Antisipasi Kehilangan Waktu


Perempuan sering dihadapkan pada dilema ketika berhadapan dengan kesibukan sehari-hari dengan kewajiban sosial.  Katakanlah perempuan ini berhadapkan pada pekerjaannya di rumah tangga dan menciptakan karya.  Kenapa dilematis, karena sereingkali pekerjaan rumah tangga tidak ada waktu dan tidak selesai-selesai, ada saja yang harus dikerjakan.  Buat orang seperti saya, seorang ibu yang bekerja di rumah, tidak terikat jam kerja, seringkali kehilangan hari karena waktu lebih banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  Katakanlah, menyiapkan makan, beres-beres rumah, mengasuh anak, dan lain-lain  yang menyita banyak tenaga, hati dan pikiran.  Sehingga seringkali perempuan mengabaikan “kebutuhan” dirinya, karena ada orientasi fungsi perempuan dalam rumah tangga.  Padahal, kalau bisa mengatur waktu dengan baik, kita masih bisa berkarya atau melakukan kegiatan sosial dengan pas tanpa melepaskan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga.  Sehingga kebutuhan keluarga dan diri dapat terpenuhi.  Tidak mudah memang, perlu menumbuhkan cinta untuk melakukan kewajiban untuk keluarga dan diri sendiri agar hidup lebih berarti.

Kita, saya khususnya, sering kebingungan ketika harus melakukan kegiatan sosial tapi terantuk pada kesibukan sehari-hari.  Sehingga tak jarang suka mengorbankan komitmen untuk memenuhi kebutuhan keluarga.  Akhirnya rencana tinggal rencana dan karya tinggal ide.  Padahal kuncinya ada di manajemen diri, waktu, disiplin, komitmen dan lakukan dengan bahagia.  Lagi-lagi dengan bahagia.  Kenapa?  Karena kita sebagai perempuan tidak bakal bisa lepas dari kewajibannya utamanya memenuhi “kebutuhan” anak dan suami.  Kita mau tidak mau memang harus berdamai dengan waktu dan mengefektifkan segala cara agar pekerjaan rumah bisa selesai dan kita punya waktu untuk bisa berkarya.

Seorang teman pernah mengingatkan saya, katanya, dalam 24 jam itu bagi 3 waktu, 8 jam untuk Tuhan, 8 jam untuk orang lain (keluarga, teman) dan 8 jam untuk diri sendiri.  Artinya, hidup harus seimbang, artinya kita harus pintar mengatur jadwal sehari-hari agar lebih seimbang dan “sehat”.  Tentu saja sehat luar dalam, kebutuham fisik, mental dan jiwa terpenuhi.  Caranya, itu tadi, ada hidup untuk diri sensiri, orang lain, dan Allah.  Berkaitan dengan cara hidup orang muslim tidak asing lagi kita diberi kewajiban untuk menjaga cara hidup “Habluminallah” dan “Habluminannas”, menjaga hubungan baik dengan manusia dan Allah.

Saya pernah tergesa-gesa ingin melakukan beberapa hal dalam satu hari, seperti baca buku, menulis cerpen, apload blog, ngajak anak jalan-jalan, tapi semua rencana itu berantakan.  Jadinya hari itu terlewatkan begitu saja, anak tidak terurus, pekerjaan rumah tidak maksimal, dan tak ada satupun kegiatan untuk diri sendiri terselesaikan.  Cara tergesa-gesa ini  dengan situasi perempuan beranak dan bersuami ternyata agak sulit dilakukan, sehinga kita perlu bersahabat dan sadar dengan waktu, kita tak perlu waktu yang terlalu lama tapi maksimalkan waktu untuk menyelesaikan sebuah karya dan mengasah diri.

Waktu Tidur.  Kata orang, kemampuan daya ingat dan konsentrasi perempuan yang sudah melahiran biasanya agak berkurang.  Ya, ini saya rasakan.  Jadi kuncinya, tulislah daftar yang harus dilakukan per-hari.  Misalnya jam berapa kamu tidur dan bangun, karena waktu tidur ini cukup mempengaruhi kondisi fisik dan psikis kita.  Kalau fisik tidak segar, seringkali tingkat konsentrasipun akan mudah menurun.   Saya merasakan sendiri jika terpaksa tidur lewat jam 00.00, tubuh akan terasa mudah lelah di pagi hari.  Tune in-nya akan lama dan lambat loading.  Sementara, kalau tidur jam 21.00 (paling lambat), meskipun hanya tidur 4-5 jam, artinya jam 01.00 atau jam 02.00 dini hari sudah bangun, maka tubuh akan terasa terasa lebih bugar di siang harinya.

Waktu untuk keluarga.  Tuliskan semua dengan rinci kebutuhan keluarga/kewajiban kita dalam mengatur rumah, dari beres-beres rumah, menyiapkan makan, memeriksa bahan pokok, belanja, memandikan anak, mengajarkan menggambar, telepon tukang galon, beli krayon, silaturahmi ke rumah saudara, dll, tulis dengan rinci di buku lalu sering-seringlah dilihat dan sadar waktu.  Ceklist semua yang sudah dilakukan.  Biasanya, kita hanya butuh waktu 15-20 menit untuk memasak, 15 menit untuk beres-beres.  Saat masak-katakanlah- liatlah jam agar sahar waktu, bahwa 1 jam lagi akan pergi ke pasar.  Jadi lakukan aktifitas memasak ini dengan menyenangkan dan maksimalkan waktu agar masakannya enak dan tidak gosong.  Tetap lakukan dengan santai sampai tuntas. 

Waktu untuk diri sendiri.  Buat jadwal harian yang bisa membuat karyamu bisa tetap “hidup”, dimana jadwal itu sebuah upaya untuk mengasah bidang itu.  Apakah kamu seorang pembuat handmade, pelukis, penulis, hobi masak, hobi photografi, pengajar privat, dll.  Bagilah beberapa waktu dari hari Senin-Minggu point-point penting yang harus dilakukan untuk mengasah diri, mengembangkan dan mewujudkan semua ide.  Lalu bikin time schedule agar kita mempunyai jadwal tetap.  Karena time schedule ini bisa menjadi patokan tingkat perkembangan langkah yang sudah dan harus kita lakukan.  Kadangkala, sering kita merasa bahwa 30 menit – 1 jam itu waktu yang sedikit, tapi jika kita memanfaatkan waktu, ruang dan fokus, waktu menjadi tidak masalah.  Dengan target, kita harus mendapatkan point penting dari apa yang kita pelajari, atau dapat menghasilkan tulisan sepanjang 800 kata selama waktu-waktu yang sudah ditentukan.  Seringkali jika kita distimulus seperti ini, secara tidak sadar otak akan terbiasa untuk patuh. 

Waktu untuk Allah.  Sebetulnya, setiap langkah kita adalah ibadah, selama apa yang kita lakukan dengan niat karena Allah, semua pergerakan kita bernilai ibadah.  Hanya dalam Islam ada waktunya “bicara” dan bersatu dengan “alam” yaitu shalat, berdoa, mengaji.  Upayakan ketika waktunya shalat, maka kerjakan tepat waktu, seringkali ketika kita mengerjakannya tepat waktu, jarak waktu shalat ke waktu shalat selanjutnya terasa sangat panjang dan kita seolah dalam ruang yang lama dan bisa melakukan kegiatan dengan maksimal.  Saya pernah iseng-iseng ngukur waktu shalat, biasanya bisa beres dalam waktu 5 menit.  Hanya 5 menit kita membebaskan hati dan pikiran, menjadi netral kembali.  Tambah sedikit lagi, katakanlah 10 menit untuk berdoa dan mengaji.  Hal ini membuat saraf-syaraf yang tadinya kencang, hati yang menyempit kembali luas dan tentram.  Manfaatkan waktu-waktu shalat ini untuk merefleksi kegiatan-kegiatan yang sudah kita lewati, per-jam, per-menit, per-detik.  Ini waktunya mengurai kekusutan dan mengembalikan niat dan aktifitas pada rel mendapat ridha Allah. 

Yah, ini beberapa hal yang sedikit yang saya bagi meskipun seringkali upaya ini ada saja berantakannya karena malas atau hal-hal lain yang cukup mengganggu.  Teruslah bergerak, bersahatlah dengan waktu dan lakukan kegiatan dengan efektif dan bahagia.  Jadi tak perlu ada dilema lagi, cintailah keluarga dan terus berkarya.

#pahlawan4
Ima. Serpong. 14/11/2014  






6 komentar:

  1. Lia pasti akan merasakan dilema seperti itu jika sudah menikah dan punya anak. Betul mba, ibu rumah tangga tuh pekerjaannya tidak selese-selese, mama di rumah sering ngomong seperti itu.

    Bikin gemetar saat lia baca bikin karyamu tetap hidup, sesibuk apapun memang perlu menyempatkan diri walaupun hanya 5 menit.

    waktu untuk Tuhan, iyah neh masih suka lalai. kadang kalau solat kurang 5 menit kali udah selese, berdoa terburu-buru, lia mesti lebih baik lagi kedepannya, amin..!

    BalasHapus
  2. Keren, banyak cara untuk berbagi bahkan dengan manajemen waktu, semua bisa diatur dengan baik, untuk habluminanas maupun hablumminallah :)

    BalasHapus
  3. Ini yg saya belum bisa, manajemen waktu. Seringnya amburadul :(. Bismillah semoga saya bisa menata waktu dengan baik :)

    BalasHapus
  4. waahhh manajemen waktu sebenrnya masalah urgent ya, selalu ada banyak excuse sana sini biasanya. tq pencerahannya mba ima :)

    BalasHapus
  5. kalau menurut saya, management waktu masih mudah diatur, yang agak susah justru management kejiwaan dan fisik yang agak susah, karena 2 faktor tersebut yang sering merusak management waktunya. misal waktu kerja, kita fokus, tetapi kita memasuki waktu yang lain, justru kita terkendala malas untuk melakukan karena 2 faktor tersebut. Misal lupa atau capek.

    BalasHapus
  6. manajemen waktu dan tenaga harus baik ya mak

    BalasHapus

Silakan meninggalkan komentar Anda. adv