Pameran Komik dan Foto Kopi Flores di Filosofi Kopi Braga

Pameran grafis komik Beng Rahardian
di Filosofi Kopi Braga Juli 2024. Foto: Kang Holis.

Di beranda instagram muncul postingan Beng Rahardian komikus Mencari Kopi Aceh sedang ada di Filosofi Kopi Braga. Braga? Pikirku. Oh, di Braga ada Filosofi Kopi, ya? Sudah lama juga saya tidak melihat postingan dari komikus ini. Rupanya Beng Rahardian tengah hadir dalam acara Pameran komik dan fotografi yang berlangsung di Filosofi Kopi. Dalam acara itu seperti tengah bincang-bincang kopi dan ada sesi sketsa bareng. Seru sekali.

Karena ingin lihat langsung, jadi saya ajak suami, Kang Holis, untuk ngopi bareng sekaligus mengapresiasi karyanya di Filosofi Kopi Braga yang terus berlangsung hingga tanggal 11 Agustus 2024. Berhubung sekarang saya si manusia pagi, jadi kami ngopi pagi menjelang siang. Berangkat dari rumah (daerah Setiabudhi) jam 09.00 WIB. Saya selalu suka keluar rumah jam segitu, karena mataharinya lagi hangat-hangatnya, suhu dingin, angin yang masih terasa lembut dan semua terlihat bening.



Tidak seperti hari Jumat-Minggu ditambah waktunya lewat dari jam sibuk, perjalanan dari Setiabudhi ke Braga lancar. Di daerah Braga juga sepi, tenang tidak hiruk pikuk berdempetan seperti hari Jumat-Minggu. Suasana Bandung rindang-hening-bening yang rindukan selalu saya dapatkan pada jam 09.00-11.00 WIB pada hari-hari sekolah dan jam kantor.

Hanya memakan waktu sekitar 15 menit, kami tiba di Filosofi Kopi. Rupanya lokasinya satu bangunan dengan Simpul Space tepat seberang gedung Sarinah. Sekadar info, karena lokasi Braga ini kalau dari Jalan Naripan yang belok kiri satu arah ke kiri, kalau yang belok kanan dari arah Naripan juga satu arah ke kanan. Kalau salah belok, memutar jalannya lumayan juga harus balik lagi ke Jalan Lengkong. Kalau kamu lewat jalan Asia Afrika, bisa berhenti di Museum Asia Afrika, atau di Gedung Kimia Farma, terus jalan kaki menuju Jalan Braga. Hanya lewat 3 bangunan, ketemu lokasi Café Filosofi Kopi. Sejajar dengan Gedung Majestic.

Logo Filosofi Kopi yang ikonik pisan mengantung di dekat pintu masuk, akrab di mata karena sudah diperkenalkan dari versi novel, film, serial di youtube. Akhirya sampai juga kami dapat menikmati si energi kopi khas Filosofi Kopi di café-nya langsung.


 
Kami berdua masuk ke ruang yang luas dengan langit-langit yang tinggi. Bangunan peninggalan Belanda dipadu dengan pembenahan bagian langit-langit dengan rangka besi yang berkesan makin luas dan kokoh. Meja seduh kopi ada di tengah. Disekeliling meja seduh kita bisa memilih kursi untuk duduk-duduk. Bisa di dekat jendela, samping dinding yang dipenuhi lukisan atau di belakang ada wilayah tempat ngumpul, bahkan halaman belakang.

Selesai pesan kopi, saya dan Kang Holis jalan ke belakang menuju display pameran. Di partisi tengah, kami mendapatkan tempelan infografis yang menggambarkan perjalanan Beng Rahardian sebagai Filosofi Kopi menuju Flores. Mereka diantaranya: Kang Seduh, Kang Foto, Akamsi.



Perjalanan yang “kaya”, karena dari grafis dan cerita yang dipaparkan Beng Rahardian, buat saya si pembaca jadi ikut terbawa melihat berbagai keindahan alam, mengenal budayanya, kepercayaanya, juga bagaimana masyarakat adat Flores menjaga hutannya. Melihat dari foto-foto yang ikut dipamerkan dan gambar si pencerita, membuat saya ikut masuk pada proses perjalanan dan imajinasi suasana Flores yang masih terjaga kondisi alam dan bangunan rumahnya.

Melalui gambar-gambar dan foto-foto tersebut, terlihat kelekatan masyarakat Flores dengan adat yang turun menurun, para perempuan yang menenun, suasana malam yang hening tanpa lampu dan sinyal telepon, kedekatan alam dan manusia yang hadir begitu nyata. Di tengah harmonis alam dan masyarakatnya terdapat pohon kopi yang kini kita nikmati di gelas kita di berbagai belahan bumi.

Melalui Pameran Kopi Nusantara di Filosofi Kopi, kita jadi ikut diajak untuk membaca kembali asal kopi yang kita seduh dan sejarah panjang yang menghadirkan kopi Flores.



Buat saya yang memiliki buku Mencari Kopi Aceh yang saya dapatkan pada tahun 2016,memberi kejutan dengan hadirnya kisah perjalanan Mencari Kopi Flores dalam bentuk grafis. Saya yang sehari-hari tinggal di sudut kota dengan percapuran budaya dan gaya hidup urban, seperti diingatkan kembali bahwa apa yang kita makan-minum tidak lepas dari kebajikan alam.  

Pun mata tersentuh pada gambar sepasang kekasih yang digambarkan Soekarno dan Inggit Garnasih di masa pembuangan ke pulau Ende.  Seolah-olah melalui pameran grafis dan fotografi tentang perjalanan Mencari Kopi Flores ini, kita disadarkan untuk bertanya pada diri sendiri: Apa arti Indonesia bagimu?


Apa arti Indonesia bagimu? -Inggit Garnasih


Dari pameran ini saya hanya menemukan tumpukan buku Mencari Kopi Aceh, tapi tidak menemukan buku Mencari Kopi Flores. Jadi tidak sabar menunggu kabar pameran grafis ini dibukukan agar membacanya lebih asik dan tentu jadi referensi sejarah kopi mengenalkan Flores dan sejarah Indonesia pada pembaca.  

2 komentar:

  1. Duuuuh menariiiik banget mbaaa😍😍. Aku pun suka kopi2 di filosofi kopi ini. Tapi belum pernah lihat yg sekalian dengan pameran segala. Apalagi lihat karya2 nya dalam bentuk foto juga ada cerita yg diselipkan, aku pasti bakal baca semuanya sih. 😍😍. sayang banget ga bisa ikut hadir kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallooo Kak Fanny... Pameran di Filosofi Kopi masih lama dan gak di Braga aja, tapi serentak di Filkop Jakarta, Jogja, Bandung.

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv