“Galang rambu anarki,
anakku,
Lahir awal Januari, menjelang
pemilu
Galang Rambu Anarki,
dengarlah
Terompet tahun baru
menyambutmu
Galang Rambu Anarki,
ingatlah
Tangisan pertamamu,
tandai BBM membumbung tinggin (melambung)
Maafkan kedua
orangtuamu kalau
Tak mampu beli susu
BBM Naik tinggi, susu
tak terbeli
Orang pintar tarik
subsidi, anak kami kurang gizi
Reff:
Cepatlah besar
matahariku
Menangis yang keras
janganlah ragu
Menagis yang keras
janganlah ragu
Tinjulah congkaknya
dunia, buah hatiku
Doa kami di nadimu
Lirik lagu Iwan Fals
yang dilahirkan tahun 1982 seperti mengulang sejarah yang sama. Hari ini, diawal Januari 2014 masyarakat
dikejutkan oleh kenaikan harga gas yang tiba-tiba. Terompet tahun baru seperti menandai “pemiskinan”
masyarakat, penekanan, dan perampokan dengan vulgar. Ada apa dengan pemimpin kita yang hidup di
negeri subur makmur, dilengkapi dengan segala sumber daya alam. Tapi harga-harga kebutuhan dasar harus dibeli
dengan harga yang mahal. Barangkali
mereka si pembuat bandrol lupa, karena biasa sekali makan satu piringnya Rp. 120.000
perak per piring. Mereka lupa, bahwa
hidup seolah hanya kalangan sendiri. Hingar
bingar, silau, harum, berkelas. Lupa
bahwa ada masyarakat yang kena imbas dari keputusan-keputusan yang meraka
lakukan. Semakin terpuruk dan semakin
bekerja keras. Mereka seperti merawat
kerakusan dengan mengeruk, memanipulasi, memonopoli segalanya.
Awal Januari, menjelang pemilu. Ada apa dengan pemilu, ada apa dengan
permainan harga, ada apa dengan pencitraan, ada apa dengan hidup di kalangan
pemimpin. Apa mereka lupa, bahwa menjadi
pemimpin adalah sebuah pengabdian pada masyarakat. Membuat manusia/masyarakatnya hidup terjamin
keamanannnya, pendidikannya, kesehatannya, kebutuhan konsumsi, mendapat jaminan
tempat tinggal, merasa aman, bangga dan bahagia hidup di negerinya sendiri bukan
malah sebuah ancaman dan mimpi buruk.
Bahkan dibeberapa lontaran orang-orang, seolah ada keinginan untuk
pindah warga Negara karena merasa asing dan ditekan hidup di negeri sendiri.
Kita. Kini kondisi
dan situasi sosial yang “berantakan” diamana masyarakat seolah beradaptasi
dengan kondisi baru, dari demokratis otoriter menjadi serba demokratis yang
kecolongan. Situasi ini dijadikan alat
oleh orang-orang, pemimpin-pemimpin yang berpengalaman dan bertaring tajam,
berperut buncit. Ketika situasi orde
baru ditebas oleh reformis, seperti lebah yang berhamburan dari sarang
madunya. Mereka pergi berpencaran,
membuat dan memelihara sarang madunya yang berceceran dengan memanfaatkan
kekakacauan situasi dan mencuci mukanya, bajunya, melabeli dirinya adalah
seorang reformis, pembaharu, untuk menciptakan negeri yang lebih kondusif dan
demokratis. Padahal semua itu tetap saja
sebuah upaya untuk membangun kerajaan baru, mempertahankan kerajaan dan memanfaatkan
segala kemudahan fasilitas-fasilitas yang sudah mereka pelihara
dijamannya.
Lagu ini, Galang Rambu Anarki, sebuah tanda pengulangan
sejarah, situasi negeri yang tak henti dipimpin oleh serigala. 32, TIGA PULUH DUA TAHUN! lagu ini masih
relevan, lagunya masih sesuai dengan kondisi politik, situasi sosial yang
ada. Pemimpin menindas,masyarakat semakin
tertekan. Ujung-ujungnya bertahan dengan
melakukan kejahatan demi perut dan kesejahteraan materialistis. Harga-harga bahan pokok yang tinggi sungguh
berpengaruh pada anggaran rumah tangga yang lainnya. Biasanya saat satu harga bahan pokok naik,
maka semua biaya akan ikut beradaptasi.
Ongkos kendaraan umum: karena kepala keluarga akan berfikir untuk
membeli gas yang lebih mahal, lalu harga bala-bala, harga kos-an, ayam potong,
nasi goreng, dan semua unsur yang memanfaatkan gas. Memang ada yang tidak menggunakan gas untuk
kebutuhan dapurnya? Kalaupun mereka
tidak menggunakan gas untuk dapurnya, mereka akan terkait dengan unsur-unsur
yang memanfaatkan gas sebagai bahan bakunya.
Ada apa dengan negeri ini?
Sebuah negeri subur makmur yang kerap digerogoti dari segala arah. Semoga beberapa tahun kedepan, lagu ini hanya
sebatas cerita dan sebatas bagian dari sejarah bahwa negeri ini, Indonesia
pernah dikuasi oleh pemimpin-pemimpin yang semena-mena.
Alfatihah…
Galang Rambu Anarki ini anak Iwan fals yang udah meninggal kan ya? *OOT*
BalasHapusHehehe, per hari ini harga elpiji turun lagi, Mak...
Iyah, itu anak pertamanya Iwan Fals.
HapusOwh, udah turun lagi? Gak liat tipi lagi. Agak kesel. Terakhir itu 95rb, terus tiba2 145rb. Bikin gondok banget. Entar deh coba tanyain ke warung gas :)
kalo kataku ya mba,,udh jatuh, ketimpa tangga,,ketumpahan cat lg,,numpuk2 deh,,listrik naik, bbm naik, skrg gas naik,,sgalanya pun ikut naik,,hanya bisa berdoa semoga seera ada perubahan ya mba,,
BalasHapusIyah, semoga adanegeri ini segera dapat pemimpin yang serius, jujur, amanah. Hope! Hehee..
BalasHapusGaruk2,,,,gimna nnti kl pmimpin baru.psti hrg baru lgi huhuhh
BalasHapusNegara kaya yg dimiskinkan oleh segelintir orang.
BalasHapusYg paling fenomenal adalah negara kita yg lautnya banyak ini, import garam dari singapura yg lautnya sak uprit. Sungguh luwarrr biyassah!