“Film itu bisa menjadi
inspirasi tapi kehidupan nyata bisa menjadi cermin untuk hidup.”
Komentar saudara yang
menanggapi sebuah status di facebook tentang saran saya menonton sebuah
film. Kebetulan film yang disarankan
sepertinya sesuai dengan masalah yang tengah dihadapinya. Yah, tampaknya ini sebuah penolakan, tapi
tidak apalah setiap orang menjalani hidup sesuai dengan keyakinannya begitupun
dengan saya.
Saya suka nonton
film. Film-film Teguh Karya (alm)
mendidik saya semasa kecil dan membangun imajinasi, menyimpan selera artistik
dan menyimpan selera setiap jejak pertumbuhan hidup. Dengan perkembangan teknologi dan keahlian
yang dibangun dalam dunia pendidikan.
Beragam jenis film bermunculan dan memiliki pasarnya sendiri. Bahkan kekuatan visual, alur cerita dan
setiap dialog yang terbentuk, bisa menciptakan karakter penontonnya. Hal ini bisa menularkan budaya, mendoktrin
sudut pandang dan secara tidak langsung mendidik dari segala sisi. Dari alur cerita, artistik, titik masalah,
kostum, maupun pembawaan karakter si tokoh.
Bisa menjadi banyak pilihan untuk para apresiator.
Film merupakan media
yang efektif untuk mengkomunikasikan suatu masalah. Baik persoalan sosial, keluarga, anak-anak,
perempuan, politik dan banyak lagi.
Selain itu, media tersebut bisa menjadi alat yang ramah untuk
menciptakan sebuah citra setiap tempat yang menjadi background dalam alur
cerita tersebut.
Seperti halnya Kota
Belitong yang menjadi populer setelah munculnya film Laskar Pelangi. Padahal sebelumnya, bukunya pun sudah populer. Dengan adanya film ini, semakin meraih lini
konsumen yang lain sehingga mereka mengetahui bahwa film laskar pelangi berasal
dari trilogy sebuah novel. Ada semangat
berbeda yang mampu ditularkan ragam masyarakat.
Pecinta buku juga pecinta film (visual).
Film adalah sebuah langkah yang cepat untuk mengenalkan gaya hidup,
bahasa, tempat tinggal, arsitek gedung, perumahan, perkantoran, ragam budaya, kondisi
sosial, situasi politik. Seolah kita
telah berkeliling Negara dan diperkenalkan betul setiap sisi Negara lain,
seperti film Italy, Amerika, Iran, Spanyol, Cina, Korea, Jepang.
Film Italy, khas
menyajikan khas daerahnya yang eksotik, film Iran yang humanis dan natural, film
Amerika yang beragam warna cerita dari persoalan sosial sampai imajinasi, film
Jepang yang mempertahankan budaya yang kuat.
Alur cerita dan penyelesaian masalah membuat kita memahami karakter dan
keyakinan budaya lokal tersebut.
Belakangan ini di
Indonesia virus film Korea yang apik mempengaruhi gaya hidup masyarakat
Indonesia pecinta film tersebut. Dari
potongan rambut, gaya hidup, pakaian, bahkan selera makan. Bahkan merambah ke dunia musik yang
berpotongan khas anak muda Korean. Ini
salah satu bukti bahwa kekutan visual memberikan kontribusi yang kuat dalam
mempengaruhi gaya hidup seseorang, dalam hal sudut pandang, style, emosi bahkan
paling ekstrim bisa merubah keyakinan.
Film adalah salah satu
karya seni yang dibuat dengan kesabaran dan tingkat kerja kolektif yang
tinggi. Ada proses observasi naskah,
karakter, detil artistic, kostum dan pengalaman yang tidak sedikit. Karena film merupakan sebuah media yang
menjiplak persoalan hidup yang membuat para penontonya seolah bercermin kembali
pada situasi yang terjadi ditengah-tengah kehidupanya. Sama halnya dengan teater, ia menyampaikan
kembali sebuah masalah yang terjadi agar bisa menjadi bahan perenungan. Begitupun dengan karya rupa/lukis, ia
mencoretkan sejarah hidup yang ada di sekitar senimannya. Dan karya seni lainnya mampu menangkap momen
dan terekam dengan caranya sendiri dalam menuliskan sejarah.
Terimakasih dunia,
terimakasih orang-orang kreatif, karena kalian duniaku menjadi penuh warna.
asal jangan film horror, mbak ... saya tak pernah suka :)
BalasHapusHahaha... film horor, harus nontonya rame2, lampu dinyalain, dan pas ada adegan aneh2, tutup mata& telinga hihiiii... ini akibarnya udah nonton film horor, kalo malem2 pengen ke wc suka maksa minta anter. parah kan, menyiksa abis. heheh..
BalasHapusTulisannya apik, mau dikomentarin apa ya ... ^__^
BalasHapusIsinya bagus, mengamati segala ttg film. Oya, arsitek atau arsitektur gedung sih teh?
Kalo arsitektur kan model bangunannya, kalau arsitek orangnya. Iya kan #ah, jangan ditanggapi, komen gak penting yah hehehe#
Isinya bagus ...
Wedeuuuh,,, makasih mugniar (jadi ge'er hehe). Hmmm... kayanya arsitektur deh yang bener. Penting banget koreksinya, itulah pentingnya ada mughniar :)
BalasHapus