20 Menit Sehari (2): Hari-Hari Banyak Senyum

Seperti yang sudah ditulis sebelumnya, saya sedang menyisihkan waktu selama 20 menit untuk me-replay ingatan-ingatan bahagia, seperti di link ini.

Setiap hari itu, ada aja sih yang bikin jengkel, masalah datang dari kiri kanan. Tapi kalau saya fokus sama persoalan itu, biasanya suka jadi engga produktif dan hari-hari jadi engga asik. Yang penting pas ada persoalan, tinggal cari solusinya dan jalani semuanya.  Jadi, disini saya mau menuliskan kejadian yang bisa bikin bibir jadi senyum aja. Nah, kita lanjut, ya. 



Foto: Evi Sri Rezeki.



Kamis, 2 Agustus 2018

1
Cuaca di Ledeng cukup stabil. Hari ini suami saya-si Ayah, Tasdik dan Kang Isa diajak Kang Tisna ke sungai Citarum untuk melihat situasi disana dan berencana merancang mural. Saya tadinya ingin ikut juga, tapi diurungkan, saya lebih memilih antar jemput anak-anak sekolah dan belanja bahan bolu ketan. Lihat ekspresi Ayah yang bersemangat, saya jadi ikut terpacu untuk melakukan aktifitas yang lain.

2
Melihat kondisi perkembangan kesehatan suami 7 bulan ini sangat mencengangkan. Ini pertama kalinya Ayah keluar rumah tanpa saya ikut menemaninya. Kadang-kadang saya suka bingung sendiri melihat kondisi Ayah yang kini semakin “mandiri”. Kini saya sedang beradaptasi mengubah kebiasaan siaga dalam menghadapi ‘kejutan’ dalam menghadapi kesehatan Ayah. Seperti menyediakan segala buat Ayah, sekarang tidak begitu repot lagi. 


Katakanlah, makanan harus diantar ke kamar kalau kondisi sedang lemas, menyiapkan air hangat untuk mandi, menyusun dan menyiapkan obat, memasak makanan serba segar di waktu-waktu makannya, menjaga kondisi agar anak-anak tidak rewel (karena ini suka mengganggu psikis Ayah), mengangkut barang-barang kebutuhan dia kalau kami harus ke rumah sakit bahkan kalau harus pergi kemana-mana dan sebagainya dan sebagainya. Sekarang kondisinya jauh lebih lengang, kadang suka bingung, saya ngapain ya sekarang? Banyak sih yang dikerjakan. Banget! Tapi salah satu kesibukan mengurus Ayah perlahan jadi berkurang.

3
Sekian tahun saya menulis review produk di blog dengan maksud mengalihkan pikiran dan membuat hati tetap bergerak dan stabil. Sekarang, pikiran yang dulu kerap ditahan/tidak dilepas, seringkali bermunculan lagi. Situasi-situasi berat yang kadang membuat saya heran sendiri, ko dulu saya bisa menghadapinya tanpa menangis bahkan seringkali dipikirkan sendiri. Di hati terasa sangat tidak enak, tapi sama sekali tidak bisa menangis.

Tapi belakangan ini saya jadi mudah menangis kalau ingat semua kejadian itu, dengar adzan di sore hari, dengar cerita yang inspiratif, melihat sepasang suami istri yang akan naik haji, lihat Amih yang duduk di ruang makan sendirian, melihat anak-anak tengah tidur, ingat kelakuan-kelakuan gak bener di masa lalu dan banyak lagi. Saya lega, setelah sekian tahun, akhirnya saya mudah menangis lagi, dengan menangis maka hati dan pikiran saya jadi lebih nyaman dan terasa lebih enak. Saya bahagia bisa menangis lagi. 



Foto: Imatakubesar. 

4
Kata teman-teman dan saudara, tubuh saya menjadi semakin mengecil. Ya, kalau dibandingkan beberapa bulan lalu, tubuh saya naik drastis dan sekarang turun drastis juga. Ini terjadi karena sekarang saya tidak bisa makan terlalu banyak lagi, terutama porsi nasi yang dikurangi. Kalau kebanyakan dikit, maka siap-siap saja dapat keluhan di lambung.

Agak membingungkan sih kalau dibilang kondisi disyukuri. Badan mengecil tapi karena lambung yang belum bisa diajak kompromi makan. Tapi setidaknya saya jadi lebih gak slengean dan lebih mengatur pola makan. Kadang suka pengen deh makan mie instan, kopi instan, minuman-minuman berwarna yang berjajar di rak-rak mini market, hahahaaa... tapi segera saya ambil air mineral. Huy!


3 Agustus 2018

1
Hari Jumat ini Bayan libur sekolah, sepertinya sekolahnya mau beres-beres dulu karena hari Senin mau ada akreditasi. Saya suka sama sekolah Bayan ini, walaupun tempatnya ada di tengah penduduk yang padat, tapi sistem pengajarannya rapi. Ada tempat mainan, shalat duha bareng, sebelum masuk baca iqro dan baris berbaris dulu sambil bernyanyi. Seru deh lihat mereka. Bayan terlihat lebih ceria.


2
Sudah 2 hari ini Aden punya teman main baru, masih tetangga, rumahnya agak jauh, tapi baru kali ini mereka bermain bersama. Bahkan, Aden yang jarang bahkan tidak mau main bola, baru kemarin saya lihat dia main bola dengan teman-temannya ini.


8 Agustus 2018

1
Jam 13.00 wib saya jemput Aden ke sekolah SD nya. Naik angkot dikit lalu jalan kaki dikit. Biasanya jalan kaki dari rumah ke sekolah Aden, lewat kampus UPI bis amemakan waktu 15 menitan, lumayan bikin kaki dan badan seger. Tapi waktu udah siang banget dan badan lagi ga nyaman, jadi saya memutuskan pakai angkot saja. Jam 13.30 wib anak-anak masih di kelas, saya intip dikit anak-anak lagi seru-serunya menulis di bukunya. Beberapa bergerombol duduk di depan meja bu guru biar segera beres menulis apa yang mesti di catat. Lihat pemandangan seperti itu jadi inget masa SD, kami selalu berlomba membereskan catatan agar bisa segera pulang. Seru.

Sambil jemput sebenernya saya pengen sekalian pinjem buku paket dan di foto kopi. Soalnya bukunya ga diharuskan beli karena sudah disediakan di sekolah tapi engga bisa dibawa pulang. Jadi saya pengen foto kopi buat sesekali mengulang pelajaran di rumah sebagai bahan bacaan. Alhamdulillah dapat pinjaman dari Mamanya Khansa. Dia juga dapet pinjaman dari anak yang sudah naik ke kelas 4. Senang!

2
Senangnya hari ini pun bertambah, karena begitu jalan pulang ada yang jual sendal keteplek harganya Rp 25.000. Pas di coba enakeun. Kebetulan sendal saya sudah mulai semrawutan sana sini. Ada yang sobek dikit dan mulai agak licin. Jadi saya pun beli.

3
Jam 20.12 wib, cuaca Bandung lagi dingin-dinginnya. Di lapang ada sekelompok orang sedang latihan silat dengan musik khasnya. Saya nyalain soundrack film Elizabeth Town di laptop si merah. Waas pisan. Saya jadi inget 10 tahun yang lalu jam segini masih buka warung printing dan desain di Jl. Sersan Surip. Jam segitu di Sersan Surip biasanya masih rame, rame lalu lalang motor, orang-orang dan sekelompok mahasiswa yang mencari makan malam.

Kebetulan di depan warung saya ada gerobak nasi goreng Padang yang rasanya enak. Hampir tiap malam kami beli nasi atau mie gorengnya. Lalu teman-teman Ayah datang, ngobrol, ketawa-ketawa, apapun lah obrolan yang menghangatkan.

Hah! Ternyata kalau mengingat-ingat kejadian yang menyenangkan, pikiran buruk semakin terkikis, ya. Perut dan tubuh saya jadi terasa lebih enakeun, gak banyak keluhan seperti biasanya. Jadi, sepertinya memang ya selain faktor daya tahan tubuh karena serangan kuman/virus, faktor hormon itu berpengaruh banget sama kondisi kesehatan tubuh kita.

Smileee... :)

Bandung, 9 Agustus 2018
Imatakubesar

2 komentar:

  1. bahkan cuman senyum 2cm bisa menghasilkan hormon endorfin yang bikin kita hepi loh teh :) ini juga bisa dicoba kuingat kejadian menyenangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener banget, Herva. Sangat nyenengin, ya.

      Hapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv