Menghabiskan banyak waktu di rumah, artinya otak kita diajak
untuk terus berfikir, “Apa yang harus dilakukan hari ini?”. Ketika ada sesuatu yang bisa dikerjakan,
rasanya hari itu terasa lebih hidup. Menghidupi jiwa, menghidupi tubuh. Memang, sampai saat ini apa yang saya lakukan
tidak (dalam hati kecil saya berbisik: belum) membuat kaya secara keuangan, tapi setidaknya jiwa lebih hidup
dan kaya. Cukup satu hari 1-2 jam
menulis dan merajut,maka sehari itu terasa lebih cerah dan membanggakan. Setidaknya membanggakan dan menghormati diri
sendiri, teriak saya dalam hati. Bisa
kita bayangkan, sehari –hari hanya bersih-bersih rumah, mencuci, masak, bermain
dengan anak, merenungkan nasib, kadang semua aktifitas ini jika terus menerus
dilakukan akan membuat hati kita menjadi kosong dan meracau kemana-mana. Satu hal yang membuat kita merasa berarti
adalah menjalani hobi karena pilihan untuk tinggal di “rumah” sudah di putuskan
tapi bukan berarti memutuskan impian.
Masih banyak cara menuju Roma, toh.
Kalau diingat-ingat ke belakang, saya termasuk suka mencomot
sana sini alias mencoba sesuatu bidang yang menarik hati saya. Dari belajar teater, mengenal musik, kursus menjahit,
kursus broadcasting, ikut pelatihan membuat film, belajar menulis,kursus
merajut, jualan makanan bikinan sendiri dan hanya satu yang membuat saya
memperjuangkan mati-matian bahkan bisa memotong perhatian yang sedang
dipelajari yaitu dunia teater. Tapi hal
ini menyedot perhatian yang sangat tinggi dari keluarga bahkan jadi berkesan
pembangkang, sebetulnya satu hal yang membuat mereka berat yaitu karena latihan
teater itu malam hari sehingga pulang ke rumah sudah larut.
Berdasarkan hal itu, kini hal yang paling mungkin dilakukan
oleh perempuan yang menjabat sebagai ibu rumah tangga adalah; menulis dan
merajut. Dan sayapun suka, ketika dijalani
dunia terasa cerah dan luas. Ketika
fokus sedang terpecah dan kehilangan ide, mampirlah ke blog-blog kreatif,
memburu buku atau sekedar lihat-lihat majalah.
Cara ini selalu menstimulus otak dan hati yang sedang sesat. Sesat dari menggerutu sepanjang hari dan
keluhan dari segala tekanan. Karena,
berada di rumah terus menerus efek negatifnya banyak juga, jemu, jenuh,lelah,
terjebak, seolah hidup itu no way out lah, lieur!. Persoalan rumah itu ibarat, apa yah, ibarat
tidak tahu apa tapi dia selalu datang silih berganti, memakan sebagian hati dan
otak kita, menyudutkan kita di satu sudut yang paling pekat. Waas pisan, tapi kenyataanya memang
begitu. Jalan keluarnya adalah tetap
bergerak dan mencari pembaruan. Untuk
saat ini memang tidak bisa lagi bermain teater lagi, mengapresiasi panggung
secara langsung, tapi ternyata banyak juga hal yang bisa menghidupkan kehidupan
selama kita mau dan menjalaninya. Merinci,
menggali, memulai lagi sesuatu yang pernah kita suka dan hal yang paling mungkin
dijalani di rumah. Kita masih diberi
kesempatan hidup, jadi saya rasa kita masih diberi kesempatan untuk terus
berkembang. Kuncinya, teruslah
melangkah, teruslah bergerak, seperti menelusuri gunung, menuruni lembah jika lelah duduklah
sejenak menikmati kopi atau teh lalu melangkah lagi. Seperti lari marathon,seorang kakak kelas
pecinta alam di SMA pernah bilang, “Larinya jangan cepat-cepat, nanti lekas
lelah. Pelan saja dan jaga ketukannya, nanti larinya malah tidak terasa cape
dan lebih kuat.” Alhasil, waktu latihan
fisik itu kami sering lari keliling lapangan Gasibu 4 hingga 5 putaran tanpa
merasa terbebani malah terbiasa dan nikmat sekali.
Petuah kakak kelas ini membekas sekali, disaat saya
terburu-buru dan malah juntai di tengah jalan.
Intinya sama, tetap menjaga ketukan dan konsisten dalam menjalankan
apapun. Karena dengan begitu, kita akan
terbiasa dan tidak cepat lelah.
sebagai ibu rumah tangga kita memang membutuhkan waktu untuk me time. Tapi me time yang berlebihan justru akan membawa dampak buruk untuk keluarga. Jadi harus bagi waktu dengan cermat. Untuk menghilangkan kejenuhan dan sebagai aktualisasi diri ala emak2.
BalasHapusSalam dari Jakarta.
Mantaaap! Bagi-bagi waktu ini yang asik rasanya lebih terasa hidup yah :) Terimakasiiih... salam hangat dari Bandung
BalasHapusSatuju pisan kana tulisan Teh Ima, diam di rumah bukan berarti mengubur mimpi, tapi dengan menulis aku bisa meraih mimpi, impian teraih, anak2 suami tidak jauh dari kita, banggalah jadi ibu rumah tangga, damang teh Ima...Keep the faith!!
BalasHapusAlhamdulillah damang teh Cani, biasa sedang mempertahankan ritme dan menasehati diri sendiri hehe...
BalasHapus