20 Menit Sehari, Menggali Ingatan Menyenangkan

18 Juli 2018

Mulai sekarang saya akan mencoba menuliskan kejadian yang menyenangkan sekalipun sederhana. Niat ini dimulai begitu membaca tulisan berjudul Cara Membuat Bahagia di blog Rumah Inspirasi. Di dalam tulisan itu ada poin yang dibahas, yaitu The 20 Minutes Replay. Maksudnya, di poin ini kita diajak untuk menuliskan pengalaman yang menyenangkan biarpun kejadian sederhana dan ditulis kembali selama 20 menit. Saya rasa, langkah ini sangat menarik untuk dicoba. Dengan begitu, kesadaran saya mulai dialihkan pada ingatan-ingatan yang menyenangkan sebagai upaya memelihara pikiran dan hati. 




Proses ini dimulai ketika muncul pertanyaan di benak saya, “Kenapa ya ingatan menyedihkan selalu lebih melekat dibandingkan ingatan yang membahagiakan?” Ingatan itu seringkali muncul ketika ada tanda-tanda yang menyerupai situasi yang sama. Seperti mendengar alunan musik, wangi tertentu, suasana-suasana yang membangun pengalaman tertentu, dll. Lama-lama kondisi ini “menggangu” perasaan dan membuat lambung saya bermasalah. Beberapa hari lalu saya masuk IGD lagi karena keluhan yang sama: GERD.

Biasanya gejala yang timbul berupa gas yang penuh di lambung, kali ini dilengkapi dengan perih yang melilit sampai sulit jalan. Setelah ditangani, dokter jaga bilang,”Biasanya keluhan seperti ini, 40% dipengaruhi oleh faktor hormon.” Begitupun dokter yang meng-endoskopy lambung beberapa bulan lalu, dia bilang,”Masalah utama Ibu ada di pikiran.”

Oke.

Saya harus cari cara untuk membuat pikiran saya mudah segar. Namanya hidup, ada senang ada sedih, kondisi hati bisa turun dan bisa naik, itu biasa. Tapi ada yang butuh waktu lama untuk bangkit lagi, ada juga yang sebentar saja dia bisa semangat lagi.

Seorang teman akupunturis bilang, katanya, orang yang punya masalah penyakit seperti saya biasanya “terlalu baik”. Maksudnya, saya seringkali tidak suka pada suatu hal tapi karena tidak enak untuk menegur atau menyampaikan pendapat akhirnya dibiarkan saja. Sampe akhirnya seringkali merugikan diri sendiri. Jangan-jangan ini bawaan dari Ibu saya, dia juga seringkali mengorbankan kepentingan pribadi untuk kepentingan orang lain. Sepertinya saya harus belajar cuek dan tidak terlalu memikirkan segala. Ya, ya, akan saya coba.

Akhirnya, saya iseng browsing bahan bacaan seputar bahagia. Bukan berati hidup saya tidak bahagia lho, tapi karena beberapa keadaan memang cukup membuat stress. Rasanya, setiap perempuan dewasa akan merasakan hal yang sama, apalagi kalau bukan masalah anak-anak, kebutuhan sehari-hari dan ingatan-ingatan masa lalu yang masih sulit dilepaskan.

Tadinya, saya ingin menuliskan suasana batin suasana sore yang kerap mengingatkan saya pada situasi di RSCM, semasa tinggal di Pandeglang maupun di Serpong (saat suami saya sakit). Tapi setelah membaca The 20 Minutes Replay, saya urungkan niat itu dan coba menggali ingatan-ingatan bahagia yang kerap dan mudah dilupakan. Saya mau coba projek ini sebagai upaya self healing dengan menggali ingatan bahagia dan menuliskannya selama 20 menit.

Kita mulai. Tarik nafas. Dimulai dengan bibir tersenyum. 





Satu.

Pagi tadi cuaca sangat cerah. Saya suka cerah dan udara pagi. Hari ini anak-anak mulai sekolah lagi setelah liburan yang super panjang. Liburan lebaran dan liburan sekolah.

Hal yang menyenangkan berita dari sekolah Aden yang masuk tanggal 16 Juli kemarin adalah, jam masuk Aden jadi jam 10.00 WIB, pulangnya jam 14.00 WIB. Sementara Bayan yang mulai Kelompok Bermain (Kober) TK B masuknya jam 09.00 WIB pulangnya jam 12.00. Nah, tapi karena masih pengenalan, jadi seminggu ini Bayan pulangnya jam 11.00 WIB. Kenapa menyenangkan? Karena saya punya banyak waktu untuk menyiapkan ini itu di pagi hari. Dari masak buat sarapan, belanja ke warung, menyiapkan bekal, menyiapkan sarapan, membuat air hangat untuk mandi, beres-beres rumah, mandi, mengatur waktu antar jemput Aden dan Bayan.

Karena masih pagi, matahari hangat sekali, membuat badan jadi segar dan pandangan mata lebih jernih. Setelah selesai antar Bayan ke Kober TK, saya kembali ke rumah untuk antar Aden ke sekolah SD dengan jalan kaki melewati kampus UPI yang rindang dengan pepohonan. Mudah-mudahan dengan jalan kaki, kondisi fisik saya juga semakin kuat.

Mungkin karena sudah lama tidak antar jemput anak, aktifitas ini jadi begitu memberi energi yang menyenangkan.

Dua.

Setelah libur panjang kondisi keuangan saya tidak begitu baik. Sementara hidup harus terus bergerak kan. Pelan-pelan saya mulai merancang usaha berupa warung kopi. Tapi kemudian terhambat masalah modal.

Oke.

Ketika mencari berbagai informasi di internet tentang seluk beluk dunia usaha, rupanya ada keponakan saya (Ulu) yang sedang “berlibur” di Ledeng. Saya fikir, dia bisa diajak buat bertukar pikiran, jadi saya ambil kesempatan ini buat ngobrol-ngobrol tentang usaha untuk kelangsungan hidup saya yang paciweuh pisan. Saya ungkapkan niat saya mau buka usaha dan minta pendapat dia tentang berbagai kemungkinan. Sampai akhirnya point yang saya dapat adalah:

1. Kalau mau bikin warung artinya saya harus menyiapkan mental. Sementara tanggung jawab saya kan banyak, ya, ngurus anak-anak, masak, beres-beres, ngurus suami kontrol ke rumah sakit, dll, dll (ga usah di ceritakan lagi, kamu engga bakal kuat, begitu kata Dilan). “Kalau buka usaha, artinya tanggung jawab Bi Ima akan bertambah. Nah, kira-kira siap ga?” Begitu kira-kita obrolan dimulai, masalah mental. Saya agak merenung. Melamun dikit.

2. Coba seminggu dulu, sebulan, 2 bulan.

3. Atau, coba mulai usaha Bolu Kukus Ketan lagi. Upayakan konsisten. Kalau usaha Bolu Ketan kan bisa di titip-titip dan jual online.

Jadi hari itu saya senang karena obrolan dengan Ulu bisa menguatkan dan meyakinkan langkah-langkah nyata yang paling mungkin dilakukan.



19 Juli 2018

“Just do it!”

Dan, tepat di hari Kamis ini, Bolu Ketan Hitam Kukus mulai dijual di warung nasi Ma Ida (warung nasi kakak saya). Teh Ida ini konsisten banget dalam menjalankan warung nasinya dari puluhan tahun lalu. Saya? Saya sebenarnya menjalankan berbagai profesi, dari pemain teater, penjaga toko buku berbasis komunitas, merajut, blogger, tukang jalan-jalan, penjual ayam dan banyak lagi. Banyak pelajaran yang didapat: ilmu kehidupan, bahagia, meluaskan kehidupan. Sangat menyenangkan dan penuh energi kreatif.

Kemudian saya kembalikan ingatan pada anak-anak dan masa depan mereka. Saya mau, proses hidup yang pernah dijalankan ini bisa membuahkan hasil yang bisa dinikmati oleh anak-anak, Amih, keluarga kecil ini dan bermanfaat bagi orang banyak.

Hari pertama selain di titip jual di warung Ma Ida, saya sebar info bolu ketan di berbagai whatsapp grup. Lumayan, bukan cuma lumayan tapi senang sekali karena keponakan dan para kakak pesan bolu ketan. Tak hanya mereka, Amih juga pesan buat acara pengajian di hari Sabtu. Tentu apresiasi mereka membuat saya tambah semangat menjalaninya.

Pola hidup saya jadi berubah dan semakin terisi. Subuh-subuh, suara mixer, ceramah dan shalawatan Hanan Attaki di channel youtube menemani saya dalam membuat satu persatu bolu ketan. Dan ketika ada yang wapri dari saudara dan sahabat untuk pesan bolu ketan, rasanya hati menjadi hangat.

Wajah saya jadi terlihat lebih cerah, meski di sudut mata mulai terlihat garis-garis halus.



20 Juli 2018

Mendadak dapat ajakan dari Evi Sri Rezeki untuk ikut acara Miniloka Penulisan Kritik Film di Swissbell hotel Bandung. Acaranya tanggal 25-27 Juli 2018. Senang sekali!

Begitu dimasukan ke grup koordinasi di WA, rupanya yang ikut miniloka ini banyak penulis handal, aktifis film dan para guru. Tak kalah asiknya, yang jadi nara sumbernya pun praktisi-praktisi handal. Saya sempat agak minder dan agak takut ilmu yang disampaikan tidak dapat dicerna dengan baik. Malah lebih jauhnya lagi, saya tidak bisa lebih berdaya dan tidak dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang nanti bakal didapat.

Lalu saya ngobrol dengan Amih, dia malah berfikir sebaliknya. Katanya kesempatan ini harus disyukuri, saya harus tenang dan semangat menjalaninya. Saya akhirnya percaya diri lagi.

Saya tahu, saya baru saja mulai usaha buat bolu ketan hitam. Suami saya sempat mempertanyakan ulang dengan maksud memastikan saja, tapi saya punya keyakinan dua hal ini bisa dijalani. Saya tidak mau melepaskan dunia blog yang sudah bertahun-tahun dijalani. Kalau kata Pa German G Mintapradja,”Jangan berhenti menulis, tetap menulis, karena obat menulis itu adalah menulis.”

Jadilah, saya dan teman-teman ikut acara miniloka yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Selama dua hari diasah dan beri berbagai pengetahuan tentang dunia perfilman dan bagaimana cara menganalisa/membedah sebuah film sehingga menjadi bentuk pemikiran yang mengedukasi bagi pembacanya.

Hari-hari yang menyenangkan meskipun jadwalnya cukup padat dan melelahkan. Begitu melihat wajah sendiri di cermin, garis muka saya terlihat lebih segar .



31 Juli 2018

Sejak 2 minggu lalu saya mulai mengesampingkan ingatan kejadian-kejadian buruk di masa lalu dan menggali kembali ingatan menyenangkan. Rupanya, saya merasakan muncul beberapa kejadian yang menarik menghampiri hidup saya dalam hitungan hari. Energi ini menyambut situasi-situasi menyenangkan yang datang silih berganti. Mulai dari hal yang luar biasa yaitu Bayan bersemangat sekolah, saya ikut miniloka kritik seni, sahabat dan keluarga suka dengan rasa bolu ketan buatan saya, mendapat undangan libutan blogger, tiba-tiba ada yang bayar kos-an padahal belum waktunya dan rencana membuat kursus gambar di rumah.

Benar saja,”Semakin kita mensyukuri nikmat maka nikmat itu akan ditambah...”

Semoga ada tulisan The 20 minutes replay dari blog matakubesar ini akan terus berlanjut, semakin tumbuh, berbunga, berbuah.

Bandung, 1 Agustus 2018

Imatakubesar

15 komentar:

  1. Cukup 20 menit tapi hasilnya luar biasa Imaaa kalo bisa konsisten. Permasalahn hidup emang selalu ada ya, yg penting mari kita nikmati prosesnya.
    Menjalani skenario Allah dengan berusaha dan bdoa, hasilnya serahakan deh.
    Syukaa banget bacanya, menerapi jiwa-jiwa agar lebih fresh.

    Btw aku meni kabita bolu letan hideung, paporit ako.
    Mau laah, pake gojek..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa efeknya, Teh. Hati terasa lebih segar. Awalnya sulit menggali ingatan bahagi, tapi pelan-pelan bermunculan. Mungkin biasanya orang kalau bahagia seringkali cepat lupa kalau kita pernah bahagia, ya.

      Bolu ketan? Siaaaaap...

      Hapus
  2. wah ini harus saya coba. memang kejadian2 menyedihkan lebih gampang diingat ya. dengan menuliskan hal hal menyenangkan akan membawa kebaikan untuk jiwa dan tubuh. pemulihan dan ketenangan.

    saya harus coba karena saya banyak merasakan stresss dan hal2 sedih

    BalasHapus
  3. Bagus banget blognya.
    Tulisannya juga bagus, mudah dimengerti..

    BalasHapus
  4. Aku sudah melakukannya sejak beberapa tahun lalu teh. Walaupun enggak 20 menit sprt di tulisan. Tapi kurang lebih sama karena dituliskan. Dan sekarang, dgn kejadian sepele aku pun bisa bahagia. Misalnya melihat keranjang setrikaan yg kosong, hihihi. :)

    Dulu, aku tu kayak teh Ima, segala uneg2 dipendam sendiri karena alasan 'gak enak'. Iya aku gak enakan orangnya, takut begini begitu. Pas awal2 nikah sama Abudi aku masih saja memendam pikiran, gak bisa ngungkapin. Itu akan mengendap di pikiran. Lama-lama menumpuk. Lalu kumat deh maag-nya.

    Terus sama abudi, aku dilatih untuk mengungkapkan uneg-uneg, perasaan, dll. Pokoknya apa yg bikin ngeganjel mah keluarin aja.

    BalasHapus
  5. Subhanallah, inspiring Teh caranya btw klo dulu di Tobucil, kita pernah ketemu ga ya heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih sandra.

      Tobucil? Wah udah lama banget, teh. Masuk tahun 2002 akhir sampe th 2005, masa2 di Dago sama di Kyai Gede.

      Hapus
  6. Dulu saya tuh orangnya susah ungkapin uneg2, tapi sedihnya malah brebalik ke diri sendiri jadi ya saya belajar mengeluarkan unegk2 perlaham

    BalasHapus
  7. Menggali ingatan menyenangkan ini asik banget tapi kadang jarang diungkapin, justru pas lagi sedih biasanya yang lebih melampiaskan perasaan hati yang menyayat lewat tulisan. Hehe. Tapi mindset nya mesti berubah. Kalau pas yang happy happy ja ditulis jadinya hati bakal lebih gembira. Makasih sharingnya, teh 😘

    BalasHapus
  8. Asyik nih Teh Ima jadi membuat kita selalu bersyukur terus ya intinya selalu positive thingking ya.. kalau ngeliat negatif terus mah jadi bikin bete, kurang syukur dan paling sedih sedunia hihi terpuruk deh jadinya :D

    BalasHapus
  9. Wah, ini nih yang harus aku lakuin. Pikiran sedang suntuk. Hati pun sedang galau luar biasa. Jadinya bikin kepala gampang cekot-cekooot. Mau praktekkan ah. :)

    BalasHapus
  10. Gara-gara ini jadi ingin mempraktekan. Self healing banget ya teh, makasih remindernya. Semoga usaha bolu kukus ketannya laris ya teh 🙏

    BalasHapus
  11. bener banget teh,
    yang sedih-sedih asa cepet banget keingetnya dan bikin kita manusia paling menderita sedunia.
    padahal ada lebih banyak anugerah dari Allah buat kita.
    aku kepikiran utk mengabadikan hal2 kecil yang membahagiakan dengan cara menuliskannya di kertas-kertas kecil yang digulung dan disimpan di botol kaca. waktu kita sedih, kita tinggal buka kenangan-kenangan kecil itu sebagai penawar luka. Tapi belum dikerjain sampe skrg, haha :))))

    BalasHapus
  12. Waah patut dicoba ini, membuat jurnal syukur selama 20 menit.

    Setuju kata tmn teteh, terkadang kita harus boam atau bodo amat. Ada bukunya jg teh : seni untuk bersikap bodo amat :)

    Betewe kangen teh ima sm teh ulu :')

    BalasHapus
  13. Saya juga gerd teh, qadarullah sembuh kambuh sembuh kambuh dan memang kambuhnya karena pikiran hehe..

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv