“Ini
buat Alif, sesaat lihat mainan mobil ini Ibu langsung membayangkan Alif pasti
senang sekali.” Alif langsung menyambutnya dan takjub melihat mobil yang bergerak-gerak
disertai musik yang ramai.
“Nah,
kalau yang ini buat Syawa, baju merah motif strawberry.” Cocok buat
Syawa bayi yang berkulit putih dan bulat. Lalu tangannya mulai
merogoh-rogoh yang lain,
“Ada
kaos bola dari Malang. Ini buat Dauf, Jalu,Makky, Adin …”
Mata
kami tercengang melihat tumpukan kaos bertuliskan AREMA, kaos-kaos itu
dikeluarkan sambil mengabsen satu persatu cucu yang akan diberinya. Raut
muka Amih terlihat cerah dan bangga, tawa kamipun pecah antara lucu, kaget dan
senang. Ibu memotong,
”Eh
ini PERSIB ngga akan marah
kan? Takutnya amih beli ini malah jadi masalah”
Kamipun
menjawab sambil memegang, melebarkan dan mencoba kaosnya,
”Ah
engga, engga ko mih hehehee… ini kan hanya kaos, masalah tanding sih beda” Berusaha
menyenangkan hati Amih, padahal dalam benak, jangan-jangan orang-orang akan
menganggap murtad. Apalagi kalau kaos ini dipakai keluar lalu berjalan
menuju ke kampung sebelah yaitu ke Jl. Sersan Surip atau daerah
UPI. Hmmm… siap-siap saja banyak sepasang mata mengarahkan panahnya
atau tik… tik… tik… blug, gedebam, dag, dzig, dassss, gubrax! Kamu tahu kan
maksudnya. Tapi anehnya, ketika kaos itu
diterima oleh kakak ternyata anaknya yang masih kecil sudah menolak untuk
memakainya.
“Bapak
mah, ga mau ah ini mah Arema.” Hmm.. ini bukti kebencian pada lawan dan kecintaan pada klab
sepak bolanya yang tak sengaja dipupuk dan menular dari satu generasi menuju
generasi berikutnya. Anak-anak melihat,
membaca, menelaah, menjiwai dan meniru agar diterima lingkungan lalu hadir dan
hidup bersamanya. Sesaat tertegun, sepertinya pertempuran memang tidak akan pernah usai selama para orang dewasa mampu mengendalikan diri dan bersikap sportif.
Sepakbola
sudah menjadi bagian dari hidup, bahkan sudah seperti agama
kedua. Ada yang nyolek dikit klab kecintaanya, maka siap-siap saja mendapatkan perlawanan dari
pendukung fanatiknya. Mau kalah atau menang mereka tetap menjadi
pendukung setia. Bahkan ada istilah jika kulit di belah maka
darahnya berwarna biru. Biru Persib yang membiru mengalir di darah
dagingnya.
Asah
kepekaan jika bicara sepak bola, apalagi kalau berwisata ke sebuah kota lalu tak
sengaja membuka perbincangan tentang sepak bola dengan orang yang baru dikenal. Karena
ini persoalan yang menggairahkan, menyenangkan berikut sensitif. Jadi
masalah ras itu tidak hanya agama, suku, warna kulit namun sepak bola menjadi
nomor berikutnya.
Saat
pertandingan sepakbola diputar di televisi maka semua orang akan menyambut dan
tidak akan melewatkan satu detikpun untuk menyaksikannya. Waktu
kerja bisa sangat leluasa, acara pengajian, pertunjukan kesenian, pernikahan,
pertokoan bisa sepi jika klab sepakbolanya sedang bertanding. Ini
semua karena sepak bola yang melahirkan strategi, seni permainan menendang,
melempar dan melahirkan kejutan-kejutan menuju gol yang indah.
Tapi
dalam benak Amih sederhana saja, permainan sepakbola adalah kesukaan
anak-anaknya jadi mereka pasti senang jika dapat oleh-oleh kaos bola. Sebuah
permainan yang disukai banyak orang bahkan kami selalu membuat pertandingan
sepakbola antar kelompok para ayah-anak di hari lebaran. Sepakbola
itu kegemaran masal, bahkan lebih baik tutup warung untuk menyaksikannya atau
mengeluarkan televisinya agar bisa ditonton rame-rame. Wajah menjadi
riang gembira, jiwa lepas dan semua menjadi satu. Tidak memandang kelas, status sosial, usia,
semua bisa berekspresi saat pertandingan berlangsung. Sepakbola adalah kegemaran sejati yang mampu
menyatukan semua kalangan atau membuat pertikaian hingga
berdarah-darah. Contohnya ketika Tim Nasional bertanding maka tak ada lagi identitas klab. Semua satu. Berbeda saat kembali bertanding antar klab lokal, penggemar menunjukan identitasnya lalu setelah pertandingan maka kerusuhan, pertikaian dengan dalih membela klab menjadi sesuatu yang wajar.
Lalu
apa hubunganya kaos dengan sepak bola? Kaos adalah pakaian yang kita pakai
sehari-hari. Dekat dihati dan mampu
mengkampanyekan topik oleh badannya. Dengan
memakai pakaian tertentu menggambarkan kepribadiannya dan antusias seseorang
seperti apa. Bahkan ketika seseorang memakai
pakaian tertentu, maka seolah tumbuh dalam dirinya sebuah energi yang
melahirkan karakter tertentu. Kaos mewakili kedekatan dengan kehidupan pribadi
si pemakainya atau bahkan menciptakan pribadi baru.
Lalu bagaimana
dengan oleh-oleh dari Amih ini? Sepertinya patut ditiru, karena bisa jadi ini
sebuah indikasi bahwa kita bisa jadi bersikap wajar saja sebagai fans dan
bahkan bisa saling bertukar souvenir. Masalah
terjadi di lapangan, cukup mati-matian di lapangan, tapi ketika keluar lapang studion
semua kembali tenang, baik-baik saja bahkan bisa saling diskusi di warung kopi
dan menguatkan fans yang kecewa karena klab-nya kalah. Semua orang sama-sama menyukai sepak bola,
kenapa harus ada kekerasan ketika mendapat kekalahan. Bukankan bertanding memang beresiko kalah dan
salah satunya pasti menang.
Hidup
Persib! Hidup Sepak Bola Indonesia!
betul betul...
BalasHapusujutes!
nawak AREMANIA..
(bacanya dibalik yah?! maklum arek malang)