mengatasi kegelisahan hati dan respon tubuh yang tidak enak dengan melakukan kegiatan menggambar.  Begitupun saya, terus merawat mental aku yang naik turun karena harus merawat suami yang sakit, Ibu dan dua anak yang masih kecil.  Lanjut sekarang merawat diri sendiri yang sedang pengobatan sebagai survivor kanker payudara.
 

Suasana Menggambar

Karena posisi kami di Bandung, jadi materi menggambar dilakukan dengan online.  Teman-teman santri bersiap di aula, sementara kami bersiap di studio gambar.  Materi yang Ayah sampaikan neurographic art sementara saya zentangle art. 


Dua materi tersebut beririsan, berupa teknik menggambar yang melatih fokus dan memberi efek meditatif.  Bermain garis dan motif sederhana yang bisa menghasilkan karya seni.  Media yang dibutuhkan hanya dua, kertas HVS ukuran A4 dan spidol hitam.  Media dipilih paling mudah didapatkan dengan efek yang sama dan menghasilkan art.   

Meskipun jarak jauh, Ayah bisa mengajarkan teknik gambar ini setahap demi setahap.  Memperkenalkan  teori seni rupa sederhana, mulai dari bermain titik dan garis dilengkapi dengan bercanda.  Ayah kemudian mengenalkan teknik gambar neurographic art.
 Santri kemudian mendapat instruksi untuk membuat titik, lalu menyambungkan satu titik pada titik lain.  Membuat garis yang meliuk-liuk mengikuti kata hati, tanpa perlawanan pada diri sendiri, lepaskan rasa kesal, marah, sedih tanpa takut salah.  Terus dilakukan sampai merasa cukup.


Selesai membuat garis yang meliuk-liuk, Ayah mengintruksikan membuat lengkungan diantara pertemuan dua garis.  Tiap sudut yang tajam dibuat lengkungan.  Hampir semua merasa “terjebak” karena banyak yang setiap lingkarannya menghasilkan sudut tajam yang banyak. 

Sambil membuat lengkungan pada tiap sudut, Ayah mengajak untuk refleksi bahwa betapa banyak pikiran kita, kemarahan, kesedihan, beban.  Tidak apa-apa.  Kita lembutkan dengan lengkungan pada tiap sudutnya.  Perlahan semua memperbaiki sudut-sudut tajam itu.  Selesai membuat lekukan, materi dilanjutkan pada saya.

Saya sendiri melanjutkan materi yang sudah dikenalkan oleh Ayah.  Saya melanjutkan bermain motif atau saya mengenalnya zentangle art.  Saya sedikit mengenalkan tentang aktifitas harian membuat jurnal healing dengan membuat gambar dengan teknik zentangle art di dalam sketchbook dan kanvas.  Teknis gambar ini ada juga yang menyebutnya doodle, vignette dan membatik. 

Setelah sedikit mengenalkan, saya instruksikan untuk melanjutkan mengisi ruang-ruag kosong pada neurographic art yang sudah dibuat bersama dengan zentangle art.  Sebelum mengisi ruang-ruang kosong itu, saya mengenalkan 3 motif.  Lalu dipraktikan dalam kertas yang lain.   Instruksinya, kami membuat kotak sama sisi dahulu, lalu menggambar sebuah bentuk yang diulang-ulang.   Hasilnya bentuk yang berulang-ulang itu jadi karya yang menarik.  Setelah latihan membuat 3 jenis motif, motif-motif itu dipindahkan ke ruang-ruang kosong pada neurograpchic art yang dibuat bareng Ayah Holis.

Menggambar motif berulang-ulang ini menjadi momen meditasi dan melatih fokus.  Buat saya sendiri, membuat motif yang berulang-ulang ini menenangkan dan sulit dihentikan.  Pikiran kita jadi fokus, masalah seperti terulai begitu saja.  Lebih tenang dan pikiran tidak liar kemana-mana.  Sambil memberi motif pada ruang-ruang kosong itu, saya ingatkan bahwa jangan takut salah, setiap garis itu unik. Kalau merasa kurang lanjut saja, nanti juga jadi bagus.  Jangan membandingan karya diri sendiri dengan orang lain, setiap yang kita bikin unik. Ukuran motifnya bisa kecil-bisa besar, bebaskan saja. 


Karena proses memberi motif ini merepetisi bentuk, jadi kita bisa sambil dzikir, shalawat.  Tidak terasa menyelesaikan satu media gambar bisa sambil shalawat 100 kali bahkan lebih mungkin.  Karya dapat, ibadah mengingat Allah juga dapat.  Selesai menggambar, Ayah menginstruksikan untuk mengangkat gambarnya ke atas.  Seru sekali. 

Diantara proses menggambar itu, Ustzh. Neng Beth mengirimkan suasana proses menggambar para santri ini.  Haru sekali melihat mereka antusias dan menghasilkan karya yang menarik. 

Alhamdulillah, pagi yang menyenangkan bisa berbagi teknis gambar yang sederhana ini.  Semoga bermanfaat dan memberi energi untuk terus semangat berkarya dan semangat mencari ilmu. 


Bandung, 19 Maret 2024
Ima

Sumber Foto: Ustdzh. Neng Beth

1 komentar:

  1. Hai Mba ima... Salut sekali dengan kegiatan terapi bersama anak2 santri ini. Saya jadi tahu motif neurographic dan zentangle skr. Dan kayaknya jadi mau mencoba.

    Buat saya proses menggambar, mewarnai, doodle dan seni lainnya memang bisa menjadi healing terapi. Saya sendiri lbh suka mewarnai. Rasanya kalo udh jenuh dan mulai mewarnai gambar2 di buku dengan berbagai macam warna , jadi tenang dan fokus juga. Lalu puas melihat warna2nya. Tapi sesekali saya juga mau mencoba doodle seperti yg mba buat ini

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv