Sudah lama punya impian taman kota di kota sendiri (Bandung)
ada alat mainan seperti ayunan dan serodotan.
Ternyata, di taman kota Sukajadi (depan rumah sakit bersalin ibu dan
anak) sekarang sudah terwujud. Asik
lihatnya, beberapa anak-anak dan batita yang diantar ibunya mulai menggunakannya.
Masih ada perbaikan sana sini sepertinya, mungkin masih dalam proses perapihan.
Tapi melihat anak-anak yang riang
rasanya senang.
Kalau saja alat-alat mainan ini terwujud sejak dulu, heran juga sih kenapa pekerja kota yang dulu-dulu tidak pernah berfikir atau kratif untuk mengciptakan Bandung lebih ramah. Ah, mungkin saja terlintas tapi dianggap tidak menghasilkan secara materi. Atau bisa jadi mereka banyak pesimisnya, takut hilang atau takut rusak karena pengguna tidak dipungut biaya buat perawatan. Hilang? Iya, ada kejadian yang cukup aneh, penduduknya/pengguna lebih berkesan acuh terhadap fasilitas kota seringkali cepat rusak, kotor atau bahkan hilang dicuri. Padahal bisa jadi anggaran yang dimiliki oleh pemerintah kota itu seabreg-abreg. Fasilitas ini tidak bakal mengurangi pendapatan industry tempat bermain anak yang ada di mall atau fasilitas mainan berbayar lainnya, karena tempat bermain selalu dibutuhkan oleh anak-anak. Kadang suka miris,ketika orangtua ingin menyekolahkan anaknya dengan harga “mahal” karena di sekolah itu ada fasilitas bermainnya. “Demi” agar anak bisa menikmati serodotan, menikmati bermain di masa kecil.
Kalau dulu, tempat bermain anak-anak adalah
lingkungannya. Sawah, danau, bukit,
sungai, padang rumput, selokan yang airnya bening, pepohonan, kuda-kuda liar,
dan banyak lagi. Kreatifitas dan daya
tahan tubuhnya dibentuk oleh alam, oleh lingkungannya. Tubuh merasa nikmat saat pergi dari satu
tempat jetempat lain dengan jalan kaki atau bersepeda. Sekarang, karena lahan bermain terseret oleh
rumahpenduduj, fasilitas pasar berkelas (maksudnya, mall),
pembangunan-pembangun fisik yang dianggap lebih penting dibandingkan “menjaga”
alam tetap tumbuh untuk pertumbuhan dan penyatuan manusia dengan alamnya. Toh, manusia bagian dari alam juga.
Kali ini dengan diwujudkannya alat-alat mainan gratis di
taman kota seperti angin segar. Sebuah
upaya membentuk penduduknya lebih “segar” karena anak-anak merasa bahagia. Ketika anak tercukupi kebahagiaannya, tentu
orangutanyapun ikut merasa senang dan bersemangat. Ia merasa lebih “bebas” untuk melakukan kreatifitas,
berkarya dan berdaya. Mungkin kesannya
sederhana, apalah arti alat permainan bagi orang dewasa. Seringkali orang dewasa lupa bahwa mereka
pernah menjadi anak kecil dan senang bermain.
Apapun bisa menjadi permainan karena otaknya kerap bereksplorasi dengan
apasaja agar merasa ada dan bagian dari hidup barunya. Sebagai manusia bumi.
ya.. dahulu emang gitu yaa.. taman itu selalu menjadi tempat bermain paling mengasyikkan..
BalasHapussayang sekarang udah mulai berkurang.
semoga aja nanti bisa kembali seperti sedia kala. :D
Semoga begitu dan lebih membangun kebutuhan anak, remaja, bahkan lansia :b
HapusDi Semarang juga gak punya taman kota yg buat rekreasi Mbak :(
BalasHapusAyo, kasih masukan dengan tulisan ke media, bu. Biar kotanya makin oke ;)
HapusKl di batam...ada g ya....hehe taunya alun2...kl taman kotaya blm pernh lihat :)
BalasHapusAlun-alun itu seperti tempat pusat acara kota, ya? Seru juga
Hapustaman kota bisa jadi alat integrasi sosial yang sangat efektif.. semua orang bisa ketemu di taman kota yang asri :)
BalasHapusIya, Mas. Indahnya kota engga sekedar ada pasar, ruang pertemuan dan tempat ibadah. Taman kota tidak sekedar taman, tempat ini bisa menjadi ruang interaksi, budaya dan tentu saja sirkulasi udara yang membuat penghuni kota/desa lebih berenergi.
Hapustapi sekarang taman kita bisa jadi sarana sosialisasi loh. kita bisa berinteraksi dengan orang lain, meski kadang taman kota tuk anak-anak kurang baik sarananya
BalasHapusiya, itu maksudnya. Menarik kan :)
Hapusdi kotaku belum banyak taman kota mbak. padahal gresik termasuk kota yang polusinya tinggi, karena banyak pabrik. sayang banget :)
BalasHapussemoga bandung semakin segar :)
Owh, sayang banget, yah. Semoga kelak dapat perhatian dan lebih sadar lingkungan. Semangat!
HapusDulu depan rumahku itu kalau sore gak pernah sepi. Banyak anak2 SD atau SP yg baru pulang sekolah, langsung main kelereng atau petak umpet atau apa aja. Rame banget. Belum banyak kendaraan sih, jadi gak khawatir ketabrak orang lewat.
BalasHapusMalam pun juga begituuu ..
Sekarang, sepi. Banyak motor (bahkan anak SD sudha nyetir motor!) ngebut pulak. Bahaya kalau ada anak kecil yg tiba tiba nyebrang jalan.
Semoga zaman dulu akan terulang lagi yaaa.. Kalau mungkin sih.. semoga mungkin..
Wah, romatis sekali. Semoga romatisme masa lalu bisa dihidupkan kembali :)
Hapus