Merayakan Pensil Alis


Bulan-bulan ke belakang ini aku berhasil membuat alis mata.  Aku si paling sulit pakai make up, akhirnya harus bersikap manis pada pinsil alis akibat alis mata rontok efek kemoterapi.  Buat sebagian orang, memakai pensil alis menjadi rutinitas yang biasa dan menyenangkan.  Tapi buat aku menggunakan pensil alis perlu pembiasaan baru dan adaptasi yang tidak sebentar. 


Awalnya agak repot juga karena kemana-mana harus merapikan alis, kena wudhu alisnya hilang, tak sengaja bersihkan keringat membuat bentuk alis berubah.  Sempat kesal juga sampai harus menenangkan diri membentuk alis yang pas dan rapi.  Karena bentuk alis yang berbeda membuat kesan wajah yang berbeda.  Kadang merasa asing dengan wajah sendiri.


Mau tidak mau, aku terus mencoba, latihan, mencari referensi, sampai akhirnya mencari foto aku yang masih ada alisnya.  Sejak itu aku patuh pada bentuk alis yang sesuai kodrat.  Lumayan, agak sedikit mengembalikan wajahku yang dulu.


Melalui bantuan si pensil alis disadarkan bahwa, bulu alis yang kecil ini sudah didesain sama Allah secara dan proporsional.  Begitu detil, begitu rapi.  Dulu aku selalu ingin punya alis tebal dan bagus seperti punya orang.  Sementara aku segaris.  Tapi ternyata ketika  alis aku rontok, wajahku jadi aneh dan disadari alis yang nempel di wajahku sudah sesuai bentuknya.  Baik secara ukuran maupun bentuknya. Kalaupun ingin dibentuk-bentuk dalam bentuk yang lain maka harus mengubah detil hidung, bibir, warna pipi juga. 




Kalau dulu sempat berkeluh karena bentuk alis, sekarang tidak lagi agar tidak double keluh.  Rugi dong!  Aku akhirnya memutuskan small celebration-bersenang-senang dengan membeli pensil alis yang menarik dan enak digunakan.  Memilih untuk menikmati penggunaan pensil alis, dibawa kemana-mana, menghadiahi diriku sendiri membeli pensil alis yang aku suka. 


Berkaitan dengan small celebration, situasi kecil, langkah-langkah kecil yang dilakukan setiap detik-menit harus diapresiasi dengan penuh syukur.  Sehingga proses pencarian, pergolakan batin, melewati ketidaktahuan itu membuka jalan hikmah yang sampai pada proses menerima, berserah dan menikmati proses pembelajaran jadi ilmu hati.


Karena kalau Allah memutuskan proses kita mendapat hasil yang sesuai kita harapkan atau sebaliknya tidak sesuai kita harapkan, ternyata kedua situasi ini harus kita syukuri.  Karena semua situasi yang diputuskan Allah SWT cara Allah merawat kita agar hidup kita lebih baik.  Katakanlah untuk saat ini proses tumbuh rambut alis dan rambut kepala pelan sekali tumbuhnya/tidak merata.  Tapi dengan proses ini aku punya keahlian baru yaitu menggunakan pensil alis, tidak kagok lagi kalau lihat orang lain menggunakan pensil alis lebih dari itu lebih menghargai bentukan diri apa adanya.


Sering kali kita mengabaikan kemudahan yang dianggap kecil di tengah persoalan yang terlihat besar.   Dengan kita berhasil melewati satu persatu jalan dengan tujuan menyelesaikan masalah, sama dengan keberhasilan yang patut dirayakan.  Dirayakan di sini bukan berarti harus dibeli melulu dengan uang, tapi perayaan dengan melakukan aktifitas yang membuat bahagia menjadi situasi yang patut dirayakan.


Seperti tahun lalu ketika aku harus melewati fase biopsi untuk mendapatkan hasil patologi.  Seminggu setelah operasi rasa linu, nyeri masih ada.  Ada tekanan sedikit, tidak enak sebadan-badan jadinya banyak istirahat, tidak banyak aktifitas.  Tapi karena kesal, aku coba cuci gelas, ternyata langsung ada reaksi nyeri dibagian bekas operasi.  Keterbatasan aku mencuci menyadarkan aku bahwa tenaga dan proses merawat rumah yang selama ini aku lakukan kurang dapat apresiasi dari diriku sendiri.  Aku anggap biasa, semua orang bisa melakukannya, atau bahkan berkesan sering mengatakan hal yang jelek sama diri sendiri.  Tapi ternyata dalam keadaanku yang serba lemah dan terbatas, menyadarkanku bahwa ternyata hidup aku selama ini bermanfaat. 


Sekarang ini aku selalu mendengar tubuhku sendiri, memberi waktu istrahat pada tubuhku sendiri, mengajak dialog untuk memberi kebahagiaan pada diriku sendiri bahkan meminta maaf, mengajaknya berkegiatan yang bikin makin bagus dan menyenangkan.  


Kalau dulu ketika rumah berantakan, cucian menumpuk muncul rasa bersalah dan khawatir kalau rumah berantakan.  Takut sekali dengan komen orang yang mampir ke rumah.  Sekarang aku sesekali memberi waktu toleran pada diriku sendiri ketika rumah masih berantakan sementara aku harus menyelesaikan gambar, baca buku, juga menulis tanpa merasa bersalah ketika gelas piring belum dibersihkan. Karena nanti juga ada waktunya dibersihkan semuanya.


Ketika aku sakit ada beberapa buku yang aku baca.  Kunci sehat badan bermula dari menjaga tingkat stress dan mengelola pola pikir aku dalam menghadapi berbagai situasi.  Sekarang pelan-pelan menjalani apapun tanpa rasa beban.  Badan juga suka muncul alarm-nya, ketika pikirannya mulai tidak terkendali akan muncul reaksi tak nyaman dari tubuhku.  Jadi sekarang lebih banyak ruang pemaafan pada diri sendiri, ruang terima kasih dan berusaha mindfull pada kegiatan yang aku lakukan. 


Makin kesini banyak kejadian yang mengajarkan, sebetulnya setiap detil kejadian perlu disyukuri.  Rasa bahagia itu ada bahkan sangat dekat sama aktifitas sehari-hari.  Situasi yang terjadi, lingkungan terdekat dan menerima fisik apa adanya.  Ini rasa syukur tea yang kalau dulu sering dicuekin dan disadari belakangan.  


Dulu aku selalu mengira bahwa kebahagiaan itu tercapai cita-cita, kembali sembuh dari sakit, mendapat apa yang diharapkan, kerja di tempat impian, intinya tercapai sesuatu. Tapi sekarang beda, tepatnya setelah mengalami situasi yang betul-betul butuh berserah penuh pada Allah SWT, ternyata kebahagiaan itu menerima dan menikmati situasi apapun sekalipun kita sedang dalam lapang dan sempit.  


Ima

0 komentar:

Posting Komentar

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv