ITB Press Terbitkan Buku Cerita Anak Aku dan Alam Semesta

“Mah, mau dibacain buku.” Rengek anak saya setiap mau tidur.

“Buku yang tadi, Bayan simpen dimana?” Bayan pun segera lari menuju buku yang ia letakan di sofa.

“Ini, kan, Mah?” Sambil mengambil buku, dia berlari menuju kasur.

“Ayo, kita baca.” Dia pun mengatur posisi, begitupun saya. Halaman pertama mulai dibacakan,

”... Kita bisa menyampaikan apapun keinginanmu pada bintang kejora,” Bayan langsung memotong.

“Iya gitu, Mah?”

Saya segera menjawab,

“Tunggu, belum selesai, nih, ada penjelasannya,” Saya membacakan terusannya,

”Bintang kejora namanya, ia akan menyampaikan pada Allah, Pemilik dan Pencipta alam semesta itu, semua keinginananmu.” Bayan matanya melihat langit-langit, entah apa yang ada dalam pikirannya. Tapi dia menyimak begitu serius.

Foto: Ima

Buku cerita anak yang saya bacakan itu judulnya Aku dan Alam Semesta yang ditulis oleh De Laras. Bentuknya persegi panjang dangan jenis kertas berwarna buram, ringan, saya dapatkan waktu acara peluncuran buku anak di Gedung Serbaguna Perpustakaan ITB.

Buku cerita anak ini rupanya diterbitkan oleh ITB Press, itu akhirnya saya mengerti alasan tempat peluncuran bukunya diadakan di Perpustakaan ITB. Biasanya, ITB meluncurkan buku non fiksi, kali ini dia menerbitkan fiksi dengan gendre anak-anak. Oleh karena itu, acara diskusinya menarik disimak sehingga ITB Press tertarik menerbitkan buku tersebut.

Tepatnya hari Sabtu sore tanggal 30 November 2019 menarik perhatian saya. Ada alasan kuat untuk datang ke acara ini, karena ilustrator buku tersebut salah satu blogger juga seniman gambar. Rasa penasaran itu tertuntaskan, saya mendapatkan buku cerita anak dengan gambar-gambar yang terasa dekat dan hangat. Dari buku yang dipajang di acara tersebut langsung mencuri hati. Saya lihat lembar demi lembar muncul rasa yang mendesir, setiap gambar seperti melangkum setiap cerita dalam buku tersebut. Ada yang tidak biasa, saya seperti harus punya buku tersebut.

Dalam acara peluncuran buku ini hadir 5 orang pembicara. Penulis buku Aku dan Alam Semesta yaitu De Laras atau Diadjeng Laraswati Harindyani, Edi Warsidi sebagai editor, ilustrornya buku Tanti Amelia, pembahas buku ini ada Ali Muakhir dikenal sebagai penulis buku-buku anak dan Bapak Arif Arianto perwakilan dari para ahli.

Suasana diskusi di ruang serbaguna Perpustakaan ITB.
Foto: Ima

Perbicangan dari proses kreatif penciptaan buku ini menarik dan membuka sisi lain dari proses kreatif pembuatan buku anak. Saya mendapatkan orang-orang yang terlibat dalam buku ini mempunyai idealisme tinggi. Chemistery antara penulis dan ilustrator terbangun bagitu manis. Mereka dipertemukan sama-sama suka dunia menulis dan hobi menggambar sehingga bisa membawa mereka ke Malaysia untuk sebuah event drawing.

Tak hanya hubungan baik dengan sang ilustrator, De Laras pun melakukan diskusi yang intens dengan para pakar astronomi yaitu Bapak Prof. Bambang Hidayat. Langkah ini sebagai upaya memperkuat konten cerita yang mempunyai dasar ilmiah. Karena sebagai ceritanya menceritakan tentang jarak dan berbagai faktor alam yang punya perhitungan ilmiah. Tapi sore itu beliau berhalangan hadir sehingga Bapak Arif Arianto mewakilinya.

Bapak Arif memberi pandangan yang menarik tentang buku cerita ini. Dia mengatakan bahwa tema buku cerita anak terbitan ITB Press ini sebuah langkah unik untuk mengenalkan ilmu pengetahuan dengan mudah dipahami oleh anak-anak bahkan remaja. Karena tujuan dari ITB Press adalah untuk menerbitkan buku-buku yang mendukung pendidikan. Dari salah cerita pendek Aku dan Alam Semesta, salah satu yang beliau soroti tentang menjelaskan jarak bintang di langit dari bumi dengan bahasa yang ramah dan mudah dipahami. Bagaimana sosok Ayah menjadi wadah dialog menyenangkan buat anak-anak yang senang bertanya tentang kejadian alam.

Di dalam buku anak ini, terdapat 10 cerita pendek dengan tema-tema yang sarat pengetahuan. Mulai tentang angkasa, situasi sosial dan budaya lokal di Indonesia. Kita seperti diajak berjalan dari satu ruang ke ruang hati yang hangat dan menakjubkan tentang kehidupan.

Buat saya, buku ini mengajak anak-anak untuk kritis dan menyadari hal-hal yang ada disekitar kita yang begitu menakjubkan. Bahwa kita bagian dari kehidupan dari alam semesta yang luar biasa. Tak hanya untuk anak-anak, buku anak ini menjadi media kontemplatif pembelajaran bagi orang tua untuk lebih dekat dengan anak. 

Tampilan buku Aku dan Alam Semesta karya De Laras.
Foto: Ima

Saya merasa buku cerita karya De Laras ini menyentuh sisi hangat sebuah komunikasi keluarga. Keluarga menjadi sumber ilmu pengetahuan, khususnya antara ayah dan anak. Pertanyaan anak menjadi celah si ayah untuk menularkan kisah-kisah tentang alam semesta menjadi nilai-nilai iman, sosial, budaya dan toleransi. Sehingga selain mendapatkan kisah menarik tentang lingkungannya, peran ayah membukakan jendela hidup bagi si-Anak.

Dalam diskusi ini De Laras menjelaskan, setiap dia menulis cerita, yang terbayang adalah sosok dirinya waktu kecil dengan sang Ayah. Cerita-cerita itu lahir dari bagaimana interaksi dia sewaktu kecil dengan Ayahnya. Mungkin itu sebabnya, masa lalu penulis memberi pengaruh yang banyak dalam buku cerita anak Aku dan Alam semesta. Setiap lembar penuturan kisah ini terasa begitu hangat dan dekat. Buat saya yang tidak dekat dengan Ayah, saya ingin bisa mempunyai hubungan yang baik dengan anak-anak. Buku ini menjadi pelajaran besar buat saya. Saya selalu mendapati, termasuk buku cerita anak karya De Laras, tidak hanya membuka wawasan si-Anak tapi juga mendidik orang tua bersikap pada Anak.

Buku cerita anak pada umumnya kerap didominasi dengan ilustrasi atau gambar yang menguatkan isi cerita. Begitupun di dalam buku ini, kita akan mendapatkan 10 cerita pendek dengan tema beragam dan terdapat 40 ilustrasi karya Tanti Amelia. Dari sekian kisah yang dituturkan oleh De Laras, saya pun dimanjakan dengan gambar khas dan pulasan warna yang “bercerita”. 

Bersama Mba Tanti Amelia (kiri). 
Foto: Kang Ali Muakhir.

Mba Tanti pun menceritakan proses kreatif pembuatan karyanya ini. Dia membuat delapan puluhan alternatif gambar. Rupanya dari sekian gambar yang menurut dia belum utuh atau bahkan tidak terlalu dijagokan, justru itu dipilih oleh editor. Lalu ada gambar yang dibuat sebelum ceritanya selesai, penulis hanya minta sosok gambar dengan ciri-ciri tertentu. Situasi unik terjadi, ketika gambar diserahkan, penulis bisa menyelesaikan ceritanya.

Sesi diskusi dari acara peluncuran buku ini sarat ilmu proses kreatif menulis buku anak. Baik dari sisi penulis, ilustrator, editor, narasumber yang menjadi sumber cerita hingga bagaimana menjadi buku bisa dipetik manfaatnya oleh masyarakat luas.

1 komentar:

  1. Selamat pagi. Salam literasi. Senang sekali saya membaca review nya yang dalam banget. Sejak pulang dari acara, saya bertanya-tanya dalam diri, siapa ya nama mbak cantik dengan bola mata besar itu, ah terjawab sudah semalam. Terima kasih sudah hadir ya, sayang kita tidak foto berdua, tapi semoga sudah mendapat tandatangan di buku saya ya.

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv