Foto: Anwar Siswadi, Tempo |
Pembuka
10 September 2014, TisnaSanjaya menuliskan statusnya di jejaring facebook:
“J E P R U T
anak2 muda jepruts banget : terstruktur - sistematis dan masif
mengorganisir..
ANNUAL JEPRUT BANDUNG.
Akhir Oktober 2014.
wahai para jepruters sejati siapkan energi..
Kita bikin rame ruh kasenian kabudayaan !”
anak2 muda jepruts banget : terstruktur - sistematis dan masif
mengorganisir..
ANNUAL JEPRUT BANDUNG.
Akhir Oktober 2014.
wahai para jepruters sejati siapkan energi..
Kita bikin rame ruh kasenian kabudayaan !”
Status yang menstimulus
banyak seniman untuk berproses dan berkarya, berhenti membingkai uforia, kembali
bergerak, tetap kritis dan tak berhenti berkarya. Ajakan ini memberi efek serius
dan memberi alarm bahwa berkarya tidak ada hentinya. Dengan terus berkarya,
artinya kita semua mempunyai andil dalam menggerakan kebudayaan.
Jeprut
Di event-event seni dan
demonstasi, kita sering dikejutkan dengan sekelompok orang melakukan sebuah
tindakan-tindakan diluar kebiasaan.
Seperti, berlari dengan pakaian minim dan kepala dipenuhi dengan
akar-akaran, lalu ada seseorang yang menggantungkan uang di kayu yang diikat ke
kepal lalu ia berakting berusaha keras mengambil uang itu, ada yang memainkan
bola yang dipenuhi cat dan bermain bola diatas kanvas, melukis tubuh dengan
lumpur dan seseorang lain menari dengan simbol-simbol tertentu dan banyak lagi. Sekilas, kita melihat ini seperti pertunjukan
praktis, ketiba-tibaan, mengada-ada, tapi sebetulnya dari pertunjukan “jalanan”
ini memberi tanda dan pesan yang dalam. Tidak
ada ruang yang membatasi, siapapun bebas mengapresiasi dengan latar belakang
masing-masing. Namun yang jelas, Jeprut
mengundang gimik yang menstimulus ruang-ruang diam kembali bergerak.
Istilah “Jeprut” bagi
orang Bandung bukanlah hal yang baru, kata ini artinya korsleting pada listrik. Hubungan pendek atau korsleting (dari bahasa Belanda kortsluiting) adalah suatu hubungan dengan tahanan listrik yang
sangat kecil, mengakibatkan aliran listrik yang
sangat besar dan bila tidak ditangani dapat mengakibatkan ledakan dan kebakaran. Kini
kata jeprut meluas bahkan eksklusif maknanya tidak hanya korsleting, tapi
menjadi gerakan ekspresi seniman terhadap yang janggal dilingkungannya. Lahir dari para
seniman bidang rupa, pemusik, teater, penulis, jeprut menjadi wilayah refleksi,
proses analisa dan pendekatan seniman dengan objek perhatiannya.
Ungkapan jeprut sering
dilontarkan diantara komunikasi sekelompok orang yang sudah akrab, dan sering
dilabeli pada orang yang berfikir dan bertindak sesuatu –seperti- diluar
kebiasaan. Seringkali kita harus meresapi dan ikut berfikir untuk memahami
makna dibalik hasil pemikirannya. Kata jeprut kemudian berbaur tidak hanya
sebagai sebuah ungkapan tapi di kalangan seniman menjadi identik dengan sebuah
karya seni.
Tahun 1990-an, Jeprut
menjadi bentuk seni gerakan perlawanan terhadap objek yang kerap menekan. Sebagian orang mengganggap bahwa jeprut
bukanlah seni, tapi kerap dilakukan oleh seniman untuk membaurkan karya seni agar
terhindar dari pencekalan oleh pemerintahan pada saat itu.
Jeprut adalah sebuah
seni ekspresi yang “bebas” dengan konsep dan alasan-alasan yang dalam, sehingga
dibalik ekspresinya memberi pesan yang kuat.
Kita-penikmatnya- diajak untuk berfikir dan menangkap tanda-tanda dari
ekspresi ini. Pengetahuan dari
penikmatnya dibebaskan menilai dan mengambil makna-makna yang berusaha
disampaikan.
Jeprut sendiri lahir
dari proses pencarian, refleksi dan pendekatan antara seniman, lingkungan, objek
permasalahan dan karya seninya. Proses
pendekatan seniman dengan lingkungan & objek permasalahan, melahirkan
bahasa visual-dalam bentuk apapun, tergantung bidang pendekatan seniman dengan
bidang karyanya. Dalam latihan teater, Suyatna (alm.) selalu menekankan bahwa
modal utama seorang aktor adalah mendalami olah tubuh dan rasa. Proses jeprut
sendiri ini lahir kemudian dari proses pendekatan itu, olah rasa. Olah rasa bagian penting bagi seniman untuk
mengenali dan peka terhadapa lingkungannya.
Dari peka ini ada tindakan nyata dituangkan dalam berbagai bentuk karya
seni.
Karena ada kebebasan
bentuk, aplikasi karya jeprut menjadi beragam, karena seniman memiliki hasil
pemikiran terhadap objek yang tidak diungkapkan dalam bentuk lukis, teater,
musik tapi diekspresikan dalam bentuk tanda yang lain. Tanda yang lain ini bentuknya menjadi apa
saja, bentuk yang keluar dari kebiasaan tapi mampu memberi makna bagi
orang-orang yang melihatnya.
Bagi seniman seiman, "Annual Jeprut Bandung" bisa menjadi wilayah yang ekspresif dan kebebasan dalam mengkritisi banyak hal. Masing-masing seniman tentu mempunyai persepsi dan sudut pandang dalam memandang kondisi sosial yang semakin berkembang. Ada kekuatan gerakan sejarah yang mengarah ke situasi yang lebih terstruktur dan masif. (Hehe...)
Bagi seniman seiman, "Annual Jeprut Bandung" bisa menjadi wilayah yang ekspresif dan kebebasan dalam mengkritisi banyak hal. Masing-masing seniman tentu mempunyai persepsi dan sudut pandang dalam memandang kondisi sosial yang semakin berkembang. Ada kekuatan gerakan sejarah yang mengarah ke situasi yang lebih terstruktur dan masif. (Hehe...)
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_pendek
http://www.oocities.org/wacanaku/kamus.htm
salam hangat dari kami ijin informasinya dari kami pengrajin jaket kulit
BalasHapusIya, silahkan para seniman jaket kulit, sukses terus yah
Hapus