LPS: Menabung di Bank Itu Aman


Beberapa hari lalu, Lembaga Penjamin Simpanan LPS) mengadakan acara Temu Media dan Influencer di Caffee Momo Bandung.  Melalui Bapak Samsul Adi, kami mendapat banyak pencerahan tentang tumbuh kembang dunia perbankan dan seberapa penting aktifitas menabung.  

Menariknya di acara ini, kami mendapat banyak penjelasan tentang perkembangan dunia perbankan dan kondisi masyarakat yang menabung.  Saya jadi kembali menata ulang dan menguatkan diri untuk menabung walaupun jumlahnya kecil.

Tabungan, punya sih tapi...


Bicara tabungan, rasanya nyaris setiap orang menjadi nasabah di Bank. Setidaknya untuk menerima gaji. Namun menariknya ada 2 karakter nasabah di Bank. Karakter penabung pertama kerap menggunakan rekening bank untuk transaksi saja. Jadi uang yang masuk hanya sekedar lewat lalu diambil semuanya, bisa untuk menerima gaji maupun bisnis. Karakter kedua, penabung yang benar-benar menyisihkan dananya untuk disimpan di Bank sebagai uang dingin, dipersiapkan untuk masa depan.

Memang sih, menabung itu susah-susah gampang dan ditambah faktor kebiasaan. Susah-susah gampang karena “godaan” untuk belanja dan kebutuhan-kebutuhan yang mendadak seringkali mengancam di akhir bulan atau ketika dagangan sepi. Seringkali nasabah sering mengambil uang tabungan untuk menambal keuangannya yang menipis. Akhirnya isi tabungan pun kosong lagi, kosong lagi. Begitu seterusnya.

Selain alasan terjepit, ternyata ada juga beberapa alasan lain yang merasa takut menabung di Bank. Ada yang takut hilang, haram dan dibobol secara online. Sikap dan ketakutan tidak mau menabung di Bank itu juga bermula karena pernah ada kasus bank yang gulung tikar sehingga penabung tidak bisa mengambil uang simpanannya. Kita tentu ingat kasus ekonomi negara yang terpuruk sehingga nilai uang jadi berkurang pada tahun 1998.

Pada tahun itu kondisi politik Indonesia tidak stabil, hal ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Begitu presiden Soeharto turun (diturunkan), terjadi gonjang ganjing kondisi ekonomi yang membuat 15 Bank di Indonesia gulung tikar dan ditutup oleh pemerintah. Sehingga banyak masyarakat yang kehilangan uangnya.

Kalau melihat pengalaman tersebut bisa jadi wajar sih muncul ketakutan dan rasa was-was untuk kembali menabung di Bank. Namun berdasarkan perkembangannya, pemerintah mengalami proses adaptasi terhadap perubahan situasi politik, sosial dan ekonomi. Situasi yang berdampak pada berbagai kreatifitas masyarakat. Pemerintah belajar banyak dari kejadian tersebut, sehingga mereka membuat solusi dengan membuat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).



Kini setiap Bank di Indonesia tempat kita menabung telah dijamin keberadaannya oleh LPS. Sehingga kalau Bank tempat kita menabung mengalami masalah, sebaiknya kita tenang saja. Karena uang yang kita simpan di Bank tetap aman dan bisa diambil atau dialihkan ke Bank lain. Jadi, fungsi LPS itu melindungi dan menjamin uang yang kita tabung di Bank.



Menabung, Yuk!

Mengingat pertumbuhan zaman, biaya pendidikan dan kebutuhan hidup semakin tinggi saja. Kita harus terus mengolah diri dan bekerja lebih cerdas agar bisa bertahan diantara kehidupan yang dinamis. Dalam menghadapi kehidupan yang terus bergerak tentu kondisi finansial keluarga harus selalu terjaga. Menabung menjadi langkah penting untuk menjaga kondisi “kesehatan” keuangan. Karena kita tidak pernah tahu dihadapkan pada situasi seperti apa di masa depan.

Seberapa sehat kondisi keuangan kita? Nah, ini ada beberapa tolak ukur untuk melihat keadaan tersebut:

1. Punya tabungan

2. Mampu investasi

3. Utang kurang dari 30% aset/penghasilan

Namun jangan berfikir semakin besar isi tabungan menjadi tolak ukur sehatnya keuangan kita, ada lho hal penting lainnya yaitu bagaimana mengelola pola hidup kita. Apalagi banyak alternatif tempat kuliner, destinasi wisata, supermarket, fashion terbaru seringkali kita mudah tergoda untuk mengeluarkan uang dan melupakan prioritas pengeluaran diri dan keluarga. Situasi ini kerap mengganggu kesehatan keuangan, sehingga besar kecilnya keuangan kita jadi tidak berpengaruh banyak kalau gaya hidup tidak tertata.

Kadang saya suka salut sama orang tua zaman dulu, gaya hidup mereka biasa-biasa aja tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya, menikahkan dan memberi peninggalan. Semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, lho.

Berdasarkan cerita Ibu saya, mereka rajin menabung dengan cara menyimpan sebagian kecil hasil usahanya ke celengan. Celengannya bisa dengan cara melubangi pintu, lalu uangnya dimasukan kesana. Ada juga yang menyimpan uangnya ke dalam kaso-kaso bambu, bambunya di kasih lubang sedikit, ada juga di celengan tanah liat, bawah kasur, dan banyak lagi.

