![]() |
Trotoar Jalan Asia Afrika Bandung. |
Halo Sore, apa kabar? Sini, minum bandrek sama-sama di teras rumah, sambil melihat anak-anak bermain dengan gembira, sementara para ibu sibuk memanggil mereka untuk mandi sore dan menyuruh pergi mengaji di masjid dekat rumah. Tak hanya anak-anak yang beraktifitas sore, para ibu pun mulai memasak untuk makan malam atau memanfaatkan waktu untuk membaca koran pagi atau baca buku. Katanya, sore adalah waktu yang cocok untuk membuat karya, baca buku dan diskusi, karena otaknya sedang kondisi tenang.
Program mereka rapi sekali, setiap bulan sudah ada jadwal buku tentang tokoh yang akan kami baca. Dalam 6 pekan ini dari awal bulan Februari akan tadarus dan membahas buku tokoh pahlawan Indonesia, yaitu 100 Hari Haji Agus Salim. Teknisnya sederhana, setiap minggu sudah ada tema yang diangkat, di awal sesi semua yang datang membaca buku secara bergiliran, satu halam per halaman. Begitu adzan magrib, berhenti dulu lalu istirahat sebentar untuk shalat. Setelah shalat, kami kumpul kembali, mulai mendengarkan pemateri dan diskusi sesuai tema yang diangkat. Interaksi sangat menarik, ada yang mendengarkan, bertanya, berbagi pengetahuannya, suasana pun terasa cair dan hangat. Meski waktu Tadarus Buku berlangsung cukup lama yaitu dari jam 16.45-20.30 WIB, tapi waktu terasa cepat.
![]() |
Suasana Tadarus Buku di Museum Asia Afrika Bandung. |
Di ruang segi empat, sudut lorong museum, seluruh peserta seperti diliputi jatuh cinta dan ruang ‘belajar’ yang luar dan santai. Meskipun satu sama lain tak banyak saling mengenal, tapi suasana tak menjadi kaku, semua dibuat ringan dan bersahabat. Tak hanya pembicara yang menjadi nara sumber, tapi peserta yang datang bisa ikut membagi pengetahuannya. Yang tahu berbagi ilmunya, yang tidak tahu menyerap dengan suka cita.
Selesai acara selesai, kami berjalan melangkahkan kaki keluar museum dan menapak kaki di trotoar, bangunan-bangunan di Jalan Asia Afrika tampak begitu megah. Lampu-lampu kota menerangi malam dan sisa-sisa bangunan hasil intelektual Belanda membawa saya pada masa-masa perjuangan ketika tanah ini diduduki kolonial. Negeri kaya yang diperlakukan budak di negeri sendiri. Kemegahan bangunan di setiap ruang-ruang Kota Bandung seperti bicara tentang air mata dan keringat para pribumi yang diasingkan di tanahnya sendiri. Bukti sebuah ilmu pengetahuan bisa menguasai sesuatu dan pribumi semakin kehilangan hak kepemilikan.
![]() |
Bandung, 6 April 2016
@imatakubesar
Keren juga ya, tempatku belum ada Club semacam ini, jadi kebayang gmana ya kalo diadain kayaknya sih keren, doaen Mba Ima.
BalasHapuswah bisa dijadikan inspirasi tuh program kaya gtu
BalasHapusdi tempat saya juga belum ada program kaya gini, siapa tau bisa jadi inspirasi
BalasHapusKeren programnya, biasa buat inspirasi
BalasHapus