Dompet Dhuafa Tebarkan Manfaat Kurban di Momen Kurbanesia





Idul Adha, Perayaan Kebersamaan
Sebentar lagi umat muslim akan merayakan Idul Adha. Saya jadi ingat bahwa Dompet Dhuafa mengelola peternakan di Lombok. Beberapa hari lalu daerah ini mendapat ujian goncangan gempa yang berulang-ulang, sehingga lokasi disana banyak yang hancur berantakan. Ini momen yang pas untuk berbagi kebaikan dan rezeki dengan menyalurkan bantuan berupa daging kurban ke Dompet Dhuafa.

Biasanya Idul Adha selalu menghadikan suasana yang menyenangkan, bisa berkumpul dengan saudara, tetangga dan menikmati daging merah bersama-sama. Di kampung saya, pas hari Idul Adha menjadi kesempatan yang dapat menguatkan rasa persaudaraan. Para pemuda datang bergotong royong untuk menyembelih, mengguliti, memotong daging, menyortir, memasukan ke dalam plastik, mendata penerima daging dan menyebarkannya ke warga sekitar.

Wajah-wajah riang dan tawa kerap hadir diantara ketukan golok saat proses memotong daging. Sementara para perempuan, anak-anak dan sepuh, duduk-duduk di samping lapang menunggu jatah pembagian daging yang siap dinikmati.

Situasi seperti ini tidak hanya di lingkungan rumah saya, tapi terjadi diseluruh dunia yang merayakan Idul Adha. Ada kegembiraan sendiri, selama 3 hari umat muslim diberi waktu untuk melakukan penyembelihan kambing maupun sapi lalu dinikmati oleh masyarakat. Ini adalah sebagai bentuk ketakwaan dan hikmah teladan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Bahkan di hari-hari itu, kita tidak boleh puasa. Artinya bisa jadi momen ini sebagai perayaan kemanusiaan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.

Nah, fenomena yang muncul, seringkali titik-titik penyembelihan dan distribusi hewan kurban tidak merata. Sehingga ada saja masyarakat yang berhak mendapat daging kurban malah terlewat.

Persoalan ini direspons oleh Dompet Dhuafa (DD), sehingga sejak tahun 1994 mereka mengupayakan membuat program menyalurkan daging hewan kurban ke berbagai perkotaan, pelosok daerah, hingga negeri muslim yang tengah konflik. Dari sinilah lahir Tebar Hewan Kurban (THK) yang telah berlangsung selama 25 tahun. Usaha ini jelas menjawab panggilan zaman, bagaimana mereka bergerak untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di berbagai pelosok.



Kualitas Hewan Kurban Dompet Dhuafa
Dalam prosesnya, DD kerap melakukan Quality Control sebelum mendistribusikan hewan kurban ke berbagai daerah. Berikut standar hewan kurban yang menjadi kualitas dasar Dompet Dhuafa yang perlu diperhatikan:

1. Bobot hewan kurban

Bobot kambing ada 2:

- Standar: 23-28 kg

- Premium: 29-keatas

Bobot sapi 230-250 kg

2. Kesehatan

Wajah dan mata cerah, badan lincah, tidak ada borok dan tidak ada cacat.

3. Umurnya diatas 1 tahun

Bisa dilihat dari jumlah giginya. 


Kambing usia 1 tahun.
Foto: Ima

Semua point ini selalu diperiksa oleh DD untuk menjamin standar hewan kurban, supaya bisa terjaga hingga sampai ke penerima manfaat. Tujuannya agar manfaatnya lebih luas dan masyarakat yang menikmati pun bisa lebih banyak lagi.


Untuk perawatan, peternak selalu mengontrol pola makan dan mengecek kesehatan ternak setiap 4 jam sekali. Kambing-kambing itu diperiksa setelah makan dan istirahat. Biasanya ternak tiba-tiba dapat serangan kembung dan dalam beberapa jam bisa mati. Biasanya kambing yang sakit punya ciri-ciri badannya lemas dan kotorannya cair. Sementara ciri-ciri kambing yang sehat yaitu gerakannya lincah, mata cerah, bawah hidung basah mengkilap, kotorannya bulat dan keras.



Peternakan Dompet Dhuafa Subang

Langkah menyebarkan hewan kurban ini disambut baik dan dipercaya orang-orang muslim yang ingin menyalurkan hartanya untuk berkurban. Untuk memaksimalkan upaya THK secara merata, DD membuat titik-titik peternakan di berbagai pelosok, seperti di Lombok, Madiun, Subang, dll.

Melihat perkembangannya, di tahun 2017 ada 1310 Desa, 455 Kecamatan, 118 Kabupaten dan 19 Provinsi yang mendapatkan manfaat hewan kurban. Bahkan selain manfaat daging kurban, kehidupan dan pengetahuan para peternak lokal menjadi lebih luas. Karena peternak-peternak ini mendapat pendampingan dari pihak DD agar kualitas hewan kurban terjaga dan lebih baik.

Seperti beberapa waktu lalu, saya ikut rombongan mengunjungi agroindustri Dompet Duafa di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang. Kami harus menempuh perjalanankurang lebih 15 menit dari jalan utama Subang menuju perkebunan dan peternakan DD. Jalan aspalnya sudah semakin bagus meskipun lokasi di pegunungan.

Di depan kami disambut dengan pepohonan buah naga, buah nenas, jambu kristal dan pepaya. Di tengah ada saung untuk pertemuan dan rumah inap yang terbuat dari kayu, asri sekali. Ada spanduk dengan tulisan Indonesia Berdaya, ini menggugah hati saya. Mereka pasti bahagia karena hidupnya lebih berkembang, karena sinergi tim DD bersama warga lokal dalam mengelola lahannya. Oh, ya, disana saya bertemu Bapak Amud, Bapak Kharisma dan beberapa petani/peternak lokal yang menjelaskan sistem pengelolaannya.

Rupanya di lahan seluas 5000 meter yang dikelola oleh 30 petani/peternak ini, tidak ada limbah yang terbuang lho atau pengelolaanya menggunakan sistem integrated farming. Yaitu sisa limbah pertanian dijadikan pakan kambing, sementara kotoran kambing diolah sedemikian rupa menjadi pupuk organik untuk perkebunannya.

Ini dia menariknya kami diajak ke lokasi pengelolaan tempat pembuatan pakan hewan. Setahu saya biasanya pakan kambing itu rumput, disana beda. Karena peternakan disana satu lokasi dengan perkebunan nanas, daging nenasnya pun diolah jadi selai nenas. Nah, untuk memanfaatkan limbah kulit nanas, peternak mengolah limbah kulit nenas menjadi pakan hewan yang dicampur dengan jerami, gula/kecap manis, dedak padi, bakteri (soc). 

Pakan olahan dari kulit nanas dan jerami.
Foto: Ima

Sementara untuk membuat pupuk di perkebunan, petani mencampurkan kotoran kambing dengan rumput yang dibakar. Jadi di agroindustri saling silang manfaat, sehingga tidak ada limbah yang dibuang.

Pakan hewan tiap peternakan berbeda-beda, karena di Subang satu lokasi dengan kebun nenas maka yang digunakan untuk pakannya yaitu olahan kulit nanas. Beda lagi dengan peternakan yang di Lombok maupun Madiun. Meskipun begitu, kualitas daging kambing tetap terjaga kesehatannya. 

Limbah kulit nanas.
Foto: Ima

Di peternakan ini ada 3 kandang kambing, masing-masing kandang berisi 80 ekor. Satu kandang untuk pembibitan, terdapat 6 ekor jantan dan sisanya betina. Masing-masing jantan membuahi sekitar 12 ekor betina. Sementara dua kandang lainnya digunakan untuk penggemukan yang berisi jantan semua. Kenapa jantan semua? Soalnya untuk memenuhi kebutuhan kurban dibutuhkan jenis kelamin jantan.

Kandang Sentra Ternak Subang.
Foto: Ima

Karena permintaan yang banyak, DD melakukan program intiplasma yaitu bermitra dengan warga sekitar untuk memberdayakan masyarakat. Ada 30 kepala keluarga yang memelihara kambing, masing-masing kepala keluarga memelihara 5 ekor dan bibitnya disiapkan oleh DD. Mereka pun mendapat penyuluhan dan dikontrol terus menerus dalam proses pemeliharaannya agar kualitasnya sama dengan yang dipelihara di peternakan DD.

Menarik sekali mengikuti proses perjalanan dan langkah-langkah yang dilakukan oleh DD dalam menciptakan Indonesia Berdaya. Dengan niat awal ingin menyebarkan hewan kurban secara merata, rupanya memberi manfaat efek luas bagi masyarakat. Dibelakang penerima manfaat ini, bertumbuhan masyarakat yang mendapat efek baik berupa pemberdayaan diri yaitu mengolah ternak yang berkualitas. Dengan pendampingan yang intens dari para ahli, para peternak pun mendapat pengetahuan luas dan perbaikan ekonomi.

Saya percaya, setiap momen selalu memberi makna dan kehidupan yang lebih baik bagi setiap manusia yang berfikir. Sebagai bentuk rasa syukur yaitu dengan mengolah alam, manusia, hewan dengan baik dan bersungguh-sungguh.

Selamat Idul Adha, semoga kita selalu tumbuh dan berkembang pribadi yang lebih baik setiap harinya.


Bandung, 11 Agustus 2018

@imatakubesar

6 komentar:

  1. Wah keren ya, limbah nanas ternyata bisa diolah jadi makanan kambing. Semoga hewan qurban yang akan diterbar jadi berkah buat semuanya, ya.

    BalasHapus
  2. Keren ya programnya teh, bisa membantu masyarakat sekitar sekaligus mendistribusikan lebih merata juga :)

    BalasHapus
  3. Pengalaman seru lihat langsung program Indonesia Berdaya DD... inspiratif banget.

    BalasHapus
  4. Wah baru tau ternyata kulit nanas bisa diolah dan berguna. Semoga smua binatang Quarban bisa sehat dan bisa jadi berkat utk orang². Amin ��

    BalasHapus
  5. Bagus juga ya Teh Dompet Dhuafa ini melakukan Quality Control sebelum mendistribusikan hewan kurban ke berbagai daerah sehingga hewan yang dikurbankan benar-benar berkualitas.

    BalasHapus
  6. Mudah2an semakin banyak membantu yaa, kurban jadi mudah ya teh

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv