Selamat Pagi Penggenggam Hati

Foto: Ahmad Nurcholis

Pagi
Pagi tak biasa. Cahaya matahari membalut sisa hujan di kulit pepohonan. Setengah gelas teh manis mulai dingin, menangkap sisa kepingan lalu. Jiwa yang tenggelam berganti rasa manis berlapis-lapis. Serupa menahan hangat yang menyusut perlahan.

Hari ini beda dari berpuluhan tahun lalu. Kami bertemu lagi. Masing-masing sudah membangun cinta dan ketentraman. Bentuk rindu yang ringan hadir pada ruang jiwa. Tak ada lagi celah untuk menyelusup.

Bertahun belajar atasi takut atas kekurangan, kelaparan, perpisahan, ketidakpastian. Terbangkan luka, memaafkan diri yang kerap menuai luka, berdamai dengan saat ini.


Sabtu
Sabtu ini kian cerah, ada ruang hidup di setiap sudut. Anak-anak berlarian menendang bola, sekelompok kaki-kaki remaja bergerombol menuju kampus, ketukan paku pada dinding memantulkan suara dramatis, nyaring burung yang mulai senyap. Oh, sudah lama tak ada suara tongeret. Kemana mereka pergi?

Tirai ditarik, jendela-jendela dibukakan, debu-debu dikibaskan dari atas sofa, meja juga tumpukan buku. Saya kembali meruang memainkan tuts huruf menjadi kumpulan kata. Ayah kembali mengolah gambar di pinggir jendela studio. Wangi kopi menyertai arsiran charcoal di atas kertas 200 gsm. Wajah dengan garis-garis muka menyimpan banyak kisah yang dilewatinya.

Begitupun saya, dia, kamu. Kami saling tersenyum dan berbagi tawa, sekilas ingatan menggaris pada setiap lipatan mata, lipatan kening, garis senyum. 


Foto: Ima

Denyut
Denyut adrenalin beberapa hari ini bermain-main pada tiap pergantian waktu. Pada gerakan daun, tarian angin, kilau cahaya, menarik ingatan-ingatan pada suatu masa. Berlari, tersendat, berjalan pelan bersama waktu yang terus berputar cepat.

Masa. Ketika telapak kaki begitu kokoh. Di atas genangan air, tumpukan kerikil. Tanah datar juga bergelombang. Begitu cepat kita bergerak, selekas itu jiwa menyebar ke berbagai ritme. Kau ambil waktuku atas kebodohan yang berulang. Berulang kebodohan mengambil waktu. Keputusan-keputusan yang kerap diambil ketika gelisah atau ketika takut atau tidak percaya diri atau ketidaktahuan. Desir dingin mengalir mengisi setiap urat darah disekujur tubuh. Kebodohan demi kebodohan terlewati, lalu, akupun mengerti, pada akhirnya jalan pun terang benderang. Entah terlambat, entah memang begitu baiknya. Untuk sebuah hidup yang terasa utuh dan terang.


Jalan
Jalan hidup setiap orang itu selalu unik. Sepertinya hidup ini terlalu berharga jika langsung disajikan. Sehingga kita diajak untuk menelusuri perlahan, dikenalkan tiap kelokan, tanjakan, turunan, benturan, bebatuan, rerumputan, kerlip yang mengintai, dan seterusnya dan setetusnya dan hingar bingar diantaranya.

Kita, aku, sering tergesa dan kerap bertanya seperti Musa. Kegelisahan atas ketergesaan pada sebuah jawaban. Sampai akhirnya Penggenggam Hati memang begitu tenang membimbing jiwa jiwa gelisah menjadi tenang dan tentram dalam menyusur dan meneruskan setiap jalan.


Masa
Masa konsisten bergerak, tepat pada setiap ketukan yang berulang-ulang. Begitupun manusia, bertumbuh bersamanya. Setiap luka mengajarkan kekuatan, setiap kekuatan mengajarkan kesabaran, setiap kebodohan mengajarkan pemahaman. Pada pagi, pada siang, pada sore, pada malam, pada dini hari, pada subuh, merupakan ruang-ruang makna untuk memahami ribuan Cinta-Nya atas berbagai peristiwa.

Tak ada lagi jarak, sehingga Kita menjadi begitu dekat. Pada doa pada setiap waktu.

Ima.September2019

1 komentar:

  1. Ternyata bahagia itu begitu sederhana. Tidak perlu mengarungi samudera untuk menemukannya. Ada di rumah, asalakan bersama Dia dan dia

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv