![]() |
Salah satu produk pesantren. Foto: Imatakubesar |
Mungkin kebanyakan masyarakat seperti saya baru dengar program OPOP (One Pesantren One Produk) yang digulirkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. OPOP merupakan salah satu dari 17 program unggulan pemerintah Jawa Barat bertajuk “Pesantren Juara”. Program ini langsung mendapat respons positif dari berbagai kalangan. Melalui cara ini diharapkan dapat menciptakan pesantren mandiri.
Pesantren Mandiri? Pesantren mandiri dan survive yang saya tahu yaitu Daarut Tauhiid (DT) letaknya di Gegerkalong Girang. Waktu saya masih remaja, pesantren ini awalnya masjid kecil dikawasan padat penduduk, sering mengadakan pelatihan-pelatihan SSG (Santri Siap Guna). Saya pernah ikut pesantren ini tahun 1995 bertepatan kenaikan kelas 3 SMA. Menginap, makan, mengikuti rangkaian ilmu sambil berhimpitan di masjid DT. Saat itu kami berdoa bersama agar bisa beli tanah di seberang masjid untuk dijadikan supermarket.
Usaha ini sebagai upaya agar DT menjadi pesantren mandiri, tidak tergantung pada lembaga manapun. Justru langkah ini bisa memberi dampak baik secara ekonomi dan sosial bagi masyarakat luas. Sekarang jenis usaha Daarut Tauhiid banyak lini produknya, mulai dari makanan, minuman, percetakan, hotel, supermarket, pesantren, radio, travel, dan memang memberi banyak memberdayakan masyarakat luas.
![]() |
Suasana pertemuan penyerahan Penguatan Modal dan MOU untuk pesantren yang terseleksi di The Trans Luxury Hotel Bandung. Foto: Imatakubesar |
Tentu tidak hanya Daarut Tauhiid pesantren yang mampu mandiri. Ada nama-nama pesantren lain yang dapat mengelola bidang pendidikan dan usaha, diantaranya Al Ittifaq Ciwidey, Nurul Iman Bogor, Husnul Khotimah Kuningan, dan Al-Idrisiah Tasikmalaya. Dimana bisnis usaha bisa jalan beriringan dengan berjalannya gerakan pendidikan Islam. Sehingga visi pendidikan dapat jalan terus dan kebutuhan operasional pesantren pun terpenuhi.
Beberapa hari lalu-tepatnya tanggal 2-3 September 2019, ada 1074 pesantren se-Jawa Barat berkumpul di IBIS Hotel. Mereka adalah pesantren-pesantren yang terjaring seleksi untuk mendapatkan fasilitas Temu Bisnis dan Penguatan Modal Usaha dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari program One Pesantren One Product (OPOP).
OPOP adalah One Pesantren One Product, maksudnya, setiap pesantren menelurkan satu buah produk untuk dikelola dan dikembangkan. Langkah ini diharapkan dapat mendorong usaha yang dijalankan Pesantren menjadi mandiri secara ekonomi, sosial juga untuk memacu pengembangan skill, teknologi produksi, distribusi dan pemasaran yang inovatif.
![]() |
Display produk-produk pesantren di depan ballroom ruang pertemuan. Foto: Imatakubesar |
Sampai akhirnya dari yang hadir ikut audisi terjaring 1074 pesantren yang berhak melaju lolos ke tahap selanjutnya dan mendapat hadiah dari Pemprov Jabar melalui Dinas Koperasi dan Usaha Kecil UPTD Pendidikan dan Pelatihan Perkoperasian dan Wirausaha Provinsi Jawa Barat. Audisi terakhir ini melibatkan juri yang kompeten di bidangnya. Ada juri dari kalangan akademisi (SBM ITB, UNPAD, Ikopin), kalangan pengusaha sukses dan pesantren yang maju di bidang pendidikan dan sukses berbisnis. Jadi kredibitas juri dapat dipertanggung jawabkan hasilnya.
Satu ruangan Ballroom The Trans Luxury Hotel penuh oleh ribuan peserta. Sementara di luar ballroom, produk-produk disusun rapi di atas meja yang berjajar dari masing-masing pesantren. Produknya beragam, ada percetakan, kripik, produk oleh-oleh, kerajinan, bata merah, dll. Dalam bayangan saya, produk ini tidak hanya dikerjakan oleh intern. Tapi bisa melibatkan santri maupun masyarakat sekitar yang bisa berdampak pada kesejahteraan ekonomi.
![]() |
Beberapa produk yang lolos seleksi penjurian. Foto: Imatakubesar |
“Mumpung jadi Gubernur, saya ingin berbuat banyak untuk pesantren dengan membuat program untuk memajukan pesantren. Saya ingin dia akhir kepemimpinan saya husnul khatimah.” Ungkap Gubernur Jawa Barat-Ridwan Kamil sebelum menyerahkan simbolis hadiah dan penandatangan MOU.
![]() |
Penyerahan penguatan modal usaha. Foto: OPOP Jabar |
1. Pelatihan dan pemagangan
2. Pendampingan usaha
3. Promosi produk (Pameran, dll)
Menurut salah satu pendamping pesantren, Kang Adrian-Owner Kaos Gurita, salah satu syarat untuk jadi pendamping pesantren yang lolos seleksi harus pengusaha. Dengan begitu, selain bisa menularkan teori bisnis yang tertib administrasi, tapi bisa lebih memahami seluk beluk dinamika dunia usaha yang naik turun.
![]() |
Bersama salah satu pendamping pesantren-Kang Adrian. Foto: Imatakubesar |
Semua proses ini dilalui berdasarkan hasil pleno tim juri menilai dan meloloskan 1074 Pondok Pesantren secara profesional, independen, dan tanpa tekanan dari manapun.
Tahap selanjutnya, Pondok Pesantren akan di audisikan sehingga menghasilkan 108 yang terbaik tingkat kabupaten/kota dan lalu akan dikompetisikan kembali dan menghasilkan 10 Pondok Pesantren dengan kategori produk terbaik tingkat provinsi.
Subhanallah produktif sekali ya jadi seimbang antara menuntut ilmu dan menjemput rezeki, semoga kita juga bisa meneladani mereka, tfs Teh Ima 😘
BalasHapusBangga banget waktu kesini
BalasHapusKerennn
Teteh di paragraf ke-3, seleksi tahap 1 menyebar hoax eta bagaimana?
BalasHapusMasyaAllah Kang emil bikin program sasarannya untuk pesantren pesantren biar mandiri kayak DT, mantap. Saya setuju kang emil! Lanjutkan! ☺️
BalasHapusSebuah program bagus ya mbak dari Pemprov untuk pesantren. Semoga pesantren di Jawa Barat khususnya semakin maju dan bisa diikuti oleh pesantren di provinsi lain juga.
BalasHapusAlhamdulillah ada program=program bagus untuk pesantren. Mudah-mudahan meningkatkan kualitas pesantren yang sudah ada saat ini.
BalasHapusSemoga program OPOP ini berjalan lancar dan menelurkan para wirausawan lebih banyak lagi
BalasHapus