Bagi mereka langkah seperti itu menjamin masa tua dan membantu mewujudkan impian-impian mereka. Seperti membiayai pernikahan anak-anaknya, menyekolahkan, naik haji, punya beberapa investasi dalam bentuk sebidang sawah, kebun dan banyak lagi.

Selain menabung, cara lain membuat kondisi keuangan kita sehat yaitu dengan investasi. Tapi jangan sampai kita memilih investasi bodong dan membuat kondisi keuangan kita bertambah parah. Seringkali kita tidak sabar dan ingin cepat dapat untung yang banyak sehingga salah memilih investasi. 



Sering kita dengar berita tentang investasi bodong, kita harus mengeluarkan sejumlah uang dan dijanjikan mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Jangan sampai uang tabungan yang sudah susah-susah kita kumpulkan malah digunakan untuk investasi bodong. Nah, agar tidak terjebak, kita perlu tahu ciri-ciri investasi bodong:

1. Keuntungannya tidak masuk akal.

2. Tidak terdaftar di lembaga resmi.

Jangan mudah terayu oleh keuntungan yang tinggi dengan pola bisnis yang tidak masuk akal.



Memetik Makna Kisah Nabi Yusuf

Tentu kita ingat kisah Nabi Yusuf, sosok nabi yang ahli menafsirkan mimpi. Ada salah satu kejadian yang menarik, yaitu tentang seorang Raja yang bermimpi sangat aneh sampai tak ada satu orang pun yang bisa menafsirkannya. Lalu muncul seorang pelayan Raja yang menyarankan Nabi Yusuf untuk menjelaskan arti mimpi tersebut. Raja pun memanggil Nabi Yusuf yang saat itu tengah di penjara, begitu Raja menceritakan mimpina, Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi tersebut. Katanya bahwa Sang Raja akan dihadapkan pada hasil panen yang melimpah selama 5 tahun dan 5 tahun kemudian akan dihadapkan pada musim kemarau.

Sehingga Nabi Yusuf menyarankan agar menyimpan sebagian hasil panennya untuk menghidupi kebutuhan mereka selama masa kemarau itu. Ternyata tafsirannya benar, masa kemarau itu tiba sehingga banyak masyarakat terbantu oleh tindakan Sang Raja yang menyimpan sebagian hasil panennya.

Nah, dalam kisah ini ada hikmah yang bisa aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sama saja ketika kita mendapatkan keuntungan dalam setiap usaha kita, sebaiknya digunakan dengan hemat dan tidak berfoya-foya. Setelah digunakan untuk berbagai kebutuhan kita, sebaiknya sisihkan sebagian dana sebagai simpanan. Karena kita perlu mempersiapkan masa depan dengan baik dan terencana. Apalagi bagi kita yang sudah berkeluarga, kita perlu menyimpan dana untuk pendidikan, kesehatan juga kebutuhan sandang, pangan dan papan.

Kalau saya, masih karakter yang kesulitan menabung dan masih terus berusaha untuk menabung. Padahal belajar pada kisah Nabi Yusuf di atas, mestinya bisa jadi contoh hidup yang bisa kita lakukan. Karena naik turun kehidupan, musim “panen” dan “kemarau” datang silih berganti, kondisi ini berlaku buat siapa saja.

Punya simpanan itu sama seperti kita melakukan perjalanan ke hutan dengan membawa tas ransel yang diisi berbagai perbekalan. Perbekalan itu berisi berbagai makanan, pakaian, alat-alat bantu untuk perjalanan. 
Kita harus bisa memperkirakan berapa lama perjalanan dan berapa banyak bekal yang kita bawa untuk memenuhi kebutuhan kita selama perjalanan hingga kembali pulang ke rumah. 

Bedanya, di kehidupan nyata kita tidak pernah tahu berapa lama waktu yang dijalani. Oleh karena itu, kita perlu melakukan perencanaan keuangan dan merancang progres hidup ke depan. Ayo menabung, menata hidup menjadi lebih baik.

Bandung, 17 Agustus 2018

Imatakubesar

11 komentar:

  1. Kinasih ounya utang KPR hiks. Kemarin anak-anak juga belajar nabung lewat celengan, tapi ternyata ada orang iseng yg ngebobol celengan kedua anakku. Hika

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teh Mita, kata orang keuangan kita menyisihkan uang buat KPR gapapa, karena nilai tanah bakal terus naik dan jadi investasi di masa depan.

      Hapus
  2. Sekarang lbh tenang menabung di bank ya, teh. Karena sudah tau kalau ternyata uang yg disimpen itu aman dan ada yg menjamin ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, kalau disimpen di rumah, godaan kepakenya banyak.

      Hapus
  3. Setuju banget, kita harus punya tabungan dan sebisa mungkin ga pake hutang serta riba, supaya hidup lebih tenang dan berkah😗

    BalasHapus
  4. Makasih udah diingetin untuk nabung, hihih..harusnya nabung itu uang di awal ya jangan uang sisa hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama teh, Ima juga masih susah-susah gampang Menabung. Tapi terus diusahain aja, inget anak2 nanti bakal lanjut sekolah, kuliah, dll.

      Hapus
  5. lebih aman lagi kalau punya tabungan dan kartu ATMnya digunting jadi nggak bakalan bisa ngambil duit di atm.
    gak usah daftar ebanking juga!
    xixixi

    BalasHapus
  6. Oh sekarang semua bank udah dijamin lps? Jd tenang ya...

    BalasHapus
  7. Saya salah kaprah nih, nabungnya ke rekening tabungan pedagang online. Hiks

    BalasHapus
  8. Iya ya sekarang menabung di bank lebih aman karena ada LPS yang menjamin..:D

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